Selasa, September 23, 2025

Kitab Suci yang Tidak Menyebut Nama Allah

VATIKAN, Pena Katolik – Di antara seluruh kitab dalam Alkitab, hanya ada satu kitab yang sama sekali tidak menyebut nama Allah, yakni Kitab Ester. Keunikan ini sejak lama menimbulkan perdebatan, bahkan hingga berabad-abad setelah kanon Alkitab ditetapkan.

Alkitab sendiri bukanlah sebuah buku tunggal, melainkan kumpulan kitab yang disusun, ditulis, dan diedit selama ribuan tahun. Proses penetapan kitab mana yang masuk ke dalam Alkitab disebut kanonisasi. Dibandingkan Alkitab yang dipakai untuk komunitas Kristen Protetas dan Yahudi, maka Alkitab Katolik dan Ortodoks memiliki jumlah kitab yang lebih banyak.

Dalam Kanon Yahudi, kitab terakhir adalah Kitab Ester—sebuah kisah tentang perempuan Yahudi di Persia yang menjadi ratu dan berhasil menyelamatkan bangsanya dari rencana pemusnahan. Para ahli meyakini kisah ini bukanlah catatan sejarah, melainkan karya sastra yang menjelaskan asal-usul perayaan Purim. Namun, absennya penyebutan nama Allah di dalam kitab ini menimbulkan tanda tanya besar: mengapa kitab seperti itu justru dimasukkan ke dalam Kitab Suci?

Sejumlah tradisi Yahudi maupun Kristen menafsirkan bahwa Allah tidak benar-benar absen, melainkan “bersembunyi” dalam teks. Dalam naskah Ibrani kuno, ditemukan akrostik tersembunyi di mana huruf-huruf awal atau akhir dari kata-kata tertentu membentuk nama YHWH, nama kudus Allah. Hal ini dipandang sebagai tanda bahwa Allah tetap berkarya dalam sejarah, bahkan ketika Ia tidak disebut secara eksplisit.

Dalam tradisi Yunani kuno, komunitas Yahudi menambahkan doa-doa dan episode baru ke dalam Kitab Ester untuk menegaskan peran Allah yang tersembunyi. Tambahan ini kemudian masuk dalam Septuaginta (terjemahan Yunani) dan diwarisi oleh Alkitab Katolik serta Ortodoks. Sementara itu, Alkitab Protestan menempatkan bagian tambahan itu dalam Apokrif

Para pakar menilai, perbedaan ini mencerminkan cara yang beragam dalam membaca iman: Kitab Daniel, misalnya, menekankan kesetiaan umat untuk menanti Allah bertindak; sedangkan Kitab Ester menyoroti keberanian manusia bertindak dalam ancaman bahaya, meskipun tangan Allah tetap dipercaya bekerja di balik layar.

Dengan demikian, Kitab Ester tidak hanya menjadi kisah penyelamatan bangsanya, tetapi juga sebuah kesaksian iman: bahwa Allah hadir bahkan dalam keheningan, bekerja melalui peristiwa, keputusan, dan keberanian manusia yang mau setia pada-Nya.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini