Pen@ Katolik

Dampak ketidakpahaman tentang sex fatal dan sangat kompleks

Rm. Philip

Pendidikan seks bagi kaum muda penting untuk disampaikan, karena dampak dari ketidakpahaman begitu fatal dan bahkan sangat kompleks, seperti tingginya hubungan seks bebas di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, tindakan aborsi, tingginya angka kejadian penyakit menular seksual (PMS) dan juga HIV/AIDS.

Direktris RS Santo Carolus Borromeus Kupang, dokter Herly Soedarmadji, berbicara baru-baru ini dengan sekitar 60 orang muda yang tergabung dalam OMK Stasi Simon Petrus Tarus, Paroki Santo Yosep Pekerja Penfui.

“Bila pendidikan seks tetap menjadi hal yang tabu, maka hal-hal itu akan menjadi bom waktu bagi generasi  kita di masa mendatang,” tegas dr Herly.

Dokter itu menjadi pembicara utama dalam kegiatan temu hati dengan tema “Menyayangi kehidupan” yang diprakarsai oleh para suster Kongregasi Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus di Gereja Simon Petrus Tarus, Kupang, NTT,  9 Maret 2014.

Materi yang diangkatnya adalah kesehatan reproduksi dan gerakan sayang kehidupan dengan menekankan pentingnya pendidikan seks bagi kaum muda Katolik “karena dampak dari ketidakpahaman akan hal tersebut sangat fatal bagi perkembangan generasi muda ke depan.”

Menurut Ketua Panitia, Suster Dominika CB, kegiatan itu dilakukan dalam rangka memperingati 150 tahun wafatnya Elisabeth Gruyters, pendiri Kongregasi Suster CB. Maka, sebelum kesehatan reproduksi dan gerakan sayang kehidupan (pro life) diperkenalkan dan didiskusikan, para suster memperkenalkan Kongregasi CB serta spiritualitas Elisabeth Gruyters kepada OMK.

Acara yang juga diselingi berbagai permainan itu, lanjut Suster Dominika, bertujuan untuk menyapa hati kaum muda dalam menjalani panggilan hidup masing-masing dengan penuh rasa tanggung jawab baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat dan lingkungan sekitar, dan “terutama tanggung jawab terhadap Tuhan yang telah memberikan kehidupan bagi kita.”

Kepala Stasi Santo Simon Petrus Tarus, Pastor Philipus Pilich Pr berharap agar momen itu dimanfaatkan oleh OMK. “OMK tidak saja mengandalkan tenaga yang kuat untuk dapat membangun Gereja masa depan, namun harus memiliki wawasan tentang kehidupan dan memiliki sikap, perilaku dan akhlak yang terpuji untuk bisa hidup di era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan ini,” harap Pastor Philip. (Thomas A. Sogen)