Kamis, November 6, 2025

Beatifikasi Anne‑Gabrielle Melaju ke Roma, Anak Asal Prancis yang Meniggal Karena Kanker

ROMA, Pena Katolik — Proses beatifikasi Anne‑Gabrielle Caron, bocah Prancis yang meninggal karena kanker pada usia 8 tahun (2010), memasuki babak baru. Proses penggelaran kudusnya telah sampai di “fase Romawi”.

Anne‑Gabrielle Caron, lahir 29 Januari 2002 di Toulon, Prancis, tumbuh dalam keluarga Katolik yang penuh kasih. Kenangan masa kecilnya yang paling awal mencerminkan kepekaan rohaninya: ketika berusia dua setengah tahun, saat mengikuti ibadah pembaptisan adiknya bersama sang nenek, ia menunjuk sebuah Salib besar di dinding gereja dan spontan berseru, “Yesus, Yesus, Dia sedang menderita!”

Perubahan fisik pertama yang mengkhawatirkan muncul saat Anne‑Gabrielle berusia enam tahun. Orangtuanya melihat dia mulai terpincang‑pincang; pada awalnya mereka mengira anak itu meniru kakeknya yang baru mengalami stroke beberapa bulan sebelumnya. Mereka menegurnya, dan anak itu hanya terdiam. Namun gejala tidak membaik sehingga keluarga membawanya untuk pemeriksaan medis.

Awalnya dokter menenangkan, mengatakan kondisi itu kemungkinan akan membaik seiring waktu. Kenyataan berkata lain: pincangan dan rasa sakit makin bertambah. Pemeriksaan lanjutan, termasuk rontgen, akhirnya mengungkapkan penyebab yang mengerikan—Anne‑Gabrielle mengidap Ewing’s sarcoma, sebuah jenis kanker tulang yang agresif.

Hampir Gagal Komuni

Anne‑Gabrielle sedang bersiap menerima Komuni Pertama ketika keluarga mendapati kenyataan pahit tentang diagnosis kanker ini. Keluarga mengenang antusiasme si kecil itu menjelang hari besar iman yang sudah lama ia nantikan.

“Aku tidak sabar (menerima komuni),” kata Anne-Gabrielle.

Karena waktu pemeriksaan medis yang tak terduga, Anne-Gabrielle dan keluarga tiba ketika Misa hampir usai. Mereka sempat mengira, Misa Komuni Pertama itu telah selesai.

Lalu, organis menghentikan permainan dan mengulang lagu Komuni. Imam lalu memanggil Anna-Gabrielle.

Saat, ia menerima Tubuh Kristus, suasana di gereja hening sekali. Sang ibu mengingat momen itu sangat menyentuh.

“Komuni Pertama adalah titik balik dalam hidupnya. Saya kira saat itulah dia mengucapkan ‘ya’ kepada-Nya.”

Memasuki 2010, frekuensi pengobatan dan intensitas rasa sakit yang diderita Anna-Gabrielle meningkat. Ada kalanya, sang ibu menemukan sebuah Salib dari kamar rumah sakit tergeletak di kamar mandi.

“Aku takut sekali akan sakit, jadi aku memegang Yesus. Aku memeluk-Nya erat dan berkata pada diriku, ‘Dia juga pernah menderita. Dia akan menolongku,’” Anne‑Gabrielle berkata sederhana namun lugas.

Ucapan itu menggambarkan iman anak kecil yang tak tergoyahkan, menjadikan penderitaannya sakral sekaligus penuh harapan.

Proses Penggelaran Kudus

Mgr. Denis Dupont‑Fauville ditunjuk sebagai postulator resmi. Ia yang akan menyusun berkas “Positio” untuk menilai Kebajikan hidup kudus Anne‑Gabrielle. Mgr. Denis adalah kanon di Basilika Santo Petrus dan Katedral Notre‑Dame Paris. Ia adalah dosen teologi di Roma.

Penunjukan postulator menandai langkah formal berikutnya setelah fase diosesan yang berlangsung selama empat tahun. Dalam kasus Anne‑Gabrielle, telah dihimpun sekitar 50 kesaksian Kebajikan.

Berkas-berkas hasil penyelidikan diosesan telah dikemas dan dibawa ke Roma; tugas Mgr. Denis selanjutnya adalah membaca keseluruhan dokumen tersebut dan merangkum bukti‑bukti dalam sebuah “Positio super Vita, Virtutibus et Fama Sanctitatis”, ini adalah dokumen yang memperlihatkan sifat luar biasa kehidupan dan kebajikan heroik calon orang kudus yang dimaksud.

Mgr. Denis menjelaskan, bahwa setelah Positio disusun, dokumen itu diajukan kepada Dikasteri Penggelaran Kudus di Vatikan. Selanjutnya, para ahli akan menilai apakah bukti‑bukti cukup kuat untuk merekomendasikan pengakuan venerabilitas oleh Paus.

“Ini proses panjang dan cermat. Biasanya memerlukan beberapa tahun,” kata Mgr. Denis. Ia mengatakan, contoh‑contoh proses cepat pada kasus tertentu merupakan pengecualian, dan bukan aturan umum.

Kisah penunjukan Mgr. Denis sendiri bernuansa kebetulan yang mengejutkan. Ia pertama kali membaca artikel tentang Anne‑Gabrielle di majalah Famille Chrétienne. Ia tersentuh oleh foto serta kesan rohaninya. Beberapa artikel lanjutan di Aleteia terus mengingatkannya. Ketika nama Anne‑Gabrielle muncul sebagai kebutuhan postulator pada 2024, ia menerima tugas itu karena terpanggil.

Persyaratan formal untuk menjadi postulator di antaranya keahlian di bidang teologi, Hukum Gereja atau Sejarah Gereja dan berdomisili di Roma. Orang itu juga diwajibkan memiliki diploma khusus postulator. Syarat ini telah dipenuhi Mgr. Denis setelah mengikuti kursus dan ujian.

Apa yang membuat Anne‑Gabrielle begitu menonjol menurut Mgr. Denis adalah kekhasan rahmat anak‑anak: kepastian tanpa ragu akan kehadiran dan kasih Allah, serta ketegaran iman meski dalam penderitaan.

“Semakin ia menderita, semakin ia yakin hanya Yesus yang dapat menolongnya,” ujarnya.

Senyum di foto‑fotonya, lanjut Monsignor Denis, bukan sekadar ekspresi biasa tetapi pancaran kesadaran akan dicintai Allah. Sifat lain yang mengesankan adalah keinginannya untuk berdoa dan berperan bagi penderitaan orang lain—ia bahkan berani memohon agar beban penderitaannya ditambah demi meringankan anak‑anak lain di rumah sakit.

Kini Mgr. Denis bergiat memeriksa berkas‑berkas di Roma dan menyiapkan Positio yang menjadi nadi penilaian di Vatikan. Jika dikatekisasi layak, tahapan berikutnya adalah pengakuan venerabilitas, lalu kemungkinan beatifikasi—yang pada akhirnya memerlukan bukti mukjizat atas perantaraan calon kudus.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini