Seminaris dan frater tidak saja berkutat dengan filsafat, teologi, kitab suci, dan sejenisnya yang berbau religi, tetapi juga diharapkan bisa melakukan pewartaan melalui karya sastra yang dihasilkannya setelah mempelajari hal-hal tersebut. Harapan itu diutarakan oleh seorang praktisi sastra Pastor Amanche Franck OE Ninu Pr dalam acara bedah Novel “Mata Likku,” karya Frater Kiristororus Ngasi, calon imam diosesan dari Keuskupan Weetabula, Sumba, di Aula Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui Kupang, NTT, 15 Oktober 2013. “Mewartakan kabar gembira dan karya keselamatan tidak harus dari atas mimbar, tetapi bisa juga melalui karya sastra yang dihasilkan oleh para seminaris dan frater setelah mempelajari banyak hal tentang filsafat, teologi, kitab suci dan lain-lain,” tegas pembina dan guru SMA Katolik Giovanni Kupang itu. Bedah novel itu menghadirkan dua pembicara yakni peneliti budaya Pastor Dr Herman Punda Panda Pr, Praeses Seminari Tinggi Santo Mikhael yang membuat kajian dari aspek budaya dan praktisi dunia sastra Frater Januario Gonzaga yang menelaahnya dari aspek sastra. Hadir juga Yohanes Sehandi, kritikus sastra NTT yang pernah beberapa waktu lalu dijuluki sebagai ‘HB Jassin NTT’ oleh sastrawan senior Gerson Goyk, karena berbagai upaya yang dilakukan dalam membuat kritik terhadap sejumlah karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan lokal NTT di berbagai media cetak lokal setempat.***