“Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”
Betapa indahnya kutipan Yesaya 1:16-17 di atas, kata Paus Fransiskus setelah mengatakan bahwa “Umat Allah, yaitu Gereja, tidak membutuhkan uang kotor; Gereja memerlukan hati yang terbuka pada belas kasih Allah. Perlulah mendekati Allah dengan tangan-tangan yang bersih, dengan menghindari kejahatan dan melakukan kebaikan dan keadilan.”
Paus Fransiskus berbicara kepada kerumunan orang yang menghadiri Audiensi Umum mingguan di Lapangan Santo Petrus pada hari Rabu pagi, 2 Maret 2015. Katekese Paus itu terinspirasi oleh Tahun Suci Kerahiman dan Paus merenungkan tentang cinta dan pengampunan kebapakan dari Allah.
Tuhan, kata nabi Yesaya seperti dalam Yes 1:11, tidak senang dengan darah lembu jantan dan domba jantan, terutama, lanjut Paus mengutip ayat 15, “kalau persembahan itu dibuat dengan tangan-tangan penuh darah sesama.”
Namun, Paus mengingat beberapa dermawan Gereja yang datang dengan mengatakan, “Ambillah sumbangan ini bagi Gereja,” yang merupakan buah dari begitu banyak orang yang dieksploitasi, dianiyaya, diperbudak dengan pekerjaan yang pembayarannya sangat sedikit! “Saya akan mengatakan kepada orang-orang ini: ‘Silakan, ambil kembali cek kalian, bakar itu.’”
Selanjutnya Paus minta untuk memikirkan banyak pengungsi yang turun di Eropa dan tidak tahu harus pergi ke mana. “Kemudian Tuhan mengatakan, meskipun dosa-dosamu merah seperti kain kesumba, mereka akan menjadi putih seperti salju, dan murni sebagai wol, dan orang-orang akan dapat memakan hasil baik dari negeri itu dan hidup dalam damai.”
Paus Fransiskus mengutip Mazmur 103:10 menulis: Allah tidak menghukum kita setimpal dosa kita, atau membalas kita setimpal kesalahan kita. “Hukuman menjadi alat untuk mendorong orang berefleksi. Dengan demikian orang memahami bahwa Allah mengampuni umat-Nya, memberi anugerah dan tidak merusak segalanya, tapi selalu membuka pintu pengharapan.”
Kalau seseorang sakit, kata Paus, maka dia akan pergi ke dokter, dan ketika seseorang merasa dirinya berdosa dia pergi kepada Tuhan. Namun, “kalau bukannya pergi ke dokter, tetapi pergi ke tukang sihir atau dukun, maka dia tidak akan sembuh. Begitu banyak kali kita tidak pergi kepada Tuhan, tetapi lebih suka mengambil langkah yang salah, mencari pembenaran, keadilan dan perdamaian di luar Dia.” (pcp berdasarkan beberapa sumber berita Vatikan)