Kamis, Oktober 23, 2025

Uskup Timika Bersuara tentang Kekerasan di Tanah Papua

TIMIKA, Pena Katolik – Seruan profetik menggema dari Tanah Papua. Uskup Keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA, menyerukan kepada Presiden RI Prabowo Subianto, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo beserta seluruh jajaran, untuk segera menghentikan kekerasan dan pembunuhan terhadap manusia di Tanah Papua.

Seruan tersebut disampaikan secara lantang dalam khotbah saat pentahbisan dua imam baru, Diakon Yohanes Kayame, Pr, dan Diakon Modestus Mametapare, Pr, di Gereja Paroki Santo Petrus, SP 3, Timika, Sabtu (18/10/2025). Khotbah penuh kepedihan itu disambut haru dan keheningan oleh umat yang hadir.

“Hari ini saya mau katakan kepada para pemimpin negara ini, mohon supaya hentikan kekerasan untuk membunuh manusia di Tanah Papua. Manusia ini ciptaan Tuhan, bukan manusia ciptaan Prabowo dan jajarannya untuk bisa dibunuh seenaknya,” tegas Uskup Bernardus.

Pernyataan tegas ini muncul sebagai bentuk keprihatinan mendalam terhadap peristiwa tragis yang baru saja terjadi di kampung Soanggama, Distrik Hitadipa, Intan Jaya, di mana 15 warga asli Papua dilaporkan tewas dalam tindakan kekerasan bersenjata.

“Dua hari terakhir ini ada pembunuhan 15 orang. Anda adalah serigala-serigala yang menggunakan senjata membunuh manusia, tetapi Anda akan berhadapan dengan Sang Pengadilan Terakhir. Manusia diberikan hati nurani supaya pemimpin mencari jalan keluar dengan cinta kasih, bukan peluru,” seru Uskup Bernardus dalam khotbahnya yang menggugah.

Uskup Bernardus menekankan bahwa penyelesaian konflik di Papua tidak bisa mengandalkan kekuatan militer. Sebaliknya, dialog, keadilan, dan pendekatan kemanusiaan adalah satu-satunya jalan untuk menciptakan perdamaian sejati.

“Kami mohon, pemerintah menggunakan cara lain untuk menyelesaikan konflik di Tanah Papua. Bukan dengan senjata. Saya mengajak pemerintah agar membuka jalan dialog, jalan berbicara dari hati ke hati. Hanya dengan cinta kasih dan keadilan, Papua bisa mengalami damai sejati,” ujarnya.

Suara kenabian ini bukan yang pertama disampaikan Uskup Bernardus. Dalam perayaan Jumat Agung pada 18 April 2025 lalu di Katedral Tiga Raja Timika, ia juga menyampaikan kritik keras terhadap kebijakan pemerintah, khususnya Program Strategis Nasional (PSN) di Merauke yang mencaplok dua juta hektare tanah masyarakat adat.

“Dalam sekejap, masyarakat kehilangan hak hidup dan bahkan jalan hidup mereka,” kata Uskup saat itu, menyinggung dampak PSN terhadap kehidupan masyarakat adat Papua.

Melalui seruan moral dan spiritual ini, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru berharap pemerintah Indonesia membuka telinga dan hati untuk mendengar jeritan rakyat Papua. Ia mengingatkan bahwa kekerasan hanya akan memperdalam luka dan menambah penderitaan.

Suara kenabian ini kini bergema ke seluruh penjuru negeri, menyerukan bahwa Tanah Papua membutuhkan keadilan, bukan peluru; membutuhkan kasih, bukan ketakutan.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini