Kamis, Agustus 14, 2025

Bacaan dan Renungan Kamis 17 Agustus 2025; HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

ejarah dan kehidupan bangsa ini pantas bersyukur atas perjuangan para pahlawan dan karunia kemerdekaan yang dianugerahkan Tuhan untuk bangsa kita. Namun, momentum perayaan kemerdekaan ini juga mengajak kita untuk merenungkan kembali peran kita sebagai murid-murid Kristus dalam mengisi kemerdekaan.

Bacaan I – Sirakh 10:1-8

“Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya.”

Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur. Seperti para penguasa, demikian pula para pegawainya, seperti pemerintah kota, demikian pula semua penduduknya.

Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya.

Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang, dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat. Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu, apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu.

Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7

Ref. Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.

  • Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum. aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela. Aku hendak hidup dengan ketulusan hati, tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila.
  • Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan, supaya mereka diam bersama-sama aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela akan melayani aku.
  • Orang yang melakukan tipu daya, tidak akan diam di dalam rumahku. Orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku.

Bacaan II – Petrus 2:13-17

“Berlakulah sebagai orang yang merdeka.”

Saudara-saudaraku yang terkasih, demi Allah, tunduklah kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan untuk mengganjar orang-orang yang berbuat baik.

Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh.

Hiduplah sebagai orang merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetap hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Bait Pengantar Injil Lukas 20:25

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.

Ayat (oleh solis):

Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.

Bacaan Injil Matius 22:15-21

“Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.

Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus, “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.

Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka.

Maka Ia lalu berkata, “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu!” Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus. Maka Yesus bertanya kepada mereka, “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka, “Gambar dan tulisan kaisar.”

Lalu kata Yesus kepada mereka, “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

***

Kemerdekaan yang Utuh

Orang-orang Farisi berusaha menjebak Yesus dengan pertanyaan licik: “Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Jika Yesus menjawab “ya”, Ia dianggap berpihak pada penjajah Romawi; jika “tidak”, Ia bisa dituduh memberontak. Namun Yesus dengan bijaksana menjawab: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Jawaban ini mengajarkan bahwa iman dan tanggung jawab sosial bukanlah dua hal yang saling meniadakan. Kita hidup sebagai warga negara di dunia sekaligus warga Kerajaan Allah. Kepada negara, kita memberi ketaatan, kerja sama, dan kontribusi untuk kebaikan bersama. Kepada Allah, kita memberikan hati, iman, dan seluruh hidup kita.

Memasuki perayaan 80 tahun Kemerdekaan Indonesia, sabda Yesus ini menjadi panggilan untuk menghidupi kemerdekaan secara utuh. Kemerdekaan bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga bebas dari sikap egois, ketidakpedulian, dan korupsi hati. Sebagai warga bangsa, kita dipanggil untuk berkontribusi nyata: membayar pajak dengan jujur, menjaga hukum, membangun persatuan, serta memelihara keadilan dan kesejahteraan. Sebagai umat Allah, kita dipanggil untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Surga: kasih, kejujuran, pengampunan, dan pelayanan tanpa pamrih.

Yesus mengingatkan bahwa simbol pada mata uang—gambar Kaisar—menandakan kepemilikan negara, sementara gambar Allah pada diri kita—citra Allah—menandakan bahwa hidup kita sepenuhnya milik-Nya. Maka, mengabdi kepada negara tidak boleh menghapus ketaatan kepada Allah, dan kesetiaan kepada Allah akan membuat kita menjadi warga negara yang lebih baik.

Di usia 80 tahun kemerdekaan, mari kita perbarui tekad untuk memberi kepada negara apa yang menjadi tanggung jawab kita, dan memberi kepada Allah seluruh diri kita. Dengan demikian, kemerdekaan Indonesia akan menjadi berkat, bukan hanya bagi kita, tetapi bagi generasi mendatang.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, Engkau mengajarkan kami untuk setia kepada-Mu dan bertanggung jawab terhadap bangsa kami. Terima kasih atas anugerah 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Berilah kami hati yang bersyukur, tangan yang mau bekerja, dan iman yang teguh. Jadikan kami warga negara yang jujur, adil, dan penuh kasih, sehingga kemerdekaan ini semakin memuliakan nama-Mu. Lindungilah pemimpin dan rakyat Indonesia, satukan kami dalam persaudaraan sejati. Kami serahkan negeri ini ke dalam tangan-Mu, sumber damai dan kehidupan. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

***

Santo Hyasintus, Pengaku Iman

Hyasintus lahir tahun 1185 di Breslan, Silesia, Jerman Timur, dari keluarga bangsawan Odrowaz. Setelah menamatkan studinya, ia ditabhiskan menjadi imam. Karya imamatnya dimulai di Katedral Krakau, Polandia. Pada umur 35 tahun, bersama adiknya Seslaus, Hyasintus menemani uskupnya dalam perjalanan ke Roma.

Kesempatan itu dipakai untuk menemui Santo Dominikus, pendiri ordo Pengkhotbah. Semangat kerasulan dan kemiskinan para biarawan ordo itu sangat mereka kagumi. Pada pertemuan itu, Hyasintus meminta Dominikus agar mengutus beberapa biarawannya untuk mewartakan Injil di Eropa Utara. Permohonan ini tidak dikabulkan karena masalah kekurangan tenaga imam. Secara tak terduga, kedua bersaudara itu meminta Dominikus agar diterima dalam Ordo Pengkhotbah. Dengan senang hati Dominikus menerima kedua bersaudara itu dalam pengakuan ordonya.

Hyasintus bersama Seslaus, meskipun sudah lama bekerja sebagai imam, bersedia menjalani lagi masa novisiat untuk melatih diri dan membentuk diri mengikuti semangat Ordo Pengkhotbah dan semua keutamaan Kristen yang diperjuangkan ordo itu. Setelah mereka mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan, Hyasintus dan Seslaus diutus ke Eropa Utara sebagai misionaris Dominikan pertama di wilayah itu.

Sebagai perintis Ordo Pengkhotbah di Eropa Utara, kedua bersaudara itu mengalami banyak hambatan dalam karyanya. Namun Tuhan senantiasa menyertai mereka dengan banyak karunia mukzijat. Mula-mula Hyasintus menjelajahi seluruh wilayah Polandia untuk mewartakan Injil. Ia berhasil mentobatkan banyak orang di semua kota. Selanjutnya ia berkotbah di wilayah-wilayah Jerman, Denmark, Swedia, Austria, dan Rusia sampai ke Laut Hitam. Kehidupannya yang sederhana dan suci menjadi pendukung kuat bagi khotbah-khotbahnya dan hal ini berhasil menarik minat banyak pemuda.

Pemuda-pemuda dengan rela meneladani Hyasintus dibina untuk menjadi imam-imam Dominikan. Untuk itu Hyasintus mendirikan banyak biara Dominikan di berbagai tempat sebagai pusat pendidikan bagi semua muda yang mau menjadi imam dalam Ordo Dominikan.

Dikatakan bahwa Hyasintus sepanjang hidupnya (72 tahun) tidak pernah mengalami sakit, termasuk penyakit ketuaan dan semua penderitaan lain yang disebabkan oleh usia yang sudah lanjut. Ia akhirnya gugur sebagai seorang ksatria Kristus yang memberi kesaksian iman secara luar biasa. Pada tanggal 14 Agustus 1257, ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 15 Agustus 1257, tepat pada pesta Maria diangkat ke Surga.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini