Pekan lalu, tiga uskup Perancis mengunjungi komunitas-komunitas Kristiani yang terkena dampak konflik dan kerusuhan yang sedang berlangsung di Irak. Dalam perjalanan empat hari, mereka berhenti di Karakosh, Alqosh, Kirkuk dan Erbil.
Uskup Agung Lyon Kardinal Philippe Barbarin, Ketua Hubungan Antaragama Konferensi Waligereja Perancis Mgr Michel Dubost, dan direktur “Karya Orientalis” atau Caritas Perancis untuk umat Kristiani Timur Tengah Mgr Pascal Gollnisch menemui sejumlah umat Kristiani yang melarikan diri dari Mosul bulan lalu, menyusul ancaman ISIS untuk memilih apakah masuk Islam, membayar pajak atau dibunuh.
Menurut Giorgio Bernardelli dari Vatican Insider, Kardinal Barbarin kelahiran Maroko itu ikut berdemo di Perancis tanggal 26 Juli untuk menentang pengusiran orang Kristiani dari Mosul, dan dua hari kemudian dia terbang ke Erbil, Irak Utara, untuk bertemu langsung dengan para pengungsi.
Berbicara dengan Radio Vatikan sekembalinya ke Perancis, 1 Agustus 2014, kardinal itu mengatakan tergerak dengan sambutan gembira komunitas-komunitas itu, meskipun mereka kesulitan dan segala yang mereka miliki telah hilang. Umat Kristiani Irak telah dianiaya selama berabad-abad, lanjut kardinal.
Dalam pertemuan-pertemuan itu, Kardinal Barbarin, yang menganggap kunjungannya ke Irak sebagai keharusan untuk menyatakan solidaritas Kristiani dari umat Katolik di Perancis, mendengarkan betapa besar kesaksian umat Kristiani dari Mosul kepada Yesus Kristus. Tak satu pun dari umat Kristiani yang melarikan diri itu dibunuh oleh kelompok ISIS, kata kardinal.
Selama empat hari, tiga uskup itu bertemu 50 orang di sekolah, sekitar 200 orang di kapel dan lebih dari 1000 di katedral. Beberapa kali sehari, mereka bertemu juga dengan orang Kristiani Irak di berbagai pusat di setiap kota yang dikunjungi. Di situ kardinal mendengarkan cerita yang diperkuat oleh kesaksian.
Kardinal mengatakan bahwa orang-orang Kristiani di Irak merasa sudah dilupakan tetapi mereka disemangati lagi oleh kunjungan para uskup Perancis itu, serta oleh demonstrasi-demonstrasi yang diselenggarakan di Perancis untuk menunjukkan dukungan bagi mereka.
Umat Katolik Perancis telah mengumpulkan kolekte khusus bagi pengungsi itu. Kardinal mengatakan bahwa di Erbil, tanggal 28 Juli 2014, dia bertemu Patriark Louis Raphael Sako, yang juga mengasingkan diri dari Mosul tapi yang pelayanannya sekarang antara lain mengunjungi kawanannya yang tersebar.
Vatican Insider menulis, dalam Misa di Katedral Santo Joseph Mosul, Kardinal Barbarin mencanangkan keuskupan kembar ‘Lyon dan Mosul’ untuk saling membantu dan menyatakan solidaritas.
Tanggal 29 Juli, ketiga uskup itu mengunjungi kota Karakosh, di dataran Niniveh, sekitar 20 km dari Mosul yang menjadi saksi exodus massal umat Kristiani. Situasi pengungsi di Qaraqosh lebih jelek daripada di kota lain. Kota yang dihuni sekitar 50 ribu pengungsi itu kekurangan air bersih. Untuk mengatasi masalah itu, LSM Katolik, SOS Eastern Christians mulai menggali sumur lebih dalam untuk mendapatkan air.
Tanggal 30 Juli, ketiga uskup itu datang kota Alqosh dan Malabrwan, utara Irak, yang juga menjadi tempat pengungsian warga Mosul, dan mendengarkan kisah pengembaraan mereka, kisah penjarahan di pos-pos pemeriksaan yang didirikan ISIS, dan kisah tentang pengumuman bahwa jika mereka masuk Islam mereka akan memiliki semuanya kembali. Kardinal Barbarin melihat air mata umat Kristiani Mosul yang tidak lagi melihat masa depan.
Kardinal Barbarin berjanji kepada umat Karakosh: “Saya akan berdoa Bapa Kami dalam bahasa Aram – bahasa kalian, bahasa umat Kristiani Siria – setiap hari sampai kalian bisa kembali ke Mosul.”
Dalam wawancara dengan website Famille Chrétienne, kardinal mengatakan bahwa Patriak Sako mengatakan kepadanya, “Anda tak bisa bayangkan betapa pentingnya kunjungan Anda: Anda telah mengembalikan keberanian mereka. Mereka bisa melihat ada seseorang secara fisik memikirkan mereka.”
Mengomentari usulan Pemerintah Perancis untuk memberikan penampungan bari pengungsi itu, kardinal mengatakan: “Saya bingung dengan usulan itu. Tentu itu tindakan mulia, namun saya khawatir akan muncul masalah baru yang membingungkan. Banyak umat Kristiani akan berpikir: Ayo, lebih baik pergi daripada tinggal di sini dan mati. Dan bisa dimengerti bahwa yang mereka lebih inginkan adalah menyelamatkan mereka sendiri dan nyawa keluarga mereka. Tetapi, siapa yang akan ditampung oleh Perancis? Bisakah Perancis menerima 10 sampai 40 ribu umat Kristiani? Dan jika mereka diberi visa dan dengan senang hati disambut di Perancis, siapa yang akan membesarkan hati mereka untuk tinggal di sini? Sudah ada orang yang antri di luar konsulat pagi ini. Situasi tidak akan membaik dan kekerasan tidak akan berhenti dengan mengeluarkan semua orang Kristiani dari Irak,” kata uskup agung itu.(pcp)
Keterangan foto: Tiga uskup dari Perancis, termasuk Kardinal Barbarin (tengah), sedang memberi berkat di Gereja Maria Dikandung Tanpa Noda di Baghdede, Karakosh. Foto dari AINA News.