Menanggapi terjangan Topan Haiyan atau Yolanda yang telah menewaskan ribuan orang dan merusak ratusan ribu rumah dan bangunan, Keluarga Dominikan Indonesia telah mengumpulkan uang dari mereka sendiri, dari fans Halaman Facebook Gereja Katolik https://www.facebook.com/gerejakatolik, dari umat berbahasa Indonesia dan Inggris dari Paroki Redemptor Mundi Surabaya, dan lain-lain.
Uang dibawa ke Filipina dan diserahkan oleh Dokter Rita Naya Sp.PD dari doctorSHARE, yang datang bersama Paul C Pati dari PEN@ Indonesia http://www.penaindonesia.org/, kepada Pastor Bienvenido Trinilla OP, promotor aksi sosial. Menurut Pastor Bien, setengah sumbangan itu diberikan untuk sekolah dan biara Saint Anne Catholic School di Balasan, Iloilo.
Yolanda telah merusak empat sekolah yang dijalankan para suster Santo Dominikus (OP) Most Holy Rosary Filipina, dua di Propinsi Capiz yakni Our Lady of Fatima Academy di Kota Dao dan Saint Martin Academy di Kota Dumalag, serta di Propinsi Iloilo yakni Eucharistic King Academy di Sara dan Saint Anne Catholic School di Balasan. Sebagian dana juga diberikan untuk sekolah dan biara di Capiz.
“Tetapi sekolah kami yang paling rusak karena dinding sekolah roboh. Sekarang kami tak punya tempat lain bagi para murid memulai kembali pelajaran,” kata kepala sekolah Saint Anne Catholic School Suster Maria Remia Catoera OP kepada PEN@ Indonesia yang menemuinya di Iloilo, 24 November 2013.
Dijelaskan, hampir semua atap biara di Balasan hancur, dan kini mereka sedang terus memperbaiknya, seraya bersyukur kepada Tuhan karena tidak semua biara itu rusak. Mereka juga berterima kasih kepada Tuhan dan kepada semua orang yang berbaik hati mau menolong mereka membangun kembali atau merenovasi sekolahnya yang rusak total.
Suster Remia Catoera mengatakan, “Terima kasih untuk untuk orang Indonesia yang terus-menerus menolong kami, memberi kami bantuan spiritual dan finansial. Terima kasih banyak untuk bantuan yang disalurkan lewat Keluarga Dominikan Indonesia. Kami orang Filipina sangat berterima kasih. Kami para Suster Dominikan sangat berterima kasih atas bantuan kalian.”
Sudah banyak bantuan makanan datang dari berbagai negara, kata suster itu. “Yang paling kami dan masyarakat di sini butuhkan adalah membangun kembali atau renovasi rumah yang hancur,” katanya.
Mengalami bencana itu, Suster Remia Catoera menegaskan bahwa percaya semua berasal dari Tuhan dan Tuhan yang memberi dan Tuhan pula yang mengambil. Dia pun percaya bahwa Tuhan tetap ada di saat bencana itu terjadi.
“Apa yang terjadi dalam kehidupan mengingatkan kita bahwa Allah tetap lebih kuat daripada topan, lebih kuat daripada topan super. Dalam kehidupan, kita selalu bergantung kepada Allah karena semua datang dari Allah,” kata suster seraya bercerita bahwa tanpa harus meminta-minta orang-orang datang memberikan apa mereka butuhkan. “Itu berarti Allah tetap memberikan apa yang kita butuhkan saat mengalami pengalaman luar biasa ini.”
Suster Remia Catoera sedih melihat sesama yang kehilangan rumah dan harta bendanya. “Tentu saya sangat kasihan melihat para korban. Tetapi saya yakin jauh di dalam dirinya masih ada kenyataan bahwa mereka tidak kehilangan harapan, masih punya iman yang kuat, masih mengandalkan Tuhan. Orang Filipina memiliki iman yang kuat akan Allah. Kami tahu, Allah tetap melengkapi yang kami butuhkan.”
Yang pasti, dengan penuh kepercayaan akan bantuan Tuhan, sekarang suster itu sedang berupaya agar bisa mulai memberikan pelajaran kepada anak-anak didik yang kini kehilangan tempat untuk belajar.
Sebagian dana juga diberikan oleh Pastor Bien kepada Pusat Aksi Sosial Keuskupan San Jose de Antique. Uskup San Jose de Antique Mgr Mgr Jose Romeo Orquejo Lazo DD dan ketua pusat aksi sosial itu Pastor Edione R Febrero Pr mengucapkan juga banyak terima kasih untuk sumbangan yang diberikan oleh orang Indonesia yang telah dibawa oleh doctorSHARE dan Keluarga Dominikan Indonesia. Piagam penghargaan untuk Dominikan Awam Indonesia dan semua donatur dari Indonesia, yang juga ditandatangani Uskup San Jose de Antique Mgr Jose Romeo Orquejo Lazo DD, diberikan oleh Pastor Edione kepada Pastor Bien.
Sebanyak 13 dokter dari doctorSHARE Indonesia dan dua relawan melakukan misi medis dan relief operation di dua tempat terpisah di Tibiao, 25-27 November 2013.***