Home SOSIAL Pukat Surabaya siapkan anak Katolik jadi berkat bagi sesama lewat beasiswa

Pukat Surabaya siapkan anak Katolik jadi berkat bagi sesama lewat beasiswa

0
IMG_0092
Mgr Wisaksono berterima kasih kepada Andy F Noya/pcp

Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono menyambut baik Cawan Getsemani (CG), program beasiswa yang mempersiapkan anak Katolik untuk berjiwa pemimpin dan mampu memberi warna Katolik di mana dia berkarya, karena dengan menerima CG, “mereka jadi berkat bagi orang lain.”

Mgr Sutikno Wisaksono hadir dalam Lustrum Pertama CG, program beasiswa unggulan dari Persekutuan Usahawan Katolik Keuskupan Surabaya (Pukat Surabaya) yang dilaksanakan di gedung Gramedia Expo Surabaya, 23 Agustus 2013.

Acara yang dihadiri sekitar 400 orang termasuk para donatur CG dihibur oleh Andy F Noya yang terkenal dengan program TV Kick Endy yang mewawancarai tiga penerima program atau Anak Cawan Getsemani (ACG), orangtua ACG, Sekjen CG Harun Eston, dan Mgr Wisaksono.

Uskup Surabaya mengakui, CG masih diberikan kepada anak-anak Katolik, padahal “kita harus lebih memberikan kepada yang lain.” Namun, uskup menyadari bahwa di antara yang Katolik saja “masih banyak sekali yang harus kita bantu.”

Dalam perbincangan dengan PEN@ Indonesia, Mgr Wisaksono menegaskan bahwa umat atau kelompok Katolik bukan hanya perlu  “tetapi harus” memberikan beasiswa. Orang Katolik, tegas uskup, harus berbuah dalam kehidupan, berlimpah dalam kasih. “Masih banyak sekali orang yang membutuhkan. Keuskupan sudah membantu, tetapi tak menutup kemungkinan bagi kelompok lain di keuskupan.”

Yang dilakukan Pukat Surabaya, kata pelindung Pukat Surabaya dan penasehat CG, harus dipupuk dan digulirkan kelompok lain, “karena mereka bukan hanya memberi biaya pendidikan, tapi juga pembinaan.”

Sesuai logo, ACG berarti mereka, yang diberi talenta kepandaian, tapi memiliki masa depan gelap atau tidak jelas untuk melanjutkan pendidikan karena keterbatasan ekonomi keluarga, kini dibiayai, dibina, dan diarahkan oleh CG untuk kelak menikmati masa depan baik, sukses dan penuh harapan.

Sesuai moto Pukat Surabaya “berkarya dan berbuah,” maka Cawan (penderitaan atau calon cendekiawan) Getsemani semula berangkat dari buah-buah kepedulian bagi generasi muda Katolik yang harus didukung untuk unggul dalam pendidikan dan bakti bagi masyarakat di masa depan, jelas uskup.

CG, lanjut uskup, bermula dari kepedulian personal dari para profesional dan program Personal Social Responsibility dari Pukat Surabaya. “Dana yang terkumpul diarahkan untuk mendukung kaum muda Katolik yang cerdas dan bermotivasi tinggi untuk menyelesaikan pendidikan tinggi dan pada gilirannya menimbulkan akibat berkelanjutan bagi generasi muda lain.”

Namun, di tahun-tahun berikut, uskup mengamati, dukungan bukan hanya pemberian dana pendidikan, “tapi pembinaan iman dan kerohanian yang mengarahkan ACG untuk jadi pribadi unggul dan beriman.”

Dalam buku “Golden Time, To be the light of Christ” yang terbit saat lustrum itu, Ketua CG Ferry Yusuf menegaskan, pola pendampingan CG “didorong oleh harapan agar CG menghasilkan generasi muda Katolik masa depan yang tidak hanya mempunyai kecerdasan intelektual, tetapi kecerdasan emosional, sosial dan spiritual.”

Pengurus CG yang dikomandani Harun Eston, jelasnya, telah meletakkan dasar kuat pada setiap ACG dan orangtuanya, sehingga pada HUT ke-5 dapat dilihat hasilnya, sudah ‘menjalar’ ke Keuskupan Kupang dengan Program CG4 NTT. “Kami sangat yakin, suatu waktu keuskupan lain akan meng-copy-paste CG Surabaya,” katanya seraya berharap CG menjadi gerakan bersama semua keuskupan.

Menurut data, hingga tahun kuliah 2012-2013, jumlah alumni ACG sebanyak 19 orang dari berbagai universitas di Surabaya serta satu dari universitas di Manado dan Yogyakarta. Sedangkan jumlah ACG dalam tahun kuliah 2012-2013 sebanyak 20, 12 alumni dan 4 drop-out.

Acara hari itu dilengkapi Pelepasan ACG 2012-2013. Mereka adalah anak-anak yang “sangat pandai” dengan IP 3.5, berkekurangan atau tidak mampu, beragama Katolik, berjiwa pemimpin yang Katolik, orangtua aktif di Gereja atau aktivis Katolik, bersedia menjadi saksi iman Katolik yang tangguh dan militan, dan bersedia mendukung dan menjadi donatur untuk kelangsungan CG. Mereka juga sanggup dibina antara lain dengan rekoleksi dan bakti sosial.

Door prize di penghujung acara membuktikan bahwa di Surabaya ada kelompok lain yang memberikan beasiswa bagi mahasiswa. Hadiah utama berupa Video Cam yang dilengkapi Wifi dimenangkan oleh satu dari 10 mahasiswa penerima beasiswa Keluarga Dominikan Indonesia yang juga hadir. “Ini hadiah untuk kelompok saya, akan digunakan untuk kegiatan bersama,” katanya kepada PEN@ Indonesia.***

Suasana Lustrum Pertama Cawan Getsemani

Exit mobile version