Sabtu, November 23, 2024
25.6 C
Jakarta

Jumat, 15 Juli 2016

yesus-di-padang-gandum-dengan-para-murid-nya

PEKAN BIASA XV
Peringatan Wajib Santo Bonaventura, Uskup dan Pujangga Gereja (P)

Santo Yakobus dari Nisiba

Bacaan I: Yes. 38:1-6.21-22.7-8
Mazmur: Yes. 38:10.11.12abcd.16; R:17b
Bacaan Injil: Mat. 12:1-8

Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: ”Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Tetapi jawab Yesus kepada mereka: ”Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

Renungan

Raja Hizkia sakit dan berdoa kepada Tuhan. Dia mengingatkan Tuhan bahwa ia telah hidup baik, setia, tulus hati dan menjalankan hukum-Nya. Tuhan mengabulkan doanya dan menyembuhkannya.

Yesus juga mengingatkan orang Farisi yang menuduh murid-Nya melanggar aturan Sabat. Karena lapar, para murid memetik bulir gandum dan memakannya. Yesus mengingatkan pengkritiknya bahwa hal itu diperbolehkan. Sebab, ketika lapar, Raja Daud boleh makan roti sajian para imam di Bait Allah. Dan pada hari Sabat para imam bekerja di dalam Bait Allah dan hal itu tidak melanggar hukum Sabat.

Kadangkala kita menerapkan aturan begitu ketat dan rata untuk semua. Dengan begitu kita memandangnya sebagai adil. Padahal, tidaklah begitu: Dalam situasi tertentu, ada kelonggaran. Hukum mengenal kekecualian. Ambulan yang membawa orang sakit dan jenazah boleh jalan terus, walaupun ‘lampu merah’ (lampu lalu lintas). Kita diingatkan Tuhan hari ini untuk bersikap bijaksana dalam menjalankan peraturan dan hukum, dengan menempatkan kasih kepada Tuhan dan belas kasih kepada sesama di atas segala pertimbangan yang lain.

Ya Tuhan, berilah aku pencerahan agar tidak menerapkan hukuman begitu keras tanpa belas kasihan, dan menghukum orang tak bersalah atas nama pemerataan dan keadilan. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini