
VATIKAN, Pena Katolik – Pada tanggal 21 April 2025, dunia dikejutkan dengan berita wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang dikenal karena kesederhanaan dan komitmennya terhadap perdamaian dunia. Kabar duka ini datang, setelah serangkaian penampilan publik yang menunjukkan tanda-tanda bahwa akhir perjalanan hidupnya sudah dekat.
Kunjungan Terakhir ke Salus Populi Romani
Pada tanggal 12 April, menjelang Minggu Palma, Paus mengunjungi Basilika St. Maria Maggiore untuk berdoa terakhir kalinya di hadapan Salus Populi Romani, ikon Maria yang sangat ia kagumi.
Ikon tersebut, merupakan tempat Paus berdoa sebelum dan sesudah setiap perjalanan internasional, serta setiap peristiwa penting, seperti saat ia keluar dari rumah sakit pada tahun 2021 setelah menjalani operasi usus.
Seperti sebelum lawatannya ke Indonesia dan beberapa negara Asia Pasifik, Paus Fransiskus terlebih dahulu mengunjungi basilika ini, juga setelah ia kembali ke Roma, ia sempatkan untuk kembali berdoa di hadapan Ikon Maria dan Bayi Yesus ini.
Seperti sudah sering ia sampaikan, Paus Fransiskus berharap untuk dapat dimakamkan di Basilika St. Maria Mayor. Ia ingin dimakamkan di dekat ikon tersebut.
“Vatikan adalah tempat terakhir saya beribadah, bukan tempat tinggal saya yang kekal. Saya akan masuk ke ruangan dekat dengan Regina della Pace, ‘Ratu Perdamaian’ yang selalu saya minta bantuan, dan yang pelukannya telah saya rasakan lebih dari seratus kali selama masa kepausan saya,” ungkap Paus dalam salah saru autobiografinya.
Keesokan harinya, pada Minggu Palma, Paus hadir di akhir Misa di Lapangan Santo Petrus. Melihat suasana hati yang baik dan tidak mengenakan kanula hidung yang menyalurkan oksigen, ia berbicara singkat kepada umat beriman: “Selamat merayakan Minggu Palma. Selamat merayakan Minggu Suci.”
Tanpa Busana Paus
Tanda selanjutnya adalah saat Paus Fransiskus mengunjungi Basilika St. Petrus pada saat yang tidak direncanaan pada 11 April 2025. Ia mendatangi pusat Gereja Katolik ini tanpa mengenakan busana Paus seperti biasa. Pada kesempatan ini, Paus Fransiskus menyapa umat yang berziarah di basilika.
Penampilan publik ini kemudian diikuti penampilan publik lain. Pada tanggal 16 April, ia bertemu dengan petugas kesehatan dan staf medis yang merawatnya selama tinggal lama di Rumah Sakit Gemelli.
“Saya berdoa untuk Anda, tolong doakan saya, terima kasih. Dan terima kasih atas pengabdian Anda di rumah sakit, sangat baik, lanjutkan,” katanya.
Paus tidak membiarkan penyakitnya menghalangi kunjungan rutinnya ke fasilitas penahanan pada Kamis Putih, 17 April. Saat bertemu dengan sekitar 70 narapidana di penjara Regina Coeli di Roma, Paus mengatakan bahwa, “Setiap tahun saya ingin melakukan apa yang Yesus lakukan pada Kamis Putih, yaitu membasuh kaki di dalam penjara.”
“Tahun ini saya tidak bisa melakukannya, tetapi saya bisa dan ingin dekat dengan kalian. Saya berdoa untuk kalian dan keluarga kalian,” katanya.
Saat meninggalkan penjara, mobil Paus berhenti di dekat sekelompok wartawan. Berbicara mengenai kunjungannya ke penjara, ia berkata: “Setiap kali saya memasuki pintu-pintu ini, saya bertanya pada diri sendiri, ‘Mengapa mereka dan bukan saya?'”
Pada hari Jumat Agung, ia tidak dapat bergabung dengan para peziarah di Colosseum, tetapi dalam renungannya, ia menyertakan pesan perpisahan kepada dunia:
Yesus datang untuk mengubah dunia dan, “bagi kita, itu berarti mengubah arah, melihat kebaikan jalan-Mu, membiarkan kenangan akan pandangan-Mu mengubah hati kita,” tulisnya dalam pengantar komentar dan doa.
“Kita hanya perlu mendengar undangannya: ‘Mari! Ikutlah Aku!'” Dan percayalah pada tatapan cinta itu,” dan dari sana “semuanya akan bersemi kembali,” tulisnya, dan tempat-tempat yang dikembalikan oleh konflik dapat bergerak menuju rekonsiliasi, dan “hati yang keras dapat berubah menjadi hati yang lembut.”
Paskah Terakhir
Dalam kondisi yang masih sakit, Paus Fransiskus muncul di balkon Basilika St. Petrus untuk menyampaikan pesan Urbi et Orbi kepada umat Katolik di seluruh dunia pada Minggu Paskah, 20 April 2025. Ia menyampaikan pesan kepada ‘kota dan dunia’ meskipun tubuhnya tampak lemah dan ia duduk di kursi roda, ia tetap menyapa umat dengan senyuman. Pesannya menekankan pentingnya perdamaian dan kebebasan beragama, serta mengutuk kekerasan di berbagai belahan dunia.
“Sudara-Saudari semua, Selamat Paskah,” ini adalah kata yang diucapkan Paus Fransiskus untuk terakhir kali.
Dalam pesannya yang terakhir, Paus Fransiskus mengecam banyaknya konflik yang melanda planet ini dan mengimbau para pemimpin dunia untuk tidak menyerah pada logika ketakutan. Ia menyampaiakan hal ini dalam pesan Paskahnya “urbi et orbi”, ‘kepada kota dan dunia’ pada hari Minggu, 20 April 2025.
Berkat tradisional Paus, “urbi et orbi,” dibacakan oleh Penanggungjawab Perayaan Liturgi Kepausan, Mgr. Diego Ravelli. Paus Fransisku, yang masih dalam masa pemulihan, hadir dengan keterbatasan fisik.
Paus Fransiskus tiba di loggia pusat Basilika Santo Petrus dengan kursi roda. Ia menyapa umat beriman dengan ucapan singkat, “Saudara dan Saudari, Selamat Paskah.” Ia lalu meminta Mgr. Ravelli untuk membacakan pesan atas namanya.
“Saya mengimbau kepada semua pihak yang memegang tanggung jawab politik di dunia kita untuk tidak menyerah pada logika ketakutan yang hanya akan menyebabkan isolasi dari orang lain, tetapi sebaliknya menggunakan sumber daya yang tersedia untuk membantu yang membutuhkan, untuk memerangi kelaparan, dan untuk mendorong inisiatif yang mempromosikan pembangunan,” demikian bunyi pesan tersebut.
Seminggu sebelumnya, Paus juga menyempatkan untuk sesaat mendatangi Basilika St. Petrus pada Minggu Palma. Tindakan ini ia lakukan meskipun kondisi kesehatannya.
Kesehatan yang Menurun
Sejak awal tahun 2025, Paus Fransiskus telah berjuang melawan pneumonia ganda yang memaksanya dirawat di rumah sakit selama 39 hari. Meskipun demikian, ia tetap melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin Gereja Katolik, termasuk merayakan Misa Paskah dan menyampaikan pesan-pesan penting kepada umat. Namun, kondisi kesehatannya yang semakin memburuk menunjukkan bahwa waktunya semakin dekat
Paus Fransiskus dilahirkan dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina. Ia menjadi Paus pada tahun 2013 dan dikenal karena pendekatannya yang inklusif, perhatian terhadap kaum miskin, serta upayanya untuk mereformasi Gereja Katolik. Selama masa kepemimpinannya, ia melakukan berbagai reformasi penting dan menjadi simbol perdamaian dan toleransi .
Wafatnya Paus Fransiskus menandai berakhirnya era kepemimpinan yang penuh dengan perubahan dan harapan. Meskipun ia telah tiada, ajarannya tentang kasih, perdamaian, dan keadilan sosial akan terus menginspirasi umat Katolik dan masyarakat dunia. Kehidupannya adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang mengutamakan pelayanan kepada sesama dan berani mengambil langkah-langkah besar demi kebaikan umat manusia.