Jumat, September 5, 2025

Bacaan dan Renungan Kamis 11 September 2025, Pekan Biasa ke-XXIII (hijau)

Bacaan I – Kol. 3:12-17

Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur kepada Allah

Mzm. 150:1-2,3-4,5-6

  • Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat!
  • Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!
  • Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling!
  • Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!

Bacaan Injil – Luk. 6:27- 38

Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.

Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.

Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.

Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.

Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.

Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.

Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.

Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.

Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.

Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.

Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

Demikianlah Injil Tuhan

U. Terpujilah Kristus

***

Kasih Tanpa Syarat

Yesus memberikan ajaran yang sangat radikal: mengasihi musuh, memberkati yang mengutuk, dan berbuat baik tanpa mengharapkan balasan. Ajaran ini menantang logika manusia, karena kita cenderung mencintai mereka yang mencintai kita dan membalas perlakuan buruk dengan hal yang sama. Namun Yesus mengajak kita melampaui naluri manusiawi dan masuk ke dalam cara berpikir Kerajaan Allah.

Mengasihi musuh bukan berarti membenarkan kejahatan mereka, tetapi menolak untuk membalas dendam. Ini adalah bentuk kekuatan rohani, bukan kelemahan. Mengampuni, berbuat baik kepada orang yang menyakiti, dan tetap murah hati kepada yang tidak layak menerimanya adalah cerminan kasih Allah sendiri—kasih yang tak bersyarat dan tak tergoyahkan.

Yesus menutup pengajaran ini dengan pernyataan yang sangat indah: “Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Artinya, kemurahan hati kita kepada sesama akan kembali kepada kita dalam bentuk yang bahkan lebih berlimpah. Kasih, pengampunan, dan kebaikan yang kita taburkan tidak akan pernah sia-sia di hadapan Tuhan.

Dalam dunia yang penuh dengan kebencian, balas dendam, dan ketidakpedulian, Yesus memanggil kita untuk menjadi berbeda. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjadi tanda kasih yang nyata. Tidak mudah, tetapi sangat mungkin jika kita tinggal dalam kasih-Nya dan mengandalkan kekuatan Roh Kudus.

Ajaran ini bukan sekadar tuntutan moral, melainkan jalan keselamatan. Dengan mengasihi tanpa syarat, kita menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, yang murah hati kepada semua orang—baik yang tahu berterima kasih maupun yang tidak. Inilah panggilan kita: menjadi serupa dengan Bapa dalam kasih, belas kasihan, dan pengampunan.

Hari ini, mari kita bertanya dalam hati: Apakah aku sudah sungguh mengasihi tanpa syarat? Apakah aku masih menyimpan dendam atau kebencian? Mari serahkan semuanya kepada Tuhan dan mohon kekuatan untuk mengasihi seperti Dia mengasihi.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, ajarlah aku untuk mengasihi seperti Engkau mengasihi—tanpa syarat, tanpa pamrih. Lembutkan hatiku agar aku mampu mengampuni, mendoakan mereka yang menyakiti, dan tetap berbuat baik bahkan ketika disakiti. Berilah aku keberanian untuk hidup berbeda dari dunia, menjadi saluran belas kasih-Mu. Ya Tuhan, tanamkan dalam hatiku kerendahan hati dan kemurahan hati seperti Bapa di surga. Semoga hidupku menjadi cermin kasih-Mu setiap hari. Amin.

***

Santo Protus dan Hyasintus, Martir

Selama beberapa kurun waktu kedua bersaudara ini bekerja di sebuah pertapaan di Mesir. Mereka kemudian pindah ke Roma. Disana mereka bekerja sebagai pelayan pada seorang wanita bangsawan bernama Eugenia, yang kemudian dihormati sebagai Santa.

Pada waktu itu kekaisaran Roma diperintah oleh Kaisar Gallienus. Seperti kaisar – kaisar sebelumnya, Gallienus tidak suka pada orang – orang Kristen. Ia menyuruh serdadu – serdadu menangkap dan memenggal kepala Protus dan Hyasintus. Peristiwa berdarah atas kedua bersaudara ini terjadi pada tahun 257.

Kuburan Hyasintus ditemukan kembali di sebuah katakombe di Roma pada tahun 1845. Ada petunjuk kuat pada sisa – sisa tulangnya bahwa ia mati terbakar, sedangkan kuburan Protus ditemukan dalam keadaan kosong.

Beato Yohanes Gabriel Perboyre, Martir

Ketika masih kanak – kanak, Yohanes sudah terbiasa dengan kerja keras. Ia biasa membantu ayahnya menggembalakan ternak – ternak mereka di padang. Pada umur 8 tahun, ia masuk sekolah atas ijin ayahnya. Kemudian ia mengikuti pendidikan imam di seminari menengah. Yohanes, seorang calon imam yang sederhana, tetapi saleh, pandai dan senantiasa riang. Terdorong oleh keinginannya untuk menjadi rasul Kristus di tempat lain, ia masuk Kongregasi Misi Santo Vincentius, yang lazim disebut orang Tarekat Lazaris. Ia kemudian ditabhiskan menjadi imam di Paris.

Imam muda ini disenangi dan dikagumi banyak orang terutama rekan – rekannya sebiara. Kepandaian dan kebijaksanaannya dalam berkarya membuat dia diserahi berbagai jabatan penting di tanah airnya, kendatipun usianya masih tergolong muda. Kemudian atas permintaannya sendiri, ia diutus sebagai misionaris di negeri Tiongkok pada tahun 1830. Pada masa itu, Tiongkok masih tertutup sekali pada dunia luar. Dengan demikian, kepergiannyake sana membawa bahaya tersendiri. Ia harus melayani umat yang ada disana dalam situasi selalu terancam bahaya dan bermacam – macam kesulitan. Tetapi Yohanes tidak takut akan semua bahaya itu. Ia yakin bahwa Tuhan akan senantiasa menolong dia dalam karyanya. Ia tanpa takut melayani umat Kristen yang ada di negeri itu dengan memberi mereka pengajaran agama dan pelayanan sakramen – sakramen secara sembunyi – sembunyi. Rasa haus, udara yang dingin dan keletihan tidak dihiraukannya demi pelayanan umat.

Karyanya yang penuh bahaya itu didasari oleh kekuatan batin melalui doa – doa dan matiraganya. Akhirnya imam muda ini mengalami nasib yang sama seperti Kristus Tuhan yang dilayaninya. Seperti Kristus, Yohanes dijual oleh seorang pengkhianat dengan 30 keping perak. Setelah menderita sengsara setahun lamanya, ia mati di atas tiang gantungan yang dibuat berbentuk salib, pada hari Jumat pertama di bulan September 1840, tepat pukul 3 siang.Kesucian hidupnya di balas Tuhan dengan berbagai mukzijat dan karunia yang luar biasa kepada setiap orang yang berdoa dengan meminta perantaraannya. Pada tahun 1889, ia dinyatakan sebagai seorang Beato oleh Sri Paus Leo XIII.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini