PEKAN BIASA XI (H)
Santo Gregorius Barbarigo
Bacaan I: 2Raj. 11:1-4. 9-18. 20
Mazmur: 132:11. 12. 13-14. 17-18; R:13
Bacaan Inji l: Mat. 6:19-23
Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus: ”Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.”
Renungan
“Cinta dan Permata”, adalah judul lagu yang pernah didendangkan Pandjaitan bersaudara atau yang lebih dikenal sebagai PANBERS itu. Salah satu penggalan liriknya demikian, ”harta adalah kiasan hidup semata. Kejujuran, keikhlasan, itu yang utama”. Penggalan lagu ini menyiratkan betapa harta bukanlah satu-satunya jaminan bagi kehidupan. Harta mungkin memampukan kita untuk mendapatkan segala-galanya di dunia ini. Tetapi, hal itu bukanlah jaminan sebuah kebahagiaan. Hal ini bisa kita lihat betapa tidak sedikit orang yang berharta justru tidak bahagia dalam hidupnya dan bahkan mengakhiri hidupnya dengan tragis. Panbers melalui syairnya menawarkan sebuah kesadaran lain, bahwa menuju kebahagiaan perlu dijalankan dengan kejujuran dan keikhlasan. Itulah harta yang sesungguhnya.
Harta dan kekayaan bukanlah sesuatu yang buruk dan negatif dalam dirinya. Harta kekayaan menjadi sesuatu yang baik atau sesuatu yang buruk tergantung bagaimana orang memandang dan mempergunakan harta kekayaan tersebut. Atau menurut Yesus dalam sabda-Nya, tergantung pada mata sebagai pelita tubuh. ”Jika matamu baik, maka teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu gelap, maka gelaplah seluruh tubuhmu.” Dengan demikian, jika kita memandang harta dengan mata yang baik, maka harta itu akan membantu kita untuk menemukan kebahagiaan. Menjadikan kita lebih manusiawi dan menjadi sarana untuk memuliakan Allah. Sebaliknya, mata yang gelap, cara pandang yang suram, menjadikan kita pribadi yang memandang harta sebagai tujuan dan bukan sarana. Maka orang pun berfokus mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, bahkan dengan cara yang tidak halal sekalipun. Akan lebih parah juga ketika harta itu diperoleh dengan memeras ataupun mengambil hak orang lain.
Yesus mengajak kita hari ini untuk bijaksana dalam mengumpulkan dan menyikapi harta kekayaan yang kita miliki. Dengan harapan, harta kekayaan kita menjadi sarana keselamatan bagi diri sendiri maupun sesama kita. Itulah harta surgawi yang bersifat abadi.
Ya Tuhan, semoga aku aku semakin sadar bahwa segala yang kumiliki adalah pemberian dari-Mu. Kiranya aku semakin bijaksana dalam menggunakan semuanya itu untuk kehidupanku, kebaikan sesama, dan teristimewa untuk kemuliaan nama-Mu. Amin.