MERAUKE, Pena Katolik – Suasana penuh syukur menyelimuti umat Stasi Santo Stefanus, Keuskupan Agung Merauke, ketika Rumah Doa Bunda Maria Waliwaq di kompleks Lepro resmi digunakan, 26 September 2025. Pendirian rumah doa ini menjadi buah doa dan kerinduan umat, khususnya Herman Kanggion, warga setempat yang sejak lama bermimpi memiliki tempat devosi khusus bagi Bunda Maria.
Kanggion menjelaskan, kata Waliwaq dalam bahasa Marind berarti “perempuan Marind asal.” Nama ini erat kaitannya dengan pengalaman iman masyarakat di kompleks Lepro, sebuah tempat bersejarah peninggalan masa penjajahan Belanda yang dahulu menjadi lokasi perawatan orang-orang asli Marind penderita kusta. Di sana, para biarawan PBHK bersama petugas kesehatan Belanda merawat mereka hingga sembuh.
Kisah devosi ini semakin kuat ketika warga setempat kerap menyaksikan penampakan seorang perempuan berambut putih, yang datang membawa bakul berisi hasil bumi khas Marind – sagu, pisang, ubi, hingga sayur – lalu membagikannya kepada warga sebelum menghilang di bawah rimbunan pohon bambu. Banyak umat percaya sosok tersebut adalah wujud kehadiran Bunda Maria yang menyertai umat Lepro.
Atas dasar pengalaman rohani itu, umat setempat bersepakat memberi nama Bunda Maria Waliwaq bagi rumah doa yang dibangun secara gotong royong. “Awalnya hanya arca kecil, tapi umat tidak berhenti berdoa Rosario dan menggalang dana secara sukarela. Akhirnya berdiri rumah doa berukuran 6×8 meter ini,” kata Kanggion penuh syukur.
Pembangunan rumah doa juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Bupati Mappi, Christosemus Johanes Cristosemus Agawemu, yang ikut membantu pendanaan, serta kehadiran istri Bupati, Inocentia Kelanit Agawemu, dan Wakil Bupati Merauke, Fauzun Hinayah, dalam peresmian.
Dalam perayaan peresmian, Romo Aloisius Kelbulan berpesan agar umat tetap menjadikan gereja sebagai pusat hidup iman. Hal senada ditegaskan Romo John Kandam, Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Merauke sekaligus moderator devosi Medali Ajaib, yang mengingatkan bahwa patung dan rumah doa hanyalah sarana doa, sementara inti perayaan iman tetap ada dalam Ekaristi Kudus di gereja.
Kini, kelompok devosi Medali Ajaib Bunda Maria Waliwaq berkembang pesat, menjangkau kampung-kampung hingga distrik-distrik terjauh, termasuk Okaba, Sota, hingga Boven Digoel. Umat percaya bahwa kehadiran rumah doa ini akan menjadi pusat doa dan devosi, serta memperkuat iman seluruh masyarakat Marind dan umat Katolik di Keuskupan Agung Merauke. (Agapitus Batbual/Merauke)