MERTOYUDAN, Pena Katolik – Dalam suasana penuh syukur dan kebersamaan, Paroki Santo Yusup Pekerja Mertoyudan, Kabupaten Magelang, merayakan ulang tahunnya yang ke-69, Minggu, 28 September 2025. Perayaan tahun ini dikemas dalam tema “Harmoni 69th”, yang bermakna keselarasan dan persatuan umat untuk melangkah bersama membangun Gereja baru — sebagai simbol semangat dan komitmen umat yang terus bertumbuh.
Pastor Paroki Santo Yusup Pekerja, Romo Antonius Abas Kurnia Andrianto, Pr, mengajak seluruh umat untuk melangkah dalam semangat persaudaraan dan persatuan.
“Mari kita bergandengan tangan, mewujudkan satu tekad bersama membangun kawasan pastoral ini. Semoga rahmat Tuhan menyertai kita dan perayaan ini menumbuhkan semangat harmoni dan persaudaraan,” pesannya di tengah kemeriahan acara.
Ketua Panitia Harmoni 69th, Ignatius Ferryanto, dalam wawancaranya bersama Tim Komsos Kevikepan Kedu menegaskan, perayaan ini menjadi ajang penggalangan semangat dan dana untuk pembangunan Gereja baru.
“Kami berharap kegiatan ini bisa memantik semangat umat agar lebih guyub dan beraksi untuk membangun Gereja baru. Semua kegiatan ini bersifat sosial dan menjadi modal kekuatan kami dalam proses pembangunan,” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua Pembangunan Gereja, B. Budi Waskito, menambahkan bahwa perayaan HUT ke-69 menjadi momen penting bagi umat untuk memperbarui tekad pelayanan pastoral.
“Pembangunan Gereja baru ini merupakan jawaban atas kebutuhan umat yang terus bertambah. Momentum HUT ini adalah langkah nyata dalam mewujudkan cita-cita pastoral bersama,” jelasnya.
Perayaan HUT kali ini berlangsung meriah dengan pentas seni dan budaya dari berbagai kelompok umat. Penampilan dimulai dari SD Kanisius Sumberrejo 2 yang membawakan kesenian daerah, pertunjukan jathilan dan kuda lumping dari beberapa lingkungan, musik keroncong OMK, serta penampilan musik dari Seminari Mertoyudan.
Sejarah Paroki Mertoyudan
Perjalanan Paroki Santo Yusup Pekerja Mertoyudan tidak lepas dari karya misi Romo Franciscus Gregorius Josephus Van Lith, SJ, pelopor pendidikan Katolik di Muntilan. Melalui pendirian sekolah-sekolah guru pada awal tahun 1900-an. Saat itu berdiri beberapa sekolah Kweekschool dan sekolah pendidikan guru berbahasa Belanda. Pengaruh karya pendidikan ini meluas hingga ke wilayah Mertoyudan.
Pada tahun 1941, berdirilah Sekolah Dasar Kanisius Sumberrejo I, yang menjadi cikal bakal tumbuhnya komunitas Katolik di Mertoyudan. Para guru muda lulusan Van Lith hidup membaur dengan masyarakat, menanamkan nilai-nilai iman Katolik, hingga terbentuklah kelompok umat yang solid. Adanya Seminari Menengah Mertoyudan juga memperkuat kehidupan iman di wilayah ini.
Pada 29 September 1956, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ memberkati Gereja Santo Yusup Pekerja yang dibangun atas gagasan Romo Th. Van der Putten, SJ. Saat itu, Mgr. Soegijapranata menegaskan,
“Dengan diberkati Gereja ini, umat Mertoyudan menjadi paroki yang mandiri.” Kalimat ini kemudian menjadi dasar semangat kemandirian umat Mertoyudan hingga kini.