Sabtu, November 15, 2025

Rumah Doa Bunda Maria Waliwaq Resmi Digunakan di Lepro

MERAUKE, Pena Katolik – Suasana penuh syukur menyelimuti umat Stasi Santo Stefanus, Keuskupan Agung Merauke, ketika Rumah Doa Bunda Maria Waliwaq di kompleks Lepro resmi digunakan, 26 September 2025. Pendirian rumah doa ini menjadi buah doa dan kerinduan umat, khususnya Herman Kanggion, warga setempat yang sejak lama bermimpi memiliki tempat devosi khusus bagi Bunda Maria.

Dia mengtakan Waliwaq artinya perempuan marind asal tempat tempat asli di lepro. Dia mengatarakan, istilah Lepro berasal dari tempat penampungan orang asli marind yang terkena penyakit kusta dijaman pemerintah Belanda, mereka dirawat para mantra dan Biarawan PBHK hingga sembuh. Dia mengatakan untuk memudahkan mengontrol penyakit Pemerintah Belada dibantu untuk membangun perumahan mereka hingga sembuh maka itu orang bisanya menyebut komplreks tersebut sebagai kompleks Lepro. Dia mengatakan bangunan rumah mereka tebuat dari papan teramasuk lantai, agak berkolong.

“Dan anehnya hanya pohon bamboo yang tumbuh di kompleks tersebut,” katanya.

Dia bilang warga setiap minggu terlihat seorang perempuan suku marind berambut putih muncul entah dari mana hadir melewati jalan utama menuju ke gereja St. Stevanus mengikuti misa kudus membawa sebuah bakul, berisi segala jenis makanan asli suku marind hingga usai dari gereja disaksikan warga setempat langsung menuju rimbunan pohon bamboo di bagian tengah puluhan gedung orang sakit kusta adalah Bunda Maria bisa terlihat dari gerekan membagikan hasil bumi kepada warga Lepro.

“Mau percaya atau tidak, tetapi banyak orang menyaksikan perempuan rambut putih membawa bakul yang isinya hasil bumi dan warga sekitar percaya dengan menerima pemberian perempuan tua tersebut, warga setempat merasa terpuaskan oleh semua misalnya, sagu, pisang, ubi, ketela pohon, sayur dan lain sebagainya. Kanggion mengungkapkn menurut beberapa orang yang turut menyaksikan nenek berambut putih tersebut seketika menghilang di bawah pohon bamboo tersebut di kompleks Lepro tersebut. Dia berpandangan bahhwa kemungkinan pemilik tanah Lepro secara adat,” ujar Kanggon, Jumat,26 September.

Dia mengatakan karena warga sekitar sering kali melihat orang asing tersebut berjalan tenang dengan bakulnya di tempat tersebut mulai di di bangunRumah Doa Bunda Maria Waliwaq disekitarya. Dia langsung saja berunding dengan warga sekitar, lalu nama kesepapakatan mereka diberisematkan Bunda Maria Waliwaq di tempat tersebut . Dia mengatatakan awalnya Arca Bunda Maria sangat kecil, tetapi tanpa angina kecang atau hujan lebat rumah doa tersebut rubuh. Dia mengajak warga supaya jangan merasa bosan berdoa Rosario medali ajaib semua terkumpul secara suka rela. Dia mengatkan akhirnya berdiri sebuah rumah doa untuk Bunda Maria Waliwaq mulai terbentuk kelompok mendali wasiat untuk bedevosi kepada orang lain.

“Jadi terbuka untuk siapa saja,” katanya.

Dia mengatakan kelompok doa medali wasiat tersebut tidak terhitung banyaknya, sampai ke kampung terjauh semisal distrik okaba dan senayu distrik, sota, soa dan senayu, nazem, bahkan distrik terjauh adalah okaba. Dia mengatkan berbagai pengalaman rohani tersebut sehingga warga suku marind di Lapro dianggap skral sehingga Arca Bunda Maria Waliwag dalam kelompok tersebut.

Dia mengungakapkan pengalaman saat membawa Arca Bunda Maria keluar Gereja Stasi Santo Stevanus ke tempat pentahtahan di bawah rimbunan rubunan pohon bamboo dengan tangis, serta dekorasi seperi pesta adat marind hingga tiba di tempatya.

Kelompok devosi medali ajab tersebut umumnya oang asli hingga seluruh Keuskupan Agung Merauke terbentuk 2-14 di Boven Digoel. Dia tidak kelompoknya tidak meminta dana pembangunan rumah doa Waliwaq tersebut tetapi berkat bantuan Bupati Mappi Cristosemus Johanes Cristosemus Agawemu sedikit membantu pembangunan rumah doa tersebut.

“Mereka juga turut menyumbang untuk pendirian rumah Rumah Doa Santa Maria Waliwag di Lepro dengan ukuran 6X 8 meter. Romo Aloisius Kelbulan justeru dalam sabutannya menghimbau agar umat Lepro tetap ke gereja. Sementara Romo John Kandam sebagai Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Merauke, sekaligus moderator kelompok devosi medali ajaib menambahkan kewajiban semua umat juga untuk berdoa di gereja tanpa melupakan rumah doa Maria Waliwaq karena dalam gereja katolik justeru inti dari segala perayaan adalah ekaristi di gereja katolik.

“Semua benda rohani misalnya patung dan salib sebagai sarana untuk berdoa,” katanya.

Istri Bupati Mappi Inocentia Kelanit Agawemu dan Wakil Bupati Merauke, Fauzun Niihayah juga turut menyaksikan peristiwa tersebut

Kisah devosi ini semakin kuat ketika warga setempat kerap menyaksikan penampakan seorang perempuan berambut putih, yang datang membawa bakul berisi hasil bumi khas Marind – sagu, pisang, ubi, hingga sayur – lalu membagikannya kepada warga sebelum menghilang di bawah rimbunan pohon bambu. Banyak umat percaya sosok tersebut adalah wujud kehadiran Bunda Maria yang menyertai umat Lepro.

Kini, kelompok devosi Medali Ajaib Bunda Maria Waliwaq berkembang pesat, menjangkau kampung-kampung hingga distrik-distrik terjauh, termasuk Okaba, Sota, hingga Boven Digoel. Umat percaya bahwa kehadiran rumah doa ini akan menjadi pusat doa dan devosi, serta memperkuat iman seluruh masyarakat Marind dan umat Katolik di Keuskupan Agung Merauke. (Agapitus Batbual/Merauke)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini