Home KEGEREJAAN Keuskupan Bandung akan lancarkan ‘Gerakan 1000 Rupiah’ untuk pendidikan anak kurang mampu

Keuskupan Bandung akan lancarkan ‘Gerakan 1000 Rupiah’ untuk pendidikan anak kurang mampu

0

Botol Belarasa

 

Untuk memperkuat belarasa umat di bidang pendidikan, khususnya pendidikan berasrama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu yang terpaksa harus putus sekolah karena tak bisa membayar biaya sekolah dan jarak ke sekolah yang jauh, Keuskupan Bandung akan melancarkan ‘Gerakan Koin 1000’.

Penjelasan itu dikemukakan oleh Pastor Alexander Dato SSCC, ketua Tim Fokus Pastoral 2013 Keuskupan Bandung, dan sekretarisnya Ignatius Yunanto, kepada wakil-wakil semua paroki, komisi, sub-komisi, biro, kelompok kategorial, lembaga hidup bakti, dan yayasan keuskupan itu dalam Raker Tengah Tahun 2013 di Lembang, 21-22 Juni 2013.

‘Gerakan Koin 1000’ yang adalah cikal bakal pendirian panti asuhan, jelas imam itu, akan bekerjasama dengan kongregasi, lembaga sosial atau pun lembaga pendidikan yang ada, dan melalui gerakan itu “kita mewujudkan diri sebagai satu kesatuan utuh Gereja Katolik Keuskupan Bandung yang berbelarasa, menuju Gereja yang Hidup: Mengakar, Mekar, dan Berbuah …, seperti diteladankan dalam kisah Orang Samaria yang Baik Hati, Yesus mengutus kita, “Pergilah, dan Perbuatlah Demikian!” (Luk 10:37).”

Tema Tahun Pastoral 2013 Keuskupan Bandung adalah “Solidaritas Sosial: Pemuliaan Martabat Manusia dan Pemulihan Keutuhan Ciptaan.”

Berbekal semangat perutusan “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” kata imam itu, di Tahun Belarasa, “seluruh lapisan Gereja Keuskupan Bandung mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, komunitas basis, paroki, sekolah, dan lembaga berkomitmen bergerak bersama melalui animasi (penyadaran), selebrasi (perayaan) dan aksi (gerakan nyata). Aksi belarasa diwujudkan dalam ‘Gerakan Koin 1000’.”

Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Bandung yang dipimpin oleh Alexander Dato SSCC ditugaskan oleh keuskupan untuk mengkoordinir pelaksanaan Fokus Pastoral 2013, termasuk ‘Gerakan Koin 1000’ yang pelaksanaannya dimulai tanggal 1 Agustus 2013 sampai 30 September 2013.

Ignatius Yunanto menginformasikan kepada PEN@ Indonesia bahwa besarnya uang yang boleh dimasukkan dalam Botol Belarasa, botol mineral bekas ukuran 600 ml atau media lain, yang ditempel stiker yang disiapkan panitia, bukan hanya 1000 rupiah, tetapi bebas, “Boleh 100, 200, 500, 1000, atau 100.000 rupiah dan seterusnya.”

Jumlah botol belarasa di setiap keluarga bebas. “Artinya, satu keluarga bisa memiliki hanya satu botol belarasa atau bisa juga setiap anggota keluarga, anak-anak, isteri, suami memiliki botol belarasa masing-masing. Diupayakan supaya setiap hari botol belarasa selalu diisi. Keutamaan yang hendak dibangun adalah kesetiaan, bukan mengejar besarnya uang belarasa,” jelasnya.

Dijelaskan, uang belarasa dari setiap pribadi atau keluarga dikumpulkan ke lingkungan paling lambat 6 Oktober 2013, dari lingkungan ke paroki 13 Oktober 2013, dan paroki ke Tim Fokus Pastoral Keuskupan yang alamatnya sudah dikirim ke semua paroki. Bagi anak-anak sekolah, botol belarasa disimpan di kelas, kemudian sekolah akan mengumpulkannya untuk diserahkan ke tim itu.

Raker juga mengungkapkan kegiatan aksi lain yakni penyusunan buku katalog profil lembaga atau yayasan karya sosial, sedangkan kegiatan selebrasi akan diisi dengan perayaan puncak serta penutupan tahun pastoral, dan kegiatan refleksi akan ditandai dengan penerbitan buku pegangan bagi penggerak karya sosial dan buku pendalaman solidaritas sosial bagi umat. Ada juga animasi bagi penggerak karya sosial di tingkat dekenat (istilah baru pengganti wilayah), retret penggerak karya sosial, dan pendalaman Ajaran Sosial Gereja (ASG).***

 

Exit mobile version