PEKAN ADVEN III
Santa Lusia, PrwMrt (M); Santa Odilla
Bacaan I: Zef. 3: 1-2.9-13
Mazmur: 34: 2-3.6-7.17-18.19.23; R: 7a
Bacaan Injil: Mat. 21: 28-32
Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan pemuka-pemuka Yahudi: ”Apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka: ”Yang terakhir.” Kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.”
Renungan
Bangsa Israel adalah bangsa terpilih, putra sulung keselamatan. Wajar bila orang Israel begitu bangga akan status ini, yang sudah terbukti dan teruji selama ratusan tahun sejarah bangsa mereka. Tetapi, status itu bukan jaminan. Nabi Zefanya melontarkan kritik, bahkan kecaman pedas kepada bangsa pilihan Allah ini, yang tenggelam dalam kesombongannya dan tidak mau mendengarkan Allah. Keselamatan dari Tuhan akan diperuntukkan kepada bangsa lain.
Kritik senada dilontarkan oleh Yesus dengan perumpamaan tentang anak sulung dan anak bungsu. Perumpamaan ini tampak satu pola dengan kisah anak yang hilang dalam Injil Lukas.Perumpamaan ini menjadi cara Yesus untuk menegaskan bahwa bukan status atau posisi yang menentukan. Dalam kisah keselamatan, Allah lebih berkenan kepada mereka yang telinganya terbuka pada Sabda-Nya, yang hatinya terbuka untuk menjadi tempat tinggal Allah, dan yang kesukaannya adalah melakukan kehendak Allah. Dengan menyebut pemungut cukai dan pelacur, Yesus tentu saja tidak mengatakan bahwa perbuatan dosa mereka adalah hal yang benar, melainkan yang menjadi penekanan Yesus di sini adalah unsur pertobatan, bahwa mereka justru orang seperti inilah yang lebih mudah ingat akan Tuhan dan mau mendengarkan suara Tuhan. Ketika hati dipenuhi kesombongan, tiada ruang bagi siapa pun untuk terlibat dan membawakan berkat. Sebaliknya, hati yang tak punya sandaran dan kebanggaan apa-apa merupakan ruang terbuka yang dapat dipenuhi oleh kuasa Allah.
Ya Tuhan, sering aku tenggelam dalam kesombongan dan rasa bangga diri yang berlebihan, bahwa aku adalah orang yang baik dan saleh, tanpa cela. Anugerahkanlah aku kerendahan hati untuk menyadari bahwa aku lemah dan tak berdaya bila tanpa belas kasih-Mu. Amin.