MERAUKE, Pena Katolik — Ratusan siswa dari berbagai tingkatan pendidikan di Merauke, mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA/SMK, ikut ambil bagian dalam Festival Art Mr-Oke yang digelar di Monumen Kapsul Waktu pada 9–10 Desember 2025. Kegiatan ini menghadirkan lomba mural bertema lingkungan hidup, mewarnai, tari kreasi, serta berbagai ekspresi seni lainnya.
Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Merauke, Romo Johanes Joenmo Kandam, menilai keterlibatan siswa dalam festival ini sangat positif bagi generasi muda.
“Melukis mural adalah cara menuangkan gagasan kreatif yang berdampak sosial. Anak-anak belajar tentang keindahan, menjaga alam, tidak membuang sampah sembarangan, dan pentingnya menanam pohon agar lingkungan tetap bersih. Itu berarti menghormati Tuhan sekaligus kehidupan,” jelasnya.
Romo Johanes juga menyinggung seruan Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ yang menekankan pentingnya memelihara bumi sebagai rumah bersama.
Pesan Lingkungan dalam Karya Seni Salah satu mural yang menarik perhatian menggambarkan sebuah rumah dengan tiang bendera merah putih, seorang warga yang dikepung banjir, serta sampah yang hanyut terbawa arus. Karya ini menjadi refleksi nyata tentang dampak buruk pencemaran lingkungan dan pentingnya kesadaran menjaga alam.
Dukungan Pemerintah Daerah Wakil Bupati Merauke, Fauzun Nihayah, membuka festival sekaligus memberikan apresiasi tinggi atas prakarsa para seniman lokal dari komunitas Chapung Art.
“Kegiatan ini sangat bagus untuk membangun minat generasi muda. Budaya Indonesia itu keren dan luar biasa. Membangun Merauke bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga membangun jiwa dan sumber daya manusia,” ujarnya.
Ia menambahkan, dukungan orang tua dan guru sangat penting agar anak-anak terus bersemangat mengembangkan bakat seni dan budaya.
Panitia dan Harapan ke Depan Ketua Panitia, Rusno dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Merauke, menyampaikan terima kasih atas suksesnya festival yang menampilkan berbagai kategori lomba. Ia berharap kegiatan serupa dapat terus digelar dengan tema-tema baru yang relevan.

“Ke depan, festival akan dikemas dengan tema luar biasa agar masyarakat semakin sadar bahwa pembongkaran hutan bisa berakibat pada bencana besar. Bahkan hasil penjualan mural Chapung Art akan disumbangkan ke daerah yang terdampak bencana,” ungkapnya.
Festival Art Mr-Oke di Merauke bukan sekadar ajang seni, tetapi juga sarana pendidikan lingkungan hidup. Melalui mural dan karya kreatif, generasi muda diajak untuk mencintai alam, menjaga kebersihan, dan menumbuhkan kesadaran bahwa seni dapat menjadi suara bagi kelestarian bumi. (Agapitus Batbual/Merauke)



