VATIKAN, Pena Katolik – Vatikan baru-baru ini mengumumkan kanonisasi St. Bartolo Longo, pendiri Sanctuary of the Madonna of the Rosary of Pompei yang terkasih. Kepastian ini sebagaimana dikonfirmasi oleh Paus Fransiskus dari Rumah Sakit Gemelli, tempat ia saat ini sedang dalam masa pemulihan. Keputusan penting ini telah mengirimkan riak kegembiraan di antara umat beriman, khususnya mereka yang sangat menghargai warisan Longo.
Bartolo Longo adalah seorang Dominikan Awam, yang sebelumnya sempat menjai “imam setan. Ia dibeatifikasi pada tanggal 26 Oktober 1980, menjadi terkenal karena hubungannya yang sangat taat dengan Perawan Maria dan kontribusi sosialnya yang signifikan.
Selama masa jabatannya sebagai pendiri tempat suci tersebut, ia menarik ribuan jamaah setiap tahun. Kisahnya, salah satu kisah transformasi pribadi dan iman yang teguh, merupakan lambang kekuatan pengabdian.
Uskup Agung Pompei, Mgr. Tommaso Caputo berbicara dengan emosi yang tulus tentang keputusan tersebut.
“Sukacita itu bagi kita yang memiliki Santo baru, sosok yang patut dipandang dan ditiru untuk mencapai Surga juga.”
Kanonisasi Longo dipandang sebagai pengakuan tidak hanya atas hidupnya tetapi juga atas doa dan harapan banyak orang yang telah mencari perantaraannya selama masa-masa sulit.
Sebarkan Rosario
Longo lahir pada tanggal 10 Februari 1841, di Latiano, Italia, dan meninggal pada tanggal 5 Oktober 1926. Tahun-tahun awalnya ditandai dengan pergumulan, termasuk godaannya dengan spiritisme dan pergolakan pribadi. Momen penting terjadi di jalan-jalan Pompei ketika ia merasa terpanggil untuk menyebarkan devosi kepada Rosario.
“Jika Anda mencari keselamatan, sebarkan Rosario. Itu adalah janji Maria. Siapa pun yang menyebarkan Rosario akan diselamatkan!”
Wahyu seperti itu membangun komitmen seumur hidupnya untuk berdoa dan keadilan sosial. Setelah mengalami pengalaman transformatif, Longo mendedikasikan dirinya untuk upaya peningