Pertama kalinya perempuan jadi rektor universitas kepausan

3
4040

Sr-Mary-Melone

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Gereja, seorang perempuan ditunjuk untuk memimpin sebuah universitas kepausan, saat Kongregasi untuk Pendidikan Katolik yang dipimpin oleh Kardinal Zenon Grocholewski memilih Suster Mary Melone untuk memimpin Universitas Kepausan Antonianum yang  dijalankan oleh Ordo Saudara-Saudara Dina.

Suster Mary, yang dianggap sebagai seorang ahli tentang Santo Antonius dari Padua, juga merupakan perempuan pertama yang mendapatkan posisi permanen sebagai profesor di fakultas teologi dari universitas Roma itu, serta dekan perempuan pertama untuk fakultas itu, demikian menurut situs Vatikan Insider, seperti dilaporkan oleh DCL dari Zenit.org di Kota Vatikan, tanggal 4 Juli 2014.

Perempuan yang terlahir dengan nama  Maria Domenica di La Spezia tahun 1964 itu akan menyelesaikan pendidikan khususnya di bidang  sastra Yunani dan Roma kuno. Dia bergabung dengan Suster-Suster Fransiskan dari Beata Angelina dengan mengucapkan kaul sementara tahun 1986 dan kaul tetap tahun 1991.

Saat ini Suster Mary adalah presiden masyarakat Italia untuk penelitian teologis dan mantan kepala Institut Redemptor Hominis. Suster itu juga memegang berbagai peran utama dalam akademisi, dan telah menerbitkan banyak artikel dan esai.

Gereja “tidak perlu kuota gender” melainkan “kolaborasi,” kata suster itu dalam sebuah wawancara tahun 2011 dengan L’Osservatore Romano, yang diterbitkan pada kesempatan terpilihnya sebagai dekan fakultas teologi dari universitas itu.

Menjawab pertanyaan tentang “label” dari “teologi perempuan,” suster itu mengatakan, meskipun “pasti dibutuhkan lebih banyak ruang untuk diberikan kepada perempuan, referensi teologi perempuan sungguh tidak sesuai dengan visi saya: semua yang ada adalah teologi.”

Meskipun suster itu melihat kepekaan-kepekaan yang berbeda dapat meningkatkan studi teologi, ia mengatakan cara seorang perempuan mendekatinya meskipun “pasti berbeda,” tetapi “tidak bertentangan” dengan cara pendekatan pria.

Mengenai peran perempuan dalam Gereja, kata suster itu: “Refleksi akan hal ini tidak bisa sepadan dengan usia Gereja, karena hal ini mencerminkan perkembangan pemikiran yang telah berlangsung selama ratusan tahun.” Suster menambahkan, “Saya tidak suka perbandingan meskipun saya mengakui bahwa di masa lalu mungkin ada alasan untuk membuat perbandingan.”

“Masih banyak yang bisa dilakukan, tapi sudah ada perubahan, Anda bisa melihatnya, merasakannya. Saya pikir, selain kasus saya, pemilihan seorang perempuan di sebuah universitas kepausan juga merupakan bukti akan hal ini,” kata suster itu.

Seraya meminta perempuan untuk bertindak, suster itu berkata, “Saya percaya ini banyak tergantung pada kami perempuan juga,” dan melanjutkan , “Kamilah yang harus mendapatkan bola yang bergelinding,” (pcp)

 

3 KOMENTAR

  1. Profisiat untukmu suster Mary, pintu surga akan terus dibuka untuk kaum perempuan, Tuhan memang tidak membedakan perempuan dengan laki-laki.

  2. Sudah saatnya perempuan akan mampu melakukan perubahan dalam pengajaran dan seminar2 yang di perlukan pola berpikir yang lama dengan yang baru menjadi positif.

  3. ini sangat bagus dan seharusnya memang begitu. tugas memimpin tidak identik dengan kaum pria tetapi kaum wanita juga bisa menjadi pemimpin. proficiat banget dengan keputusan Grocholowski sebagai Prefek Kongregasi bagi Pendidikan Katolik menunjuk Sr. Mary untuk menjadi pimpinan di Univ. Kepausan Antonianum. Oya, dapatkah Penakatolik.com memuat berita tentang tugas seorang Prefek dan Sekretaris dalam Kongregasi bagi Pendidikan Katolik.

Leave a Reply to paulino Batal

Please enter your comment!
Please enter your name here