Kamis, Desember 4, 2025

Paus Leo XIV Menceritakan Sebuah Buku yang Membentuk Spiritualitasnya

ROMA, Pena Katolik — Dalam perjalanan pulang dari Libanon, pada kunjungan internasional perdananya, Roma, 2 Desember 2025, Paus Leo XIV berbagi tentang sebuah buku yang sangat memengaruhi kehidupan rohaninya. Ia menjawab pertanyaan seorang jurnalis mengenai pengalaman di konklaf, dan bagaimana rasanya menjadi Paus. Paus Leo XIV menyebut karya klasik rohani abad ke-17, The Practice of the Presence of God karya Bruder Lawrence OCD, seorang biarawan Karmelit yang hidup pada abad ke-17.

“Selain Santo Agustinus, buku ini membantu siapa saja memahami spiritualitas saya,” ujar Paus Leo.

“Buku yang sangat sederhana, ditulis oleh seseorang yang bahkan tidak mencantumkan nama belakangnya. Saya membacanya bertahun-tahun lalu, dan di dalamnya digambarkan cara berdoa dan hidup rohani di mana seseorang menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan yang memimpin.”

Paus Leo XIV menambahkan bahwa spiritualitas ini telah menuntunnya selama bertahun-tahun, bahkan di tengah tantangan besar.

“Ketika saya tinggal di Peru, di masa terorisme, dan ketika saya dipanggil melayani di tempat-tempat yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, saya hanya percaya kepada Tuhan. Pesan itu yang saya bagikan kepada semua orang,” katanya.

Tentang pengalaman di konklaf, Paus Leo mengaku pasrah pada kehendak Tuhan.

“Saya menarik napas dalam-dalam dan berkata: Tuhan, Engkaulah yang memimpin jalan,” ungkapnya.

Bruder Lawrence

Bruder Lawrence lahir dengan nama Nicolas Herman pada tahun 1614. Semasa hidupnya, ia hampir tidak dikenal, ajarannya kini dicintai oleh umat Katolik maupun Protestan.

Bruder Lawrence pernah menjadi prajurit dalam Perang Tiga Puluh Tahun. Akibat cedera, ia mengalami sakit seumur hidup. Namun, sebuah penglihatan tentang Kristus di masa mudanya mengubah jalan hidupnya. Ia kemudian bergabung dengan Karmelit Tak Berkasut di Paris, bekerja sebagai juru masak dan tukang reparasi sandal.

Ia percaya bahwa hal-hal kecil yang dilakukan dengan cinta kepada Allah sama berharganya dengan karya besar.

“Kita tidak boleh jemu melakukan hal-hal kecil demi cinta kepada Allah, sebab Allah tidak melihat besar kecilnya pekerjaan, melainkan cinta yang menyertainya,” ajarnya.

Bahkan di tengah hiruk pikuk dapur yang melayani seratus orang, Bruder Lawrence tetap merasakan kehadiran Allah.

“Waktu bekerja tidak berbeda dengan waktu berdoa. Di tengah kebisingan dapur, saya merasakan Allah sama tenangnya seperti saat berlutut di hadapan Sakramen Mahakudus,” kenangnya.

Pesan sederhana Bruder Lawrence kini kembali diangkat oleh Paus Leo XIV sebagai cermin spiritualitasnya: hidup dalam kehadiran Allah setiap saat, menyerahkan diri sepenuhnya, dan membiarkan Tuhan yang memimpin jalan.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini