Hidup membiara tak ada gunanya kalau tanpa pelayanan

0
6057

DCPB 4

“Tanpa pelayanan, hidup membiara apapun bentuk dan jenisnya tak ada gunanya, tak ada artinya apa-apa dan tetap nol besar. Karena itu, tugas utama setelah mengikrarkan kaul ini adalah service, tak ada yang lain.”

Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang Pr menegaskan hal itu dalam homili Misa Kaul Kekal Hidup Membiara dari empat suster Putri-Putri Cinta Kasih dari Darah Yang Mahamulia (Daughters of Charity of the Most Precious Blood, DCPB) di Kapel Biara DCPB di Paroki Sancta Familia Sikumana, Kupang, NTT, 2 Juni 2013.

Ikarar dari Suster Vicenta Santa Astu DCPB, Suster Maria Roswita Lombo DCPB, Suster Lusia Abi DCPB, dan Suster Martina Bine Piran DCPB disampaikan di depan Mgr Petrus Turang dan Provinsial DCPB Indonesia, Suster Yosephine DCPB.

Yang terpanggil untuk hidup membiara, menurut Mgr Turang, adalah orang-orang yang secara khusus dipilih dan yang mempunyai tanda khusus yang diaktualisasikan melalui janji untuk melakukannya. “Tanda khusus dimaksud adalah memiliki semangat dan jiwa melayani baik terhadap Tuhan maupun sesama,” jelas Uskup Agung Kupang itu.

Pelayananan orang yang hidup membiara, lanjut uskup agung itu, tidak untuk kepentingan diri sendiri atau kongregasi semata, namun harus bermuara pada orang lain yang dilayani. “Karena itu sedapatnya dihindari hal-hal seperti egoisme, konsumerisme, dan sejenisnya dalam diri para biarawan dan biarawati, agar pelayanan yang dilakukan bermanfaat bagi kebaikan orang lain yang kita layani,” harap uskup.

Misa itu juga dihadiri sejumlah suster dari berbagai kongregasi, keluarga dan kerabat dari para suster yang mengikrarkan kaul kekal, serta umat Paroki Sancta Familia Sikumana.

Menyitir Injil Lukas tentang “Yesus memberi makan lima ribu orang,” Mgr Turang mengajak umat untuk senantiasa memiliki semangat berbagi terutama bagi mereka yang berkekurangan di sekitar mereka. “Kita diajarkan untuk memiliki semangat memberi, semangat berbagi seperti yang dilakukan Yesus, sehingga kita akan memperoleh suka cita dan kegembiraan,” kata Mgr Turang.

Setelah mengucapkan ikrar kaul kekal, para suster menandatangani dokumen kaul sebagai bukti dan janji tertulis mereka untuk tetap taat pada kaul yang harus dijalani.

Perayaan Ekaristi yang mengusung tema dari Mazmur 116:12, “Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya padaku” itu juga sekaligus merayakan 25 tahun hidup membiara dari Suster Mariamma Anthony DCPB dan 10 tahun berkaryanya para suster DCPB di Keuskupan Agung Kupang.

Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan sejumlah atraksi tari dan lagu yang dipersembahkan oleh anggota anak-anak Sekami dan Orang Muda Katolik (OMK) dari Paroki Sancta Familia Sikumana.***

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here