Home KEGEREJAAN Dominikan Awam Indonesia belajar perkembangan Dominikan Awam di Vietnam

Dominikan Awam Indonesia belajar perkembangan Dominikan Awam di Vietnam

0

Dominikan Awam Vietnam

Selain berziarah ke berbagai tempat suci di Vietnam, sejumlah awam Dominikan (OP) dari Indonesia mengungjungi Dewan Kuria Nasional Dominikan Awam di Ho Chi Minh City untuk belajar mengapa awam berkembang luar biasa hingga mencapai 112.468 anggota di 16 dari total 25 keuskupan di negara itu.

Dipimpin Penasehat Dominikan Awam Indonesia Pastor Andreas Kurniawan OP (Romo Andrei), ziarah 10-17 November 2013 diikuti 17 anggota Dominikan Awam (DA) dari Jakarta dan Surabaya, termasuk Kordinator Dominikan Awam se-Indonesia Theophilus A Atmadi OP. DA Indonesia berjumlah 160 orang.

Dominikan Awam di Vietnam mencakup 137 fraternities (regio) dan terdiri dari 1.230 chapter (kelompok), satu di antaranya kelompok eks-imam Dominikan. Dari total 112.468 anggota awam, 82.861 di antaranya sudah kaul kekal dan 21.189 sudah kaul sementara. Selain itu ada anggota muda sebanyak 3.165 orang.

“Sesuai tradisi Dominikan, kami mengunjungi keluarga Dominikan di mana pun kami berkunjung. Maka, dalam ziarah dan kunjungan ke Vietnam, kami berkunjung dan menyapa saudara-saudara di sana,” kata Theo Atmadi. Suasana kekeluargaan bahkan canda dan kebersamaan mereka alami, sama seperti saat mengunjungi biara suster OP di Vietnam yakni di Tam Hiep dan Tan Tham.

Dalam pertemuan 12 November 2013, DA Indonesia menemui seluruh tujuh anggota kuria itu serta imam pendamping atau penanggungjawab DA Vietnam Pastor Joseph Pham Quang Sang OP dan Provinsial Imam OP Vietnam Pastor Joseph Dinh Ngo Si OP. Pastor Joseph dibantu 14 imam di tingkat keuskupan.

“Dalam pertemuan mereka menjelaskan semua yang ingin kami tahu, yang sudah sebelumnya kami tanyakan dalam bahasa Inggris,” kata Theo Atmadi seraya berterima kasih untuk interpreter yang juga anggota awam yang menjadikan komunikasi cukup lancar dalam suasana akrab kekeluargaan.

Dalam semangat Dominikan, cerita Theo Atmadi, kuria itu menceritakan sejarah DA Vietnam serta perkembangan dan penanganannya, proses penerimaan, pembinaan dan pendanaan, juga perencanaan kegiatan dari tingkat nasional, regio hingga kelompok, serta kerasulan yang mereka kerjakan.

Yang menarik, menurut Theo Atmadi, adalah garis besar rencana kegiatan tahunan DA Vietnam yang sudah disusun oleh tim kuria nasional yang kini dipimpin oleh presidennya Joseph Do An Ninh OP. Dia dibantu oleh wakil ketua, sekretaris, bendahara, bidang studi, bidang pewartaan, dan bidang kaum muda.

“Mereka menggariskan perencanaan tahunan sesuai empat pilar Dominikan dan dijabarkan oleh masing-masing regio hingga kelompok, dan semua itu tertulis dalam tiga buku yakni Peraturan dan Anggaran Dasar, Petunjuk Pelaksanaan Peraturan dan Anggaran Dasar, dan Pembinaan Postulan, Novis serta Pembinaan Lanjut Dominikan Awam. Buku yang ketiga akan ditinjau dan bila perlu direvisi demi kemajuan bersama dalam tingkat nasional,” kata Theo Atmadi.

Pertemuan ditutup dengan ucapan terima kasih dari Romo Andrei serta tukar-menukar kenang-kenangan dan foto bersama.

Theo Atmadi juga bercerita tentang ziarah mereka sebelumnya yakni kunjungan ke Biara Suster OP di Tam Hiep. Dengan dihantar oleh Suster Maria Ha Dinh OP, mereka datang ke biara yang dihuni sekitar 150 suster yang masih dalam pembinaan, yang sudah berkarya dan yang sudah senior.

