Jumat, November 22, 2024
29.4 C
Jakarta

Jumat, 29 Januari 2016

the-parable-of-the-mustard-seed

PEKAN BIASA III (H)
Santo Joshep Freinademetz;
Beata Arkanjela Girlani,

Bacaan I: 2 Sam. 11:1-4a.5-10a.13-17

Mazmur: 51:3-4.5-6a.6bc-7.10-11; R:lh.3a

Bacaan Injil: Mrk. 4:26-34

Pada suatu ketika, Yesus berkata: ”Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”

Kata-Nya lagi: ”Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.” Dalam banyak perumpamaan yang se­macam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.

Renungan

Daud adalah seorang Raja Israel yang terkenal dan kuat. Di tangannya bangsa Israel mengalahkan musuh dalam peperangan. Tangan Tuhan menaunginya. Namun, sebagai manusia Daud memiliki keterbatasan. Kekuasaannya menutup matanya sehingga dia jatuh dalam dosa, sekaligus merencanakan kematian Uria dalam perang dengan menempatkan Uria di barisan depan, demi hawa nafsunya mendapatkan Batsyeba, istri Uria. Benih Kerajaan Allah yang sudah ditaburkan dan mulai berkembang di dalam diri Daud dan keluarganya perlahan kerdil dan hancur lantaran menuruti hawa nafsu akan kekuasaan, harta, dan wanita.

Injil Markus mengisahkan perumpamaan Yesus tentang pertumbuhan benih Kerajaan Allah dalam diri manusia. Tak seorang pun menyadari sepenuhnya akan pertumbuhan benih Kerajaan Allah itu. Namun dari buahnyalah orang bisa mengetahui bahwa Kerajaan Allah hidup dan berkembang di dalam dan melalui diri seseorang. Jauh dari Kerajaan Allah, hidup seorang akan menjadi gersang dan hampa.

Manusia memiliki keterbatasan, namun Kasih Allah yang dahsyat menggunakan kerapuhan dan keterbatasan manusia untuk melakukan hal yang besar dan mulia bagi kebaikan banyak orang. Karena itu, kita senantiasa diundang untuk selalu dekat kepada Tuhan, dengan tekun berdoa dan membaca Kitab Suci. Dengan demikian, benih-benih Kerajaan Allah yang sudah bertumbuh di dalam diri kita yang rapuh, akan terus berkembang menghasilan buah-buah kebaikan, kasih dan keadilan, yang dapat dirasakan oleh semakin banyak orang.

Ya Tuhan yang belas kasih, ampunilah dosa dan kelemahanku dalam mewartakan Kabar Gembira. Sokonglah aku agar mampu melihat keterbatasanku sebagai rahmat untuk berkembang dalam iman. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini