Paus Fransiskus mengingatkan para prelatus yang menghadiri Pertemuan Umum Pertama Sinode Para Uskup tentang Keluarga 2015 bahwa sinode bukanlah konferensi, parlemen atau senat, melainkan ekspresi Gereja yang dipimpin oleh Roh Kudus.
Dalam sambutan pembukaan tanpa naskah, Paus Fransiskus mengingatkan kepada semua yang berkumpul di ruang di Ruang Sinode Baru tanggal 5 Oktober 2015 pagi itu bahwa “Kita harus berjalan bersama dalam kolegialitas dan sinodalitas.”
Misa pembukaan Sidang Umum Biasa Sinode para Uskup tanggal 4 hingga tanggal 25 Oktober 2015 dengan tema ‘Panggilan dan misi keluarga dalam Gereja dan dunia kontemporer’ berlangsung di Basilika Santo Petrus tanggal 4 Oktober 2015.
Berbicara tentang keluarga dalam Misa itu, Paus Fransiskus mengatakan bahwa orang-orang saat ini “semakin kurang serius membangun hubungan cinta yang kokoh dan berbuah: di waktu sehat dan sakit, dalam untung dan malang ….”
Paus lalu mengatakan, “Cinta yang abadi, setia, sungguh-sungguh, stabil dan berbuah semakin dipandang rendah, dipandang sebagai peninggalan kuno masa lalu. Nampaknya masyarakat yang paling maju memiliki angka kelahiran terendah dan persentase aborsi, perceraian, bunuh diri, dan polusi sosial dan lingkungan tertinggi.”
Paus Fransiskus mengatakan bahwa Tuhan tidak membuat pria dan wanita untuk hidup sedih atau sendirian, melainkan untuk bahagia.
Menurut daftar yang dikeluarkan Vatikan, sebanyak 279 uskup, prelatus dan imam dari seluruh dunia hadir dalam sinode sebagai peserta dengan hak suara. Dua di antaranya dari Indonesia yakni Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo yang juga Uskup Agung Jakarta, dan Ketua Komisi Keluarga KWI Mgr Fransiskus Kopong Kung yang juga Uskup Larantuka.
Hadir juga antara lain sembilan pemimpin Gereja-Gereja Katolik Timur, enam ‘delegasi persaudaraan’ dari komunitas Orthodoks, Anglikan dan Protestan, 51 pengamat, 23 ahli termasuk 18 pasangan suami-istri (pasutri). Satu di antara para pasutri itu membawa bayi mereka.
Di hari kerja pertama Sinode tentang Keluarga itu, sebagai “tuan rumah yang baik”, Paus Fransiskus sudah berada di aula pertemuan lebih awal dan menyambut para uskup, imam, religius dan awam yang datang mengambil tempat duduk untuk doa pembukaan.
Paus Fransiskus mengingatkan kepada semua orang berkumpul di ruangan itu bahwa intensi sinode adalah agar Gereja membahas dialog ini dalam keluarga. Paus juga mendorong para uskup untuk berbicara secara bebas.
“Sinode bukanlah konferensi, parlemen atau senat,” kata Paus Fransiskus seraya menambahkan bahwa sinode bukan forum tempat “melakukan negosiasi atau tawar-menawar.” Sebaliknya, tegas Paus, “Sinode adalah ekspresi Gereja: Gereja yang berjalan bersama untuk membaca realitas dengan mata iman.”
Sinode, lanjut Paus, “adalah ruang yang dilindungi tempat kehadiran Roh Kudus dialami,” karena tiga alasan: sinode dipandu oleh Allah yang selalu mengejutkan, Allah menciptakan hukum dan Sabat untuk manusia dan bukan sebaliknya, Allah itu lebih besar daripada logika kita. “Roh Kudus adalah satu-satunya cara,” kata Paus kepada para uskup.
Dalam sambutannya, Paus Fransiskus menggarisbawahi perlunya menyediakan tiga hal: keberanian apostolik, kerendahan hati dan percaya diri, doa berdasarkan Injil.
“Tanpa mendengarkan Tuhan, semua kata-kata kita hanyalah ‘kata-kata’ yang tidak memuaskan dan tidak diperlukan. Tanpa membiarkan diri dibimbing oleh Roh Kudus, semua keputusan kita hanya akan menjadi ‘dekorasi’ yang tidak mengagungkan Injil, melainkan menutupi dan menyembunyikannya,” kata Paus Fransiskus. (pcp berdasarkan laporan Deborah Castellano Lubov dari ZENIT.org di Kota Vatikan dan Radio Vatikan)