Jumat, Oktober 17, 2025

Bacaan dan Renungan Rabu 22 Oktober 2025, Pekan Biasa ke-XXIX (hijau)

Bacaan I: Rm. 6:12-18

Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.

Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.

Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!

Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?

Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah

Mazmur 124:1-3,4-6,7-8

  • Nyanyian ziarah Daud. Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita? Biarlah Israel berkata demikian?  
  • Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita;
  • maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu.
  • Terpujilah TUHAN yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!
  • Jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung; jerat itu telah putus, dan kitapun terluput!
  • Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.

Bacaan Injil – Lukas 12:39-48

Pada suatu ketika berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, “Camkanlah ini baik-baik! Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.

Hendaklah kalian juga siap sedia, karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tak kalian sangka-sangka.” Petrus bertanya, “Tuhan, kami sajakah yang Kaumaksud dengan perumpamaan ini ataukah juga semua orang?”

Tuhan menjawab, “Siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk membagikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya, ketika tuan itu datang.

Aku berkata kepadamu: Sungguh, tuan itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Tetapi jika hamba itu jahat dan berkata dan berkata dalam hatinya, ‘Tuanku tidak datang-datang.’

Lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, pria maupun wanita, dan makan minum serta mabuk, maka tuannya akan datang pada hari yang tidak disangka-sangkanya dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan tuan itu akan membunuh dia serta membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.

Hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan.

Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut daripadanya. Dan barangsiapa dipercaya banyak, lebih banyak lagi yang dituntut daripadanya.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

***

Tanggung Jawab Sebagai Murid Kristus

Injil hari ini mengajak kita untuk merenungkan tanggung jawab sebagai murid Kristus. Yesus memakai perumpamaan tentang tuan rumah dan hamba-hamba yang menunggu kedatangannya. “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya sedang berjaga-jaga ketika ia datang.” (Luk 12:43). Perumpamaan ini bukan sekadar ajakan untuk waspada terhadap akhir zaman, tetapi juga panggilan untuk hidup dengan kesetiaan dan tanggung jawab setiap hari.

Tuhan mempercayakan kepada kita banyak hal: hidup, keluarga, pekerjaan, iman, bahkan rahmat keselamatan. Semua ini bukan milik pribadi, melainkan titipan yang harus dijaga dan dikembangkan. Seperti hamba yang diberi tanggung jawab mengurus rumah tuannya, kita pun diminta untuk melayani dengan setia dan penuh kasih. Kesetiaan bukan hanya tampak dalam hal-hal besar, melainkan dalam tindakan sederhana yang dilakukan dengan hati yang benar — kejujuran, kerja keras, doa, dan perhatian kepada sesama.

Namun, Yesus juga memberi peringatan keras: hamba yang tahu kehendak tuannya tetapi tidak melaksanakannya akan menerima hukuman yang berat. Ini mengingatkan kita bahwa pengetahuan tentang kebaikan tidak cukup bila tidak diwujudkan dalam tindakan. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:17). Kita dipanggil bukan hanya untuk tahu Firman Tuhan, tetapi untuk menjadikannya nyata dalam hidup.

Kalimat terakhir Injil hari ini menegaskan prinsip keadilan ilahi: “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut.” (Luk 12:48). Semakin besar rahmat dan kepercayaan yang kita terima, semakin besar pula tanggung jawab yang menyertainya. Maka, para pemimpin, orang tua, guru, pelayan Gereja, atau siapa pun yang diberi pengaruh atas orang lain, dipanggil untuk menggunakan karunia itu demi kebaikan dan kemuliaan Allah, bukan demi diri sendiri.

Marilah kita bertanya kepada diri sendiri: apakah aku sudah menjadi hamba yang setia dan bijaksana dalam menjalankan tanggung jawabku? Apakah aku memanfaatkan anugerah Tuhan untuk melayani, bukan dilayani?

Semoga kita senantiasa berjaga-jaga, bukan karena takut akan hukuman, tetapi karena cinta kepada Tuhan yang mempercayakan begitu banyak hal kepada kita. Kesetiaan kita hari ini adalah bentuk kesiapsiagaan sejati — menantikan Sang Tuan dengan hati yang penuh kasih dan tangan yang setia bekerja.

Doa Penutup

Santo Gaudensius mengajari kami untuk setia dalam panggilannya. Ajari kami, agar kami dapat memahami arti panggilan kami dalam hidup. Amin

***

Santa Salome, Wanita Pelayan Yesus

Salome adalah isteri Zebedeus dan ibu kandung rasul Yakobus tua dan Yohanes. Sejak di Galilea, ia sudah menjadi pengikut dan pelayan Yesus. Bersama dengan Maria, ibu Yesus, dan wanita-wanita lainnya, Salome setia kepada Yesus Sang Guru sampai pada peristiwa salib di Golgotha (bdk. Mrk 15:40-41). Ia juga salah seorang wanita yang mengunjungi makam Yesus (Mrk 16:1). Ada ahli Kitab Suci mengidentifikasi Salome sebagai saudari Maria, ibu Yesus (Yoh 19:25).

Santo Contardo Ferrini, Pengaku Iman

Contardo dikenal sebagai mahaguru ilmu hukum yang sangat terkenal di Universitas Pavia, Italia. Bagi dia Santo Paulus adalah inspirator hidup dan karyanya. Begitu seluruh karya baktinya sebagai mahaguru diilhami oleh semangat dan cara hidup rasul Paulus. Ia ramah dan tabah serta menjadi teman sekaligus pendamping setia para mahasiswa dalam usaha belajarnya. Ia meninggal dunia pada tahun 1902.

Santo Filipos, Hermes dan Severus, Uskup dan Martir

Uskup tua ini teguh imannya meskipun terus-menerus menghadapi kebengisan para penguasa kafir. Tatkala prajurit-prajurit kafir mengunci gerejanya, ia dengan tenang berkata: “Tuhan bersemayam di dalam hati setiap manusia, bukan di dalam gedung gereja itu.” Meskipun situasi gawat meliputinya setiap saat, ia tetap bersemangat mengumpulkan umatnya untuk beribadat meskipun di luar gereja. Melihat itu gubernur menuntut agar piala-piala dan Kitab-kitab Suci untuk ibadat diserahkan untuk dimusnahkan.

Filipos dengan tegas menolak tuntutan gubernur kafir itu. Akibatnya, ia bersama diakon Hermes ditangkap dan didera dan selama tujuh bulan dikurung di dalam penjara untuk disiksa. Ketika tiba saatnya mereka menjalani hukuman mati, mereka begitu lemah sehingga terpaksa diusung ke tempat pembakaran. Hari berikutnya seorang Kristen lain, Severus namanya, menjalani nasib yang sama. Ketiga martir ini dihukum mati pada tahun 304.

Santa Nunila dan Alodia, Martir

Kedua gadis cilik ini menjadi korban suatu perkawinan campur agama, Islam dan Katolik. Ayah tiri mereka beragama Islam, sedangkan ibunya beragama Kristen Katolik. Oleh ayahnya mereka dipaksa mengingkari imannya dan memeluk agama Islam pada waktu tentara-tentara Islam menguasai negeri Spanyol. Karena mereka menolak desakan ayahnya, mereka dipenggal kepalanya di Huesca, Spanyol pada tahun 851.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini