Sementara lebih dari 3,5 juta kaum muda berkumpul untuk Misa Penutupan Hari Kaum Muda-se-Dunia (WYD) di Pantai Copacabana tanggal 28 Juli 2013, orang muda Katolik (OMK) di kota Aleppo, Suriah, yang dilanda perang, berkumpul untuk merayakannya bersama rekan-rekannya.
Menurut Fides, 850 OMK Suriah berkumpul di Youth Center George di distrik al-Sabil, untuk refleksi, doa, diskusi dan hiburan. Acara itu diselenggarakan oleh imam-imam Salesian.
Empat uskup Katolik turut serta, merayakan Misa dan berbagi tugas untuk refleksi dan doa. Acara dilanjutkan dengan penyerahan OMK Suriah ke dalam lindungan Hati Maria Yang Tak Bernoda.
Uskup Katolik Armenia Mgr Boutros Marayati mengatakan kepada Fides seperti dilaporkan oleh Zenit 5 Agustus 2013, “Saya kagum melihat begitu banyak OMK tanpa takut di kota yang terluka oleh perang.”
Dikatakan, mereka semua menjadi saksi kedamaian batin yang merupakan karunia Tuhan. “Persepsi kelembutan Yesus semakin kuat dalam diri mereka, dan banyak OMK mulai berpikir untuk mengabdikan diri kepada Tuhan dalam doa dan pelayanan.”
Sebagian besar kata-kata Paus Fransiskus di hari-hari pertama WYD diungkapkan hari itu. Saat itu, mereka mencoba menghubungi OMK di Rio melalui Skype, tapi hubungan internet tak bekerja, kata Uskup Marayati.
***
Salah seorang dari Suriah yang ikut WYD di Brasil adalah Bashar Khoury, 29. OMK dari Ritus Latin Suriah itu bekerja sebagai perancang komputer dan tinggal di Damaskus. Sehari sebelum WYD di Brasil ditutup, dia bercerita kepada National Catholic Reporter.
Umat Kristen telah lama menjadi kelompok minoritas penting di Suriah. Jumlahnya sekitar sepuluh persen dari 22,5 juta penduduk negeri itu. Mayoritas adalah umat Ortodoks Yunani, diikuti umat Katolik, Gereja Asiria dari Timur, dan berbagai macam umat Protestan.
Namun, tegas Khoury, sebagian besar orang Suriah tidak tahu istilah denominasi, hanya Kristen atau Muslim. Dia kenal sahabat dekatnya beragama Kristen, tapi sampai hari ini tidak tahu apakah dia Katolik.
Menurut Khoury, menjadi Kristen di Suriah saat ini lebih buruk dari yang dibayangkan. “Saya beri satu contoh. Jika ingin bepergian dari kota ke kota, atau hanya berjalan menyusuri jalan, saya harus pastikan bahwa tidak ada tanda-tanda Kristen pada saya, seperti memakai Salib, dan bahwa saya tidak membawa bahan-bahan Kristen, karena jika sesuatu terjadi dan mereka tahu saya Kristen, saya menghadapi kesulitan besar.”
Ketika ditanya siapa yang dia maksudkan dengan mereka, dia menjawab: “Bukan pemerintah, tetapi pemberontak, terutama Muslim radikal. Sulit mengatakan Anda Kristen, karena kita takut. Situasi di Damaskus sedikit berbeda dari daerah lain, seperti Aleppo dan Homs, bagian timur negara itu,” katanya.
Di dalam kota lebih aman, tapi di pinggiran kota tidak demikian, jelasnya. “Harasta adalah tempat tinggal orang Kristen yang hanya enam mil di luar Damaskus. Tidak ada lagi orang Kristen di sana saat ini. Gereja dihancurkan. Kami berharap perang ini akan berakhir secepatnya.***
Foto Scalino viaPhotopin CC