Di biara itu, peserta melihat ruang perpustakaan yang pernah dipakai tentara Vietkong di jaman perang. “Betapa tidak nyaman para suster hidup satu kompleks dengan tentara-tentara yang penuh hingar bingar, keras dan kasar. Namun, terjadi keajaiban. Suatu malam di tahun 1970-an, beberapa tentara bermimpi berjumpa dengan sosok manusia berwibawa, yang kemudian dikenali adalah Yesus sendiri, yang meminta agar para tentara secepatnya meninggalkan biara itu. Entah apa dialami, namun tentara-tentara sungguh meninggalkan biara Tam Hiep, sehingga para suster tinggal dengan tenang di biaranya hingga kini,” cerita Theo Atmadi.

Dari Tam Hiep, peserta mengunjungi biara Tan Tham, yang kompleksnya lebih dari 10 hektar, termasuk pemakaman para suster. Biara itu dihuni lebih dari 200 suster dan calon suster, yang hanya hanya boleh mengelola sekolah TK, karena pemerintah menginginkan semua SD hingga SLTA sepenuhnya dikelola pemerintah. Theo Atmadi mengenang provinsial, Suster Magdalena Teresa OP, dan Suster Yen Do OP “yang dengan ramah menghantar dan menjamu kami.”

Peserta lalu memasuki gereja di Bai Dau, pinggir pantai setelah kota Vungtao, dan merayakan Misa yang dipimpin Romo Andrei. Di tempat itu mereka melihat 100 imam diosesan sedang mengadakan retret. Tempat ziarah itu biasa ramai dikunjungi. Di atas bukit, di seberang kapel Bunda Maria, berdiri patung Yesus merentangkan tangan-Nya. Pengunjung bisa naik sampai ke atas bahu patung Yesus itu untuk memandang keindahan alam sekitar Pantai Vungtao.

Selain mengunjungi Katedral Bunda Maria di Ho Chi Minh City, peserta menikmati keindahan dan keramaian Ho Chi Minh yang tidak jauh berbeda dengan Jakarta. “Ratusan sepeda motor berlomba menyusuri jalan untuk mencapai tempat kerja, melewati jalur khusus untuk sepeda motor, sehingga lebih aman dan tertib. Jalan-jalan utama terkesan lebih lebar. Namun, Jakarta kita masih ‘menang’ dalam hal kemacetan!” kata Theo Atmadi.

Dari Ho Chi Minh City, peserta terbang menuju Danang dan dengan mobil menuju tempat penampakan Bunda Maria di La Vang. Tanggal 19 Juni 1988, Paus Yohanes Paulus II dalam upacara kanonisasi 117 martir Vietnam memaklumkan pentingnya peran Santa Perawan Maria dari La Vang dan mengungkapkan kerinduan untuk dibangunnya kembali Basilika La Vang dalam rangka 200 tahun peringatan penampakan pertama Santa Perawan Maria dari La Vang, Agustus 1998. Tempat ziarah itu direnovasi tahun 2008.

Peserta juga mengunjungi Istana Kerajaan Vietnam di Hue, kota di sentral Vietnam dengan penduduk 950 ribu jiwa, yang terkenal dengan atraksi historisnya, berupa istana di dalam citadel dan makam raja-raja. Beberapa kompleks makam kekaisaran lebih banyak memiliki pengaruh Tiongkok. “Yang saya tangkap dari semua itu adalah mereka membuat makam-makam begitu indah dengan tata letak dan arsitektur ala Tiongkok dan kondisi cukup terawat. Beberapa makam dikelilingi telaga. Nuansanya sangat menenangkan, tidak terasa seperti makam. Namun berhubung hujan, kami tidak berlama-lama menikmati keindahan sejarah kota ini.”

Setelah menikmati pemandangan alam Halong Bay yang diusulkan ke Unesco-PBB menjadi keajaiban dunia kedelapan dan melihat gua stalaktit dan stalakmit Thien Tjung Grotto, peserta menuju Gereja Katedral Santo Joseph yang anggun di Hanoi. “Ketika akan Misa, pastor yang bertugas meminta identitas diri sebagai pastor kepada Romo Andrei. Hal prosedural itu memang seringkali tidak atau lupa ditanyakan, namun penting!”

Setelah sekitar 90 menit terbang dengan Vietnam Air peserta tiba kembali di Saigon (Ho Chi Minh City) dan melihat gereja Dominikan yang unik dengan arsitektur Vietnam. “Dari sana, baru kami ke rumah provinsial untuk merayakan Misa Minggu. Perjumpaan kembali dengan Pastor Joseph Ngo Si Dinh OP sungguh menyenangkan. Serasa kami benar-benar berada di rumah saudara sendiri.***

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version