Suster Gaby OP pimpin sekolah Katolik dengan 255 siswa Muslim dan 16 Katolik

111
220436

 

hasan-300x195

Wawancara dengan suster kepala SMK Yos Sudarso, Majenang

SUSTER GABRIELLA SUYATNI OP, lahir 50 tahun lalu di Moyudan, Yogyakarta. Lulusan SMP Pangudi Luhur itu masuk SPG PGRI dan menyelesaikan S1 Bimbingan Konseling di Universitas Sanatha Dharma, Yogyakarta.

Suster yang akrab dipanggil Suster Gaby tinggal bersama dua suster di Susteran OP Majenang dan menjadi kepala  SMK Yos Sudarso Majenang, yang didirikan tahun 1983 oleh Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS), pimpinan Pastor Patrick Edward Charlie Burrows OMI (Romo Carolus).

Di SMK Yos Sudarso dengan jurusan busana butik, pemasaran dan akuntansi yang memiliki misi ‘memanusiakan manusia dengan arah mengentaskan kemiskinan lewat berbagai macam cara’ itu Suster Gaby mencintai anak didiknya laksana seorang ibu.

Baru-baru ini Paul C. Pati dari PEN@ Indonesia mewawancarai Suster Gaby di Purwokerto untuk mendengar ketulusannya menghidupkan 43 anak asuh, yang hanya satu dari mereka beragama Katolik.

PEN@ INDONESIA: Berapa jumlah murid dan apa misi sekolah itu?

SUSTER GABRIELLA SUYATINI OP: Jumlah murid di sekolah saya 241 orang, 93 pria dan 148 wanita. Hanya 16 dari jumlah itu beragama Katolik, yang lain Muslim. Sekolah Katolik itu menyiapkan fasilitas bagi orang Muslim, bahkan guru tetap agama bukan guru agama Katolik, tetapi guru agama Islam. Guru agama Katolik hanya honor.

Salah satu misi SMK itu adalah membantu masyarakat meningkatkan taraf hidup, bukan dengan memberi materi, tetapi mendirikan sekolah untuk orang miskin. Pendidikan di sekolah itu di luar standar karena ekonomi siswa-siswinya mayoritas menengah ke bawah.

Bagaimana guru-gurunya?

Ketika menjadi guru di Yayasan Santo Dominikus Purwokerto, semua teman guru berkualitas, bersih, rapi dan tidak ada yang terlambat. Di SMK Yos Sudarso Majenang, guru terlambat itu biasa. Dari pengalaman saya selama di situ, belum pernah satu hari pun tidak ada guru terlambat. Memprihatinkan, guru yang terlambat seperti tidak merasa bersalah.

Bagaimana keadaan murid-muridnya?

Sebagaimana sekolah-sekolah di pelosok, beberapa anak SD hingga SMP dan SMK di Majenang memiliki kebiasaan merokok karena latar belakang keluarga. Saya tertantang, bagaimana mencintai dengan tulus orang yang kata orang ‘tidak layak dicintai’. Dalam doa saya katakan, seandainya mereka adalah saya, Tuhan pasti mencintai saya seperti itu. Mungkin saya dicintai Tuhan tidak sesuai harapan-Nya. Allah menciptakan saya dengan harapan seperti itu tetapi kenyataannya menjadi seperti ini. Tetapi, cinta Allah tidak berkurang. Justru di situ saya rasakan berkat melimpah terus dalam hidup saya.

Apa realisasi cinta suster kepada mereka?

Saya mencintai mereka tanpa syarat. Kalau ada yang bolos, saya bersama para guru mencari informasi tentang anak itu. Kebanyakan yang bolos laki-laki. Saya katakan, kalau begitu bagaimana nanti kamu bertanggung jawab dengan isteri dan anak-anakmu? Kalau kamu baik, kemiskinan keluargamu akan teratasi. Kalau seperti ini nanti kamu kerja ala kadarnya dengan upah ala kadarnya, karena dirimu sendiri ala kadarnya.

Untuk anak-anak kelas 3 yang les sesudah pulang sekolah, saya sediakan magic com dan beras dari donatur. Saat istirahat kedua mereka masak, salah satu anak saya beri 5000 rupiah untuk beli sayur. Saat pulang mereka makan bersama. Sekarang saya tak lagi memberi uang, karena seorang pemilik rumah makan tersentuh dan menawarkan sayur gratis. Saya minta anak-anak ambil sendiri sayur itu.

Saya terharu melihat mereka makan. Di dunia seperti sekarang, mereka makan bersama bukan dengan piring. Sayur dan nasi dituangkan semua ke baki. Mereka mengelilinginya dan makan bersama. Saya kagum dengan kesatuan dan kebersamaan mereka.

Ada pengalaman menarik lain?

Saya pernah mengunjungi keluarga dengan lima anak. Orangtuanya bekerja sebagai pemetik kangkung dari jam 10 malam sampai 5 pagi. Gajinya 25 ribu rupiah. Rumahnya tidak ada kamar mandi. Anak remaja semua mandi di ruangan yang hanya ditutup karung beras. Mereka makan dan tidur di satu ruangan. Di samping tempat tidur terletak tungku.

Tiga  anak keluarga itu kini menjadi anak asuh saya. Sebenarnya kakak tertua sudah tiga tahun tidak sekolah setelah lulus SMP. Karena berpikir dia perlu juga mengangkat ekonomi keluarga, saya bertanya, ‘Mas mau sekolah?” Dia malu dan menolak, karena adik-adiknya sudah jadi anak asuh saya, merasa sudah tua, dan malu ngak bisa ikuti pelajaran.

Tapi saya katakan, “Tidak ada orang bisa mengalahkan kehendak sendiri, kalau maunya tidur, disuruh berlari dia akan tetap tidur. Silahkan tanya pada kehendakmu sendiri, mau berhasil atau tidak, mau baik atau tidak, mau lulus SMP, SMK atau Perguruan Tinggi.” Dia masih mikir. “Kalau suster pindah siapa yang biayai saya?” tanya dia. “Itu soal gampang Mas. Ada bank, bisa transfer. Kalau saya minta izin ke Majenang untuk mengurus kalian, pasti boleh oleh pemimpin saya,” jawab saya. Karena masih mikir, saya tinggalkan formulir dengan pesan, “kalau minat, diisi saja, kalau tidak, ngak apa-apa.”

Ternyata dia mengisi formulir dan kini sekelas dengan adiknya. Dia lebih pintar dari adiknya. Karena mau lebih pintar matematika, saya setuju usulannya untuk les. Kebetulan ada guru Katolik yang mau memberi les dengan harga 50 ribu rupiah sebulan untuk anak asuh saya.

Ketiga anak itu tidak bayar uang apa pun. Bahkan, kalau di susteran ada beras kita kasih kepada mereka. Saya menangis mendengar bahwa mereka setiap pagi hanya sarapan dengan sambel, padahal makanan di susteran sering tidak habis. Kalau ada makanan di susteran kita panggil mereka.

Suster biayai semua ongkos sekolah mereka?

Ketiga anak itu adalah bagian dari 10 anak asuh yang saya biayai semua, SPP, uang makan dan uang jalan. Saya punya 43 anak asuh. Hanya satu beragama Katolik. Khusus untuk anak-anak dari pemetik kangkung itu saya pinjamkan sepeda sumbangan seorang umat Katolik.

Anak-anak didik saya umumnya naik motor dan jalan kaki. Mereka lebih bangga jalan kaki daripada turun naik sepeda. Nampaknya masih ada gambaran bahwa naik sepeda itu rendah. Memang saya mengerti karena mereka masih remaja, masih mencari harga diri.

Kami masih merencanakan pembiayaan berkelanjutan bagi ketiga anak itu untuk meneruskan pendidikan setelah tamat dari SMK.

Apakah anak-anak asuh suka membantu suster juga?

Ya, kalau ada waktu kosong, dengan suka rela mereka datang ke rumahku untuk nyapu, ngepel, cabut rumput atau bersihkan kebun. Kalau mereka datang tentu saya beri makanan, tapi masak sendiri. Yang lain kerja, yang lain masak.

Mereka terlibat kegiatan sosial. Misalnya, mereka jalan dari SMK menuju gereja. Dalam perjalanan mereka memungut sampah dan memasukkan dalam tas kresek yang mereka bawa. Kami hanya minta melakukan yang baik. Namun lewat analisa, kami menemukan masalah sosial yang besar adalah sampah. Mereka menyadari kalau mau hidup sehat harus buang sampah ke tempatnya.

Apakah anak-anak itu tahu bahwa suster beragama lain?

Mereka tahu. Bahkan mereka bertanya mengapa saya, orang Katolik, mau bantu orang Muslim. Saya jawab, ‘Kami bukan membantu agamanya tapi membantu orangnya.’ Kami harus membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan, apapun agamanya.

Dulu ketika masih guru, ada siswa mengatakan … ‘Eh kafir!’. Lalu saya katakan, ‘Kalau saya kafir, nanti kamu menjadi pintar karena orang kafir, karena saya mengajar kamu.’  Hanya sekali itu saya mendengar anak mengatakan saya kafir.

Kalau teman suster mampir, mereka katakan “kami mau lihat suster lain, bukan suster saja.” Saya ajak mereka ke rumah dan katakan, “Susternya pingin bakso.” Langsung mereka belikan bakso, siapkan mangkok dan mencucinya selesai digunakan. Bahkan kalau ada doa lingkungan, mereka siapkan tikar.

Apakah di Majenang ada paroki?

Ada. Paroki Santa Theresia Majenang diresmikan tanggal 1 Oktober 2010. Kalau saya datang membersihkan gereja, anak-anak mengajak teman-teman lain untuk membantu menyapu dan mengepel. Kalau Gereja mengadakan aksi sosial, mereka yang membungkus sembako serta membagikannya. Saat ada Hari Raya Gereja pun mereka ikut terlibat, misalnya hari Minggu Palma mereka membawa palma.

Tentu semua itu tidak bertujuan mengkatolikkan mereka. Bagaimana mereka tahu itu?

Saya katakan sejak awal bahwa, “Saya bantu kamu, tapi kamu tidak boleh Katolik. Begitu kamu Katolik, saya dikira mengkatolikkan dan cinta kasih kami terhambat. Maka silahkan sholat lebih rajin, dan jangan menjadi Katolik.” Buktinya, yang tertua dari kakak-beradik yang saya sebut tadi tetap guru ngaji untuk anak SD. Setiap azan, dia yang pimpin sholat, dia imamnya.

Dengan menjadi murid dan bekerja dengan saya mereka lebih rajin sholat. Kalau tidak sholat, saya tegur dengan mengatakan bahwa kehidupanmu tidak kuat tapi rapuh. “Kalau kamu tidak terbiasa dengan udara Allah, nanti Allah memberi surga kamu tidak kerasan. Tuhan kasih surga, tapi karena tidak biasa ber-AC, kamu jauh-jauh dari AC, padahal itu AC dari Tuhan. Kamu harus biasakan diri dengan udara Allah. Udara Allah adalah kebaikan. Tidak ada lain!”

Mereka tidak merasa berdosa masuk gereja atau kerja dengan suster?

Tidak. Sebelumnya saya tanya, “Kalau kamu masuk gereja berdosa nggak?” Mereka jawab tidak. “Di agamamu diajarkan ngak?” Mereka jawab, “Ngak!” Maka, ketika ke Yogyakarta untuk Pesta 25 Tahun Imamat seorang imam, dua anak asuh ikut. Demikian juga ketika menghadiri Misa Pernikahan, mereka duduk di depan menyaksikan upacara pernikahan.

Mereka bertanya tentang artinya salib. Saya jelaskan bahwa untuk menjadi sempurna seseorang bukan saja harus dekat dengan Allah tapi juga dengan sesama. Kalau manusia punya hubungan baik dengan Allah tetapi tidak baik dengan sesama, dia tidak dapat kesempurnaan di dalam Allah.

Mereka mulai terbuka. Tapi ada yang bertanya, “Suster di tempat suster ada yang najis, ngak?” Saya bilang ada, tapi najis bukan yang masuk tapi yang keluar. “Kalau saya marah tanpa alasan, itu bisa najis.” Saya menjelaskan tentang perbedaan roh jahat dan roh baik dengan mengatakan bahwa roh jahat adalah kemalasan, mabuk-mabukan, merokok.

Apa refleksi suster tentang kerja sama dengan anak-anak asuh itu?

Saya tumbuh mekar di tengah orang Muslim. Di SMK Yos Sudarso Majenang, anak-anak boleh masak dan makan, bahkan tidur di situ. Yang tinggal jauh boleh tidur di sekolah bersama penjaga malam.

Justru di tengah orang Muslim, saya bisa menghadirkan cinta kasih tulus, sungguh-sungguh, dan tanpa benteng. Saya bangga. Memang, kalau berkunjung ke pegunungan, saya mencari murid, dan melihat masih banyak orang tidak punya wc sehingga buang air besar di kebun. Kesehatan pasti kurang.

Benar, 10 persen murid saya adalah dari keluarga miskin yang saya ‘tarik’ dari pegunungan dan pedesaan untuk bersekolah tanpa bayar. Kepada mereka kami sediakan rumah singgah tanpa bayar, tapi mereka masak sendiri dengan beras yang diberikan umat Katolik.

Bagaimana tanggapan tokoh Muslim di sana?

Pertama mereka menganggap SMK Yos Sudarso itu sekolah Katolik dan agamanya pasti Katolik. Tapi kini, mereka mulai terbuka, karena tahu tidaklah demikian. Buktinya, sebelum ujian sekolah, kami panggil kiai untuk berdoa. Saya wajibkan semua anak perempuan Muslim memakai jilbab.

Dalam rapat kepala sekolah, ada kepala sekolah yang mengajak saya datang ke sekolahnya. Katanya, belum ada orang seperti suster datang ke sekolahnya. “Ya sudah. Nanti saya datang bersama anak-anak saya.”

Ketika mengajar pengalaman bahagia dan sedih, seorang anak mengatakan pengalaman bahagianya adalah saat pertama kali bertemu dan melihat suster. Itu pun terjadi di masyarakat. Kalau saya memasuki gang untuk pulang ke rumah, anak-anak kecil keluar dan memanggil, suster … dalem (semoga Tuhan memberkati) … suster.***

111 KOMENTAR

  1. Suster hebat…lanjutkan terus karya dan perbuatan suster. Suster adalah orang yang telah dan benar-benar dikasihi Allah, seperti Allah mengasihi Putera-Nya.

    • Manusia diciptakan oleh Allah secitra dengan diriNya. Manusia memiliki martabat luhur dan merupakan ciptaan Allah yang khusus, berbeda dari semua ciptaan yang ada. Pada hakekatnya hal itu dilakukan oleh Allah adalah Allah ingin berbagi kebahagiaan dengan manusia. Allah ingin agar kebahagiaan yang menjadi milikNya juga dinikmati oleh manusia. Kebahagiaan ini hanya ada padaNya. Dengan demikian manusia akan beroleh dan menikmati kebahagiaan itu sejauh dan bila manusia tetap hidup dalam kesecitraan dengan Allah, menyatu dengan yang menjadikannya.
      Namun sejak manusia dijadikan dan hingga sekarang dalam perkembangan zaman kesecitraan manusia dengan Allah sering dipertaruhkan dan dirongrong oleh kemajuan zaman. Perkembangan dan kemajuan zaman bukan tidak dikehendaki Allah, Allah menghendakinya karena itulah Ia menjadikannya jauh melebihi semua ciptaan dan untuk itulah Allah memberikan kuasa bagi manusia untuk menata ciptaan lain diluar dirinya. Namun kemajuan itu seringkali menjauhkan manusia dari citra yang telah melekat dalam dirinya sejak dijadikan, manusia mulai menjauh dari kebahagiaan sejati yang hanya ada pada Allah. Dalam situasi demikian, citra Allah yang ada dalam dirinya berusaha mencari sesuatu yang mulai kabur atau merangkak menjauh dari dirinya, yakni manusia selalu mencari kebahagiaan tersebut. Untuk itu manusia belajar dalam hidupnya, entah itu dari pendidikan formal maupun informal. Pada intinya, manusia belajar dan bekerja adalah untuk mencari dan meraih sesuatu yang sudah sejak dahulu ada dalam dirinya, hanya pencarian dan jalan yang ditempuh oleh manusia seringkali keliru. Kemajuan zaman yang seharusnya memerdekakan manusia tetapi justru ‘memenjarakan’ manusia dalam beroleh kebahagiaan hidup.
      Dalam upaya pencarian tersebut, manusia belajar dan menyelenggarakan pendidikan. Semua pendidikan berusaha membantu manusia keluar dari keterbelengguan ketidaktahuan. Romo Mangunwijaya mengatakan bahwa pendidikan itu hendaknya memerdekakan manusia. Pendidikan memerdekakan manusia pada dasarnya untuk menghantar, menuntun manusia pada satu tujuan yang menjadi milik bersama, ada dalam diri setiap orang yakni kebahagiaan hidup. Namun sebenarnya pendidikan yang lebih secara khusus bahkan melebihi semua bidang pendidikan yang mencoba memberi jawaban atas pencarian manusia itu adalah bidang PENDIDIKAN AGAMA/IMAN. Mengapa demikian? Karena kebahagiaan sejati hanya ada pada Allah. Pendidikan Agama pada hakekatnya bertujuan untuk menghantar orang pada iman akan Allah, memberi jawaban atas pencarian yang ada dalam hidup terdalam manusia. Hanya persoalannya, apa ini suatu kenyataan yang disadari atau hanya sebagai ide belaka?

    • semangat terus suster dan mendidik anak asuhan mu walaupun mereka muslin semoga tuhan menberika jalan yang terbaik untuk kita semua dan ajari mereka supaya mereka tahu, menghargai org,,,,,

  2. Sebuah contoh pelayanan sejati. Adakah no rekening karena kmi terpanggil berpartisipasi? Semoga Tuhan memberkati. Suster Gaby teruslah berkarya dan memberi inspirasi kami semua.

      • Katanya siswanya banyak yang muslim, ini ko yg komen org katolik semua????? NOTED,, saya juga guru, boleh lah kapan2 saya mampir ke sekolah yang mba suster bina, mau lihat kebaikan2 yg diberikan dan semoga tidak berujung penarikan.

        • Ini lah contoh otak yg selalu mikir negatif “berujung pada penarikan” kalau mau dari awal suster udh minta mereka masuk katholik.tp suster tidak ada niat seperti itu. Semoga sifat dan pemikiran jelek anda segera di sucikan!

        • Mba Iin, saya seorang muslim (jika mencari orang muslim yang komen disini),
          Saya terharu dengan apa yang dilakukan suster Gaby. Saya pikir, kita layak berterima kasih kepada Suster Gaby, kalau bukan krn ketulusannya, mungkin anak-anak itu pun hanya akan menjadi pemetik kangkung tanpa kehidupan yang lebih layak.

          Mba iin mengaku seorang guru, tapi justru pemikirannya terlalu dangkal.

          Sudah nggak zaman kali yah, kita bantu orang hanya yang seagama. Atau ada orang beda agama kasih bantuan lalu dicurigai. Agama dan keyakinan itu cukup urusan kita dengan Sang Pencipta.

          • mbak nila kalau semua umat beragama di Indonesia berpikir seperti mbak aman dan sejahterar Indonesia ini…tidak ada gesekan anatar umat beragama…….karena setiap manusia itu hanya mempertanggung jawabkan kehidupanya hanya kepada Sang pencipta ……..bukan ke ustaz bukan ke pendeta bukan ke pastor dan bukan kemanusia makanya keyakinan itu cukup urusan kita dengan sang pencipta

  3. salam jauh dari manado. teruskan karya2 roh kudus melalui sentuhan tangan penuh kasih Sr.Gabby. kasih menembus semua batas perbedaan.

  4. Tertulis : “Saya pernah mengunjungi keluarga dengan lima anak. Orangtuanya bekerja sebagai pemetik kangkung dari jam 10 malam sampai 5 pagi. Gajinya 25 ribu rupiah. Rumahnya tidak ada kamar mandi. Anak remaja semua mandi di ruangan yang hanya ditutup karung beras. Mereka makan dan tidur di satu ruangan. Di samping tempat tidur terletak tungku.”

    Semetara itu (https://id.berita.yahoo.com/gaya-orang-kaya-baru-indonesia-diulas-media-asing-004030958.html) :
    – Jumlah iuran arisan bervariasi, mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 100 juta. Bayangkan pemenang arisan, akan mendapat uang US$ 50 ribu dalam tasnya (kira-kira Rp 500.000.000/setengah M, kalau kurs US$ = Rp 10.000).
    – Para wanita suka membeli Hermes tas, atau Chanel, atau Louis Vuittons. Harganya bervariasi mulai dari US$ 1.000 sampai US$ 6.000, bahkan US$ 50 ribu.

    Teganya-teganya-teganya . . .

  5. wah suster gabby… lama tidak berjumpa… saya dahulu adalah anak didiknya semasa beliau mengajar di SMP Susteran Purwokerto… apakah ada kontak yang bisa dihubungi untuk membatu sekolah SMK ini??

  6. waduh…ternyata saya masih SAMPAH dibanding apa yg dilakukan Sr Gabby, mencintai orang orang kecil yang terabaikan, sungguh memuliakan Tuhan.

  7. This is a catholic should be. Menunjukkan cinta kasih katolik kepada yang membutuhkan tanpa harus mengkatolikan orang tersebut. Tidak seperti di tempat saya, dimana seorang romo berusaha menguasai sebuah yayasan umum yang membawahi sebuah panti asuhan yang dikelola oleh suster katolik untuk dijadikan sebuah yayasan katolik.

  8. semangat terus suster dan mendidik anak asuhan mu walaupun mereka muslin semoga tuhan menberika jalan yang terbaik untuk kita semua dan ajari mereka supaya mereka tahu, menghargai org,,,,,

  9. Semoga Tuhan senantiasa memberkati suster dalam pelayanan…
    Berkarya, mengasuh dan juga mencintai anak2 tanpa syarat…sangat tulus…Smoga menjadi panutan buat orang lain. Aminnn

  10. Membaca cerita pengalaman Sr.Gaby sungguh sangat menyentuh. Terharu akan perjuangan dan cinta kasih suster. Tidak mengkatolikkan mereka tapi membuat mereka semakin dekat dengan Tuhannya. Semoga segala yang suster lakukan dapat membuka mata mereka bagi yang memandang Katolik itu sebelah mata, dan bagi anak didik serta anak asuh suster tetap membantu dan mengingat segala yang telah dilakukan suster untuk mereka.
    Berkah dalem Suster Gaby – Tetap semangat

  11. Saya ibu nina, teman sr gaby OP. Selama 3 hari ini sy nginap d rumah ibu sr gaby di Sedayu. Ada 3 anak asuh sr gaby yg tinggal d rmh ini kr kuliah di Stipary. 3 anak asuh yg dulu sekolah di SMK tsb. Sebenarnya ada bbrp anak SMK tsb yg kuliah atau kerja d yogya tp yg tinggal d rmh sr hanya 3. Perkembangan 3 mhs tsb sangat baik: belajar disiplin, bertanggungjawab memelihara kebersihan rumah, membangun relasi persaudaraan dg kel besar sr gaby maupun tetangga sekitar. Selain belajar tentunya. Kita mmg perlu mendukung terus karya sr gaby OP ini.

  12. Ciri khas kekatolikan memang tidak sebatas simbol2 kekatolikan tapi aksi nyata perwujudan kasih Tuhan kepada siapa saja tanpa mengenal sekat sekat suku,agama,ras,golongan dll.
    Makasih Suster. Your the best.

  13. Di purworejo jg ada sekolah katolik yg hampir tutup,muridnya muslim smua,sekarang sdg dicoba dibangkitkan kembali oleh romo2 dari salesian don bosco/sdb, dgn romo catur prastawa,sdb dan romo matius,sdb. Mrka sangat membutuhkan bantuan saat ini untuk merenovasi sekolahan yg sangat tak layak utk belajar,atau bantuan dana utk spp siswa dan gaji pengajarnya. Bahkan romonya tinggal di sekolahan krn wkt itu blm ada rumah pastoran Kiranya penakatolik sudi mengangkat kisah sekolahan tsb,shg mrk bisa terbantu, krn untk saat ini saya hanya bisa membantu sbg OTA tetap utk bbrp anak, jika ada yg berkenan membantu&ingin menghubungi romo penanggung jwbnya rm.catur bisa hub.saya

  14. Sungguh luar biasa Suster… Salut…. jia you suster!!!

    Di jaman kemerosotan, Suster telah memberikan teladan akan kasih sayang yang tanpa membeda- bedakan; Di mana orang pada umumnya sering menitikberatkan perbadaan agama dan keyakinan, terutama dalam melakukan kegiatan sosial.

    Teringat dengan kata – kata Guru Saya:
    “Saat melakukan kegiatan sosial, lakukanlah dengan penuh KETULUSAN, jangan pernah berpikir untuk mengubah keyakinan seseorang.”

  15. Luar biasa…. itulah yang namanya KASIH
    Selamat berjuang san berkarya Suster, semua ini Demi Kemuliaan Nama Tuhan….

  16. Saya sangat kagum dengan cinta kasih dan pengorbanan yang suster berikan.
    Tapi ada satu yang saya kurang setuju.
    Suster melarang mereka memeluk katolik, yang artinya suster melarang mereka percaya dan mengikut Yesus.
    Padahal kan Yesus menginginkan semua orang percaya kepada-Nya dan beroleh keselamatan.
    Jadi, biarkan saja mereka memilih sendiri apa yang akan mereka percaya, tanpa memberi doktrin, cukup dengan bukti kasih yang suster berikan.
    Mungkin dengan cinta kasih yang suster berikan (yaitu cerminan orang Kristen yg seharusnya), mereka bisa melihat kasih Allah kepada manusia, dengan mengorbankan Anak-Nya yang tunggal.

  17. Subhanalloh
    Sy seorang muslim, tp sy tidak melihat peristiwa ini dr sudut pandang agama, tp lebih kepada bagaimana seorang pendidik itu seharusnya.
    beberapa dr kami (muslim) pun sedikitnya sudah mengetahui ttg kualitas pendidikan katolik yg dikenal dg disiplin dan cinta kasihnya. Tak heran beberapa muslim memilih menyekolahkan anaknya d sekolah katolik. Masalah menjadi katolik itu tergantung dr pribadi dan keluarganya, karena rasul kami, Muhammad SAW pun dididik dan dibesarkan oleh pamannya yg bukan Islam. Begitu pula dengan Musa AS yg dididik dan dibesarkan di keluarga firaun yg sangat memusuhi org2 yg tidak menyembah dirinya..
    sy salah satu org yang memiliki minat dalam dunia pendidikan, jika ada kesempatan (waktu, rezeki, dan usia) ingin sekali berbagi pengalaman dengan suster Gaby. Di masa depan, insya Allah sy ingin sekali membuka sekolah sendiri yg mengutamakan cinta kasih.
    salam,
    Aditya

    • Terima kasih Suster sudah memberikan motivasi untuk kami-kami ini, untuk bergerak dan berjuang dengan tulus demi pendidikan. Dan buat Pak Aditya, saya pribadi doakan agar sekolah tsb bisa terealisasikan. Amin. Salam buat kalian semua..

    • @mohamad aditia: mas,domisili dimana? Kalau d jogja,saya siap bantu(tenaga/pikirian khususnya) utk sekolah yg mau mas buat..
      Nmr hp saya 089629028214

  18. Terharu..
    Lanjutkan perjuangan suster gabby
    Pendidik itu tidak harus melihat latar belakang siswa, baik agama, suku, ras dan lain sebagainya
    Saya sangat tersentuh

  19. Subhanallah.. Merinding saya membacanya..

    @mohamad aditia: mas,domisili dimana? Kalau d jogja,saya siap bantu(tenaga/pikirian khususnya) utk sekolah yg mau mas buat..
    Nmr hp saya 089629028214

  20. Assalamualaikum…sebelumnya matur nuwun atas semua yang telah suster lakukan terutama sumbangsih suster kepada dunia pendidikan anak anak yang kurang mampu tanpa melihat dan bertendensi untuk misi misionaris…..salut dan luar biasa anda layak saya sebut suster teresa dari indonesia.semoga Tuhan memberikan kelancaran dan berkah yang melipah atas apa yang suster lakukan…

  21. Karya serta pengorbanan yang di dasarkan atas kepedulian dan Cinta Kasih yg di lakukan oleh Sr Gaby terhadap sesama akan selalu dan senantiasa mendapat limpahan berkat dan karunia yang besar dari TUHAN..

    Tetaplah berkarya dan menjadi saluran kasih Tuhan kepada sesama Sr Gaby..

    Salam

  22. Inilah yang aku alami semasa kanak²ku tahun 50an , waktu itu aku SD di Santo Jusup, Semarang.
    Waktu itu tak ada persoalan apakah anaK itu moslem atau kristen atau katolik, tak ada sebutan kafir dsb. Ya boleh dibilang kita merasa tak ada perbedaan , sama² main sepakbola , murid moslem ya ikut sembahyang sebelum pelajaran dimulai. Pokoknya nyaman, perempuan gak ada yang bekerudung sperti sekarang. Budaya arab belum dikenal, semua masih asli Indonesia!

  23. semoga suster terus di berkati Tuhan , sehingga dapat terus memancarkan cahaya kasih Nya lewat perbuatan perbuatan nyata di tengah masyarakat . Berkat Dalem

  24. Saya merasa terharu, sekaligus juga malu. Saya terharu karena melihat betapa ikhlasnya seorang tokoh agama dari agama lain dengan tulus membantu umat agama saya yang kekurangan. Malu karena saya sampai titik ini belum bisa berbuat banyak.

    • Tdk perlu malu YUNAN…suster GABY, sdh mengatakan dlm wawancaranya,,str GABY mengatakan,,” saya tdk membantu agamanya tp membantu orgnya” jelas” , kemanusiian adalah utama dlm pelayanan kasih,,,bagaimana kalau ada org yg mengatakan: saya mencintai ALLAH( yg tdk kelihatan) dan membenci manusia yg ada didepan mata/ bahkan membunuhnya…suster GABY mencintai ALLAH melalui anak2 didiknya…..dan INILAH AJARAN YESUS KRISTUS…..MENCINTAI SESAMA = MENCINTAI ALLAH……MEMBENCI SESAMA = MEMBENCI ALLAH… selamat utk SUSTER GABY……Karya YESUS KRISTUS terlihat dlm karyamu….

  25. Assalamualaikum,

    Subhanalloh, walhamdulillah,

    Saya mbrebes mili bacanya.
    Terima kasih suster Gaby yang baik hati,
    Semoga sr Gaby sehat terus, dilimpahkan rezeki barokah, dan diberi kelancaran dalam segala urusannya. Aamiin aamiin ya robbal alamiin.

    Semoga saya juga bisa memberi kontribusi untuk masa depan anak2 seperti sr Gaby. Aamiiin

    Love you, sr Gaby :’)

  26. Bagaimana pula pengungsi2 dr negara muslim yg memilih tujuan ke tanah Kafir? meskipun dengan mempertaruhkan nyawa? Dan negara2 kafirpun selalu merasa iba dn menampung mereka2 yg muslim itu.

  27. Ternyata msh ada ya suster seperti beliau ini..
    hampir 15 tahun terakhir sy tdk pernah menemukan suster yg bener2 murni menjalankan panggilan mereka..

    Mayoritas dr mrk menjadi materialistis.. jutek kpd anak2 di sekolah.. bahkan suka bergosip.. sorry bukan niat membuka aib.. tp ini realita yg sy lihat..
    sy jg katholik tulen sejak lahir hingga hari ini..
    tp jika bicara ttg “suster2” ini mmg sy rada alergi..

    Smoga sikap sr gaby ini jd contoh utk para suster2 di manapun mrk menjalankan tugas..

  28. luar biasa, saya adalah seorang muslim. saya sangat mengapresiasi apa yang suster lakukakan, tanpa memandang warna kulit, status sosial, dan agama. semoga Tuhan selalu memberikan rahmat, berkah dan kesehatan agar selalu bisa menebarkan kebaikan bagi sesama.. amin.

    • benar sekali janwar…semoga tdk ada org muslim/muslimah,yg mengatakan,,,,ORG KAFIR,TANAH KAFIR,NEGARA KAFIR kepada org2 non muslim/muslimah…

  29. Suster Gaby, percayalah surga diciptakan Tuhan u/ orang2 baik seperti Suster. karena agama adalah jalan kebaikkan. Tuhan tdk akan melihat apa agamanya seorang hamba, tapi ketaqwaan seorang hambaNya. Dan ketaqwaan akan terpancar pada sikap dan prilaku baik. sy seorang Muslim, tapi saya yakin dan percaya Surga diciptakan u/ orang2 baik apapun agamanya, jika dia berprilaku baik akan mendapat Surga. Selamat bertugas
    Suster Gaby. semoga suster selalu dilindung dan mendapatkan Berkah dari Allah SWT. amin.

  30. Sebagai seorang Muslim saya terharu melihat kegigihan sister gaby mendidik dan memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas….
    Semoga dapat menjadi contoh bagi kita semua…

  31. Diberkatilah engkau dan karyamu sr gaby. Ssmoga suatu saat km dapat mengirimkan donasi untuk membantu karyamu. Seberapa pun itu.amin.

  32. “tidak penting apa pun agama atau sukumu…. kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu…..” — KH. Abdur Rohman wahid —

    semoga kita bisa ikhlas dalam berbuat… Amiiiin

  33. Bener banget, beginilah seharusnya wajah indonesia, saling gotong royong bantu membantu walau lain suku dan agama. Saya seorang muslimah dan sampai skrg msh merasa heran jika ada org2 yg masih berfikiran negatif terhdp seseorang dr agama lain membantu org dari agama yg berbeda maka sifat berdebat dan menghujat langsung muncul. Dalam islam sebenarnya tidak mengalami kerugian dlm bentuk apapun jika ada muslim yg pindah agama menjadi keristen dan sama sekali tidak mendapatkan untung apapun jika terjadi sebaliknya, karena kami meyakini bahwa hidayah itu hak dan milik Allah SWT semata dan manusia tidak bisa memberi hidayah kepada org lain hanya bisa memberikan dakwah ( informasi) saja jika org tersebut mendengar yaaa baik utk org yg bersangkutan jika tdk maka org itu sendiri yg merugi sdgkan islam dan umatnya tdk mengalami kerugian dlm bentuk apapun.
    Mgkn sebagian ada yg pernah nonton berita di tvone ttg penyerangan israel Di palestina yg menghancurkan rmh2 penduduk pakai buldozer, para penduduk yg terdiri dari muslim palestine dan kristen koptik bergandengan tangan menjadikan diri mrk pagar benteng menghadang buldozer tersbt, just sharing 🙂
    Anyway, keep the good job sr gaby 🙂

  34. Masyaallah…
    sy kagum , bangga membaca nya.
    Indonesia msh memiliki suster yg berhati (insyaallah)mulia , tekad nya mengemban tugas memang patut kita acungi jempol dan berikan kontribusi jika memang dibutuhkan suster .

    Sebagai umat muslim , sy sgt hormati dan memandang baik apa yg suster lakukan untuk anak didik.

    1 saja suster sy beri saran , bagaimana kalo guru agama islam disekolah suster , agar lbh bersinergi lagi dg suster dlm hal hasanah/kebaikan2 dan keilmuan dunia.
    kalo perlu dtgkn guru agama islam yg bnr bnr mumpuni lulusan pesantren dan seorg tahfiz quran.

    billahi taufiq walhidayah buat suster .
    GBU for us

  35. Luar biasa suster,
    somoga Tuhan selalu memberkati suster, panjang umur sehat selalu..
    Thaks full , terimaksih untuk semuanya ..
    semua kebaikan suster yang telah diberikan kepada kami..
    Kami selalu merindukan suster dimanapun surter berada..
    Semoga dalam lindungan Tuhan. Amiinn

    • Mari kita doakan agar harapan-harapan yang baik dan kerinduan banyak orang utk mengalami kebaikan bisa terujud.

  36. Sungguh luar biasa karya Suster Gaby OP, untuk anak2 yg kurang mampu ini, teruslah berjuang dlm pelayanan untuk kaum miskin dan tersingkir seperti yang di ajarkan Yesus.

    semoga Tuhan sll menjaga Suster Gaby, semakin diberkati, dan semakin teguh dalam janji tugasnya sbg Suster OP, juga pelayanan kepada sesama manusia. amin

  37. Saya berasal Dari daerah kecil dimana penduduk campur2,Muslim,katolik,Kristen,budha……Karna terbiasa berinteraksi satu sama lain,Jd tdk pernah ad issue agama disana,sekolah katolik disana adl sekolah unggulan,Jd banyak murid dr latar belakangan agama yg berbeda….n tdk pernah ad masalah,bgt ad kegiatan agama utk anak2katolik biasa ad waktunya sendiri,di sekolah pelajaran agama pun biasa . Bgt pun dgn sekolah negri banyak dr latar belakang yg berbeda….malah ad diajarkan menulis Bahasa Arab …. & semua tdk ad yg pindah agama selama sekolah disana….sedangkan di ibukota org jrg bersosialisasi,kdg temanpun terbatas Jd Byk yg saling berpikiran negative Karna mereka tdk pernah di lingkungan yg berasal dr latar belakang macam2 agama…..kalo di kota2 besar jgn heran kalo org gampang terhasut terlebih mereka yang tdk pernah kenal n dekat / bersosialisasi dgn org dgn agama,suku,Etnis yg berbeda…..semoga ke dpnnya Indonesia bisa lbh baik dgn manusianya yg lbh baik…..

  38. Saya seorang muslim, membaca wawancsra diatas, saya sangat terharu dengan KETULUS IKHLSAN hati Suster Gaby,
    yang telah membina bangsa ini tanpa memandang apapun latar belakang mereka .
    Inilah salah satu Kerujunan beragama yang sejati, dan pantas ditiru krtulusannya oleh semua insan Indonesia .
    Two Thumb up for Suster Gaby …!!

  39. Asal tetap konsisten dgn niat anda ngga akan mengkatolik kan anak2 muslim disana, anda memiliki nilai plus dibanding evangelis yg lain..

  40. Hendak lah kita sadar dan menjadi berbaik hati, mau berterima kasih serta mendoakan supaya Bu Suster Gaby tetap kuat dan Tuhan melimpahkan berkatNya yang akan disalurkan terus bagi anak-anak yang sangat membutuhkan.

  41. semoga dengan karya tanganmu Indonesia bisa semakin mempererat tali persaudaraan tanpa membedakan suku, budaya, dan agama. Terima Kasih sr. Gaby yang berhati mulia

  42. Salah satu fungsi utama dalam beragama..memanusiakan manusia!

    Inti ajaran Katolik adalah kasih, bukan merasa paling benar atau merekrut banyak anggota. Kualitas sebuah agama dapat dilihat dari penganutnya karena buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

    Berkah Dalem Suster Gaby..

  43. semangat terus ya Suster, Tuhan mencatat setiap amal yg anda lakukan, saya pemeluk Islam, dari kecil sangat akrab dengan umat Christiani dan Budha, Allah akan membalas setiap perbuatan umat-Nya dengan pahala yg berlimpah…

  44. Salam hormat utk suster Gaby….
    Saya sebagai pendidik di UBK merasa kagum dan terinspirasi dengan suster…

    Mengingatkan saya pada masa-masa SMP dimana saya tinggal dengan keluarga katolik kami hidup rukun, tdk pernah mempertentangkan agama yang kami anut…

    Bahkan jika saya telat utk bangun shalat subuh, mereka yg mengingatkan dan membangunkan saya utk shalat.

    Begitupun saya selalu siap membantu mereka, tanpa harus merubah akidah yg telah kami yakini masing-masing…

    Inilah yg skr saya terapkan kepada anak-anak saya, maupun anak didik saya, rasa humanisme dan rasa saling menghargai, menghormati, spt mata kuliah yg bersifat khusus di UBK yaitu ABK (AJARAN BUNG KARNO) dengan tat twam asih nya.

    Semoga Indonesia kedepan lebih damai lebih rukun dengan pemikiran dan benih – benih yang telah di tularkan Suster gaby…

    Dan saya berdoa semoga Suster diberikan kesehatan dan umur panjang agar terus bisa melahirkan generasi bangsa yang cerdas, berkarakter, humanis, dan bertoleransi tinggi..

    VIVAT SUSTER GABY…. GBU

  45. Inspirasi luar biasa… kehadiran Sr menjadi pelita bagi anak anak disekitar..smg semakin baxak org tergerak hatinya tk peduli dg sesama di sekitar. Nt saya kontak Sr. Mks pengalamanya.

Leave a Reply to Vincent Iwan Samudra Batal

Please enter your comment!
Please enter your name here