Lebih dari 20 imam, frater dan suster Dominikan (OP) berkumpul di luar stasiun Gallery Place-Chinatown, Washington DC seraya melakukan evangelisasi dengan memainkan musik, bernyanyi dan membagikan rosario dan membicarakan tentang iman dengan orang yang berlalu lalang.
“Musik itu ungkapan indah sukacita Injil. Musik ‘sangat cocok’ untuk masyarakat,” kata Frater Gregory Pine OP kepada EWTN News seperti dilaporkan oleh Adelaide Mena tanggal 22 Mei 2014. Musik, jelasnya, adalah cara untuk ‘melukiskan keindahan Injil dengan media lain.” Peristiwa itu juga diliput oleh Catholic News Agency.
Atraksi yang mereka bawakan itu merupakan awal sebuah hubungan atau dialog, yang menyenangkan Tuhan, kata Frater Gregory yang turun ke jalan bersama para suster, frater dan imam Dominikan di pusat kota Washington DC, 17 Mei 2014, untuk menginjili dan menyebarkan pesan Paskah.
Di pusat kota itu, mereka menyanyikan lagu-lagu Maria dan Paskah dengan menggunakan musik Bluegrass (musik country Amerika) dan musik Negro spiritual lainnya. Mereka mendekati orang-orang yang lewat, menanyai nama-nama mereka dan memasukkan nama-nama mereka pada lagu yang mereka bawakan, “He’s Got the Whole World in His Hands.” Para penonton juga ikut membantu mereka menyanyikan “Lean on Me” dan “The Lion Sleeps Tonight.”
Setelah menyalami orang-orang yang berlalu lalang, para suster dan frater menawarkan rosario dan pamflet tentang devosi Maria. Mereka juga mengajak orang-orang untuk berdoa bersama dan berbicara lebih banyak tentang iman Katolik. Para imam juga bersedia memberikan berkat.
“Orang-orang hanya ingin sukacita, mereka ingin tersenyum,” kata Suster Teresa Christi Balek OP. “Kesaksian atas sukacita musik” adalah alat ampuh untuk menyebarkan Injil,” lanjut suster itu.
Dengan membagi-bagikan rosario, tercipta percakapan tentang Maria dan Kristus, kata Suster Teresa yang bersama Frater Athanasius Murphy OP nampak berbicara dengan beberapa pemuda Muslim. Mereka bukan hanya berbicara tentang Maria, tentang bagaimana ibu Kristus itu dihormati dalam agama Islam dan agama Kristen, tentang persamaan dan perbedaan antara kedua agama itu, tetapi berdoa dengan beberapa lelaki muda itu.
Peristiwa itu adalah peristiwa ‘evangelisasi di jalanan’ yang pertama bagi Frater Norbert Keliher OP. Musik dan rosario menjadi “pintu masuk untuk evangelisasi,” kata frater itu.
“Orang-orang suka menyanyi,” kata frater itu. “Saya tidak harus menjual apapun,” tapi mampu melakukan percakapan alami tentang Maria dan Injil. Frater Norbert menambahkan bahwa kebanyakan orang yang dia ajak bicara “juga mengambil rosario.”
Menurut Frater Gregory, orang tertarik dan datang menyaksikan “orang-orang aneh berkumpul dengan pakaian aneh, sambil menyanyi.” Pilihan lagu dan keinginan para biarawan-biarawati Dominikan untuk berbicara dengan orang-orang di jalanan itu “diterima sebagai undangan,” terutama sebagai undangan untuk ikut bersama berdoa bersama para frater dan suster.(pcp)