Sebanyak 300 anak Bina Iman Anak Katolik (BIAK) kelas 5-6 SD dari empat paroki di Surabaya menaiki perahu motor dan memasuki hutan mangrove. Di sana, ketua umum Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Djoko Suwondo, mengajarkan cara menanam mangrove dan mulailah mereka menanam lebih 300 bibit mangrove di lahan seluas 40 meter persegi.
Menanam mangrove adalah salah satu kegiatan 1000AM (1000 Anak Misioner) yang dilaksanakan bersama Paroki Aloysius Gonzaga, Paroki Redemptor Mundi, Paroki Santo Stefanus, dan Paroki Santo Yakobus yang semuanya di Surabaya Barat untuk mengisi liburan anak tahun 2014 sesuai Ardas Keuskupan Surabaya dijadikan Tahun Kelompok Kecil Umat dan Kerasulan Karya Misioner.
Anak-anak yang menyatu dalam kelompok pencinta lingkungan Santo Fransiskus Asisi itu belajar mencintai alam yang diciptakan Tuhan, belajar peduli pada alam yang harus dijaga kelestariannya, dan membangun kesadaran akan pentingnya keseimbangan ekosistim, dan kelestarian alam demi kelangsungan hidup generasi-generasi mendatang.
Maria Goretti Florentina Naniek Yuliani, pendamping ketua BIAK dan Rekat Redemptor Mundi yang menjadi Ketua Panitia 1000AM dan Lusyana Setijani sebagai ketua inti berbagi cerita dengan PEN@ Katolik tentang 1000AM bertema “The Mission of Love” yang menekankan doa, derma, kurban, kesaksian (2D2K).
Menurut Naniek, lewat program itu anak-anak diharapkan menjadi misionaris yang siap melakukan misi di luar Gereja dan meneladani Santo Fransiskus Asisi, pencinta tanaman dan binatang. “Anak-anak juga diharapkan mencintai Tuhan dengan menjaga lingkungan sekitar rumah, sekolah dan di mana pun mereka berada, misalnya meletakkan sampah pada tempatnya dan menjaga tanaman.”
Naniek senang melihat anak-anak “sangat menikmati pembelajaran itu dan dengan sukacita menanam.” Tanaman mangrove ternyata membutuhkan waktu untuk menjadi besar dan berguna bagi sesama. “Gereja berharap anak-anak mencintai alam dan menanam kebaikan yang nanti berguna bagi orang lain, dan menjadi anak-anak misioner yang siap diutus melaksanakan 2D2K.”
Selain itu, di hari pertama kegiatan 24-26 Juni 2014, seusai Misa bersama anak-anak kelas 1-2 SD diperkenalkan dengan Santo Dominikus Savio, anak-anak kelas 3-4 SD dengan Santa Theresia Liseux, dan anak-anak kelas 5-6 SD dengan Santo Fransiskus Asisi. Kegiatan masing-masing paroki dilengkapi berbagai game yang berhubungan dengan santo-santa yang menjadi nama-nama kelompok usia itu.
Hari kedua, sementara Kelompok Fransiskus Asisi bermisioner ke hutan mangrove dan menyumbangkan beberapa tong sampah yang mereka buat sendiri untuk masyarakat, Kelompok Dominikus Savio dari empat paroki berkunjung ke Katedral Hati Kudus Yesus dan wisma uskup untuk belajar tentang kekatolikan, simbol-simbol dan ruangan-ruangan dalam gereja serta peralatan Misa.
Sementara itu Kelompok Theresia Liseux bermisioner ke sesama di Panti Asuhan Bhakti Luhur, Tropodo. Di sana, mereka makan bersama, bernyanyi bersama, dan menyaksikan drama bersama anak panti. Mereka juga membuat foto keluarga yang dibawa pulang untuk disampaikan ke orangtua.
Hari ketiga, semua anak diajak outbound di waterpark untuk bermain menghadapi berbagai tantangan, dan belajar dalam kebersamaan. Outbond dilengkapi beberapa game Kitab Suci. Hari itu serta hari sebelumnya, mereka berkumpul sesuai kelasnya untuk menjumpai dan mengenal teman-teman paroki lain guna menyadarkan bahwa Katolik itu satu kesatuan.
“Acara ini sangat bagus dan bermanfaat untuk mengisi liburan anak-anak, karena setidaknya anak-anak bisa mengenal Firman Allah melalui learning by doing dengan cara menyenangkan,” kata Naniek seraya menegaskan bahwa dengan demikian anak-anak sudah merasakan misi cinta Tuhan Yesus.
Sementara itu, Lusyana mengatakan, selain lebih mengenal Gereja Katolik, dan semakin peduli, berempati dan menghargai sesama mahluk ciptaan, terutama yang lemah dan tersingkir, anak-anak semakin menyadari pentingnya menjaga keseimbangan ekosistim dan kelestarian alam demi kelangsungan hidup generasi mendatang.
Di malam penutupan, semua peserta 1000AM berkumpul di gereja Santo Yakobus menyaksikan drama, atraksi dan rangkuman kegiatan. Naniek dan Lusyana sepakat, anak-anak sudah melakukan doa dalam Misa dan doa-doa harian, sudah memberi derma lewat kolekte dan hasilnya disumbangkan ke panti asuhan dan SD Katolik Santa Elisabeth Lewuka, Lembata, sudah melakukan kurban dengan membantu sesama yang membutuhkan, dan sudah memberi kesaksian dengan memberitakan tentang kasih Allah yang sungguh luar biasa dalam diri mereka. (wie soemadi, paul c pati)