Pertemuan JPCC-AP-JRD, Surabaya, Indonesia (11-16 Agustus 2014).
SIARAN PERS (12 Agustus 2014)
Lebih dari 90 imam, frater, suster dan awam Dominikan saat ini sedang mengadakan pertemuan selama seminggu di Ciputra World Resort dan Hotel di Surabaya, Indonesia, untuk berbagi pengalaman unik mereka di bidang dialog dengan umat Islam dan agama-agama lain, dan mencari langkah ke depan.
Pertemuan, yang dimulai hari Senin dan akan berakhir hari Sabtu itu, berfokus sekitar tema “Dialog Sebagai Jalan Pewartaan” dan berisi eksposur, presentasi, tanggapan, kerja kelompok dan diskusi pleno. Tema utama yang akan dibahas adalah: “Fundamentalisme dan kekerasan sebagai realitas dunia kita” dan “Dialog sebagai jembatan menuju perdamaian.”
Ordo Pewarta atau Order of Preachers (OP), yang lebih dikenal sebagai Ordo Dominikan (nama yang berasal dari pendiri ordo itu, Santo Dominikus) adalah ordo religius yang didirikan di dalam Gereja Katolik 800 tahun yang lalu. Saat ini, ordo itu memiliki 6.000 imam dan frater, 3.000 biarawati (kontemplatif), 27.000 suster aktif, 144.000 awam dengan anggota muda yang semakin banyak jumlahnya serta lebih dari 400 imam diosesan yang menjadi anggota persaudaraan-persaudaraan imam. Ordo itu hadir di sekitar 126 negara di dunia. Ordo itu baru hadir dan berkembang di Indonesia 10 tahun yang lalu dan saat ini memiliki dua komunitas imam Dominikan, di Surabaya dan Kalimantan.
Misi utama Ordo Dominikan adalah mencari kebenaran (Veritas dalam bahasa Latin, yang merupakan moto Ordo itu). Pencarian ini terjadi di masyarakat melalui kontemplasi (doa, meditasi dan studi). Buah-buah kontemplasi yang ada ini kemudian dibagikan kepada sesama lewat berbagai bentuk komunikasi atau pewartaan yang berbeda (tulisan, pengajaran, media massa, khotbah, atau sekedar kehadiran).
Sejak awal, pewartaan sudah sangat banyak dilakukan melalui dialog dan debat. Dominikus mau berdialog sepanjang malam dengan orang-orang yang keyakinannya sangat berbeda dengan keyakinannya! Dalam semangat ini, sejak tahun 1956, pria dan wanita Dominikan yang bekerja di negara-negara Muslim atau dalam komunitas-komunitas Muslim mulai melakukan pertemuan empat tahun sekali untuk berbagi pengalaman mereka dalam berdialog dengan umat Islam. Pertemuan-pertemuan ini biasanya terjadi di Roma. Oleh karena itu mereka kemudian disebut Journées Romaines Dominicaines (JRD), nama dalam bahasa Perancis yang berarti Hari-Hari Dominikan di Roma. Namun, tahun ini, untuk pertama kalinya diputuskan untuk mengadakan acara itu di luar Roma – di Surabaya, Indonesia!
Langkah ini terinspirasi oleh keputusan Promotor-Promotor Dominikan untuk Keadilan dan Perdamaian dan Kepedulian terhadap Ciptaan (JPCC) Asia-Pasifik untuk memfokuskan konferensi empat tahunan mereka pada Dialog Antaragama. Oleh karena itu diputuskan untuk menggabungkan dua peristiwa itu dan, tepatlah, melaksanakannya di negara muslim terbesar di dunia!
Selama bertahun-tahun, fokus pada dialog antaragama telah melebar dan mencakup juga dialog dengan agama-agama selain Islam. Hal ini sangat memperkaya refleksi. Hal ini juga memperhitungkan fakta menyedihkan bahwa, sementara hampir semua agama berkembang sebagai sarana untuk menciptakan perdamaian dan harmoni di dunia kita, mereka terlalu sering juga digunakan untuk membuat perpecahan dan bahkan perang! Dengan demikian kita semua yang menjalani hidup religius menerima tanggung jawab besar untuk menunjukkan penghormatan yang dalam terhadap semua agama lain dan untuk terlibat dalam dialog mendalam guna memastikan bahwa semua agama kita mengarahkan kita untuk lebih sepenuhnya menemukan lebih lengkap kemanusiaan yang sama-sama kita jalani. Pada gilirannya, hal ini akan membuat semua agama kita bisa menjadi kekuatan untuk perdamaian.
Jadi, selama beberapa hari ini, menyadari banyaknya konflik agama mengerikan yang terjadi di dunia, kita ingin saling belajar dengan berbagi pengalaman dialog dari berbagai latar belakang dan keadaan kita yang berbeda. Kita berharap bisa belajar cara berkomunikasi yang lebih baik dengan orang yang dianggap sebagai orang lain sehingga kita dapat semakin saling menghormati dan saling mencintai dan karenanya menjadi instrumen keadilan dan perdamaian yang lebih efektif di dunia.
Mike Deeb, O.P.