OKTAF PASKAH (P)
Santo Yohanes Klimakus; Santa Roswita
Bacaan I: Kis. 3:1-10
Mazmur: 105:1-2.3-4.6-7.8-9; R: 3b
Bacaan Injil: Luk. 24:13-35
Pada hari Sabat sesudah Yesus dimakamkan, dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: ”Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: ”Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” Kata-Nya kepada mereka: ”Apakah itu?” Jawab mereka: ”Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.” Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Renungan
Dua murid Yesus pergi ke Emaus. Mereka barangkali kecewa karena sosok yang mereka harapkan menjadi penyelamat ternyata harus mati. Akan tetapi, ada hal istimewa dari mereka selama dalam perjalanan, yakni selalu memperbincangkan Yesus. Mereka berbincang-bincang tentang Yesus yang menderita, wafat di kayu salib, dan dibangkitkan.
Sedang mereka memperbicangkan Yesus, tiba-tiba Ia hadir di tengah-tengah mereka, menjadi teman dialog dan perjalanan mereka. Awalnya mereka belum menyadari bahwa yang ada bersama mereka adalah Yesus. Bahkan para murid itu sempat menyangka bahwa Yesus itu orang asing yang tidak tahu cerita yang sedang booming. Namun, akhirnya mereka tahu bahwa Dia itu adalah Yesus, terutama setelah Yesus memecah-mecahkan roti dan mengucap berkat.
Kehadiran Yesus di tengah para murid itu sungguh-sungguh mengubah jiwa mereka. Mereka sangat bersukacita dan hatinya berkobar-kobar. Keputus-asaan pun sirna diganti harapan besar akan sang Mesias. Dalam dan bersama Yesus, para murid merasakan keselamatan. Yesus tidak menelantarkan siapa pun, terlebih mereka yang hati dan pikirannya selalu tertuju kepada-Nya.
Yesus, hadirlah dan tinggallah bersamaku selalu di sepanjang jalan hidupku. Amin.