Sabtu, November 23, 2024
25.6 C
Jakarta

Selasa, 20 September 2016

luk8_19-21-20140923-kwi-351x185

HUT Kongregasi BTD – Pekan Biasa XXV (M)
Peringatan Wajib S. Andreas Kim Taegŏn, Im dan Paulus Chŏng Ha-sang,
dan kawab-kawan Martir-Korea (M).
Santa Kolumba dan Pamposa; Santo Eustakius

Bacaan I: Ams. 21:1-6.10-13

Mazmur : 119:1.27.30.34.35.44; R:35a

Bacaan Injil: Luk. 8:19-21

Pada suatu hari, datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus hendak bertemu dengan Dia. Tetapi mereka tidak dapat men­capai Dia karena orang banyak. Orang mem­beritahukan kepada-Nya: ”Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Yesus menjawab mereka: ”Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”

Renungan

Credo (Syahadat) orang Yahudi dimulai dengan, ”Dengarlah hai Israel …” (Sh’ma Yis’ra’eil Adonai Eloheinu Adonai echad, Kel. 6.4). Dalam spiritualitas Yudaisme, hal mendengarkan Yahweh menjadi hal yang sentral dan menjadi keyakinan dasar dalam beriman kepada-Nya.

Dalam konteks iman orang Yahudi itu, kita dapat memahami mengapa Yesus mengatakan bahwa orang yang paling berbahagia adalah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan melaksanakannya. Dengan seruan ini, tentu Yesus tidak bermaksud menyangkal pengenalan dan pemahaman orang-orang sekitar Dia, bahwa Maria, ibu-Nya adalah berbahagia karena memiliki seorang anak yang sedemikian berkuasa di mata mereka. Akan tetapi, pengakuan tersebut dapat juga merupakan suatu pengakuan akan kebahagiaan Maria yang terdalam, yakni bahwa ia (Maria) berbahagia justru karena mendengarkan, taat, dan melakukan apa yang difirmankan Yahweh kepadanya. Maria memang pantas disebut ‘yang berbahagia’ karena ketaatan pada apa yang ia dengar sebagai Sabda Yahweh. Penulis Amsal menunjuk hal mendengarkan juga sebagai sumber kebahagiaan, ketika ia berseru, ”Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban kalau ia sendiri berseru-seru” (Ams. 21:13).

Sudahkah kita menggunakan telinga dengan baik untuk mendengar seruan dan jeritan orang lain juga sebagai Sabda Allah yang nyata dalam kehidupan kita?

Ya Tuhan, berilah aku kepekaan untuk mendengarkan suara-Mu dalam kehidupan sehari-hari dan ajarilah aku untuk taat melakukannya. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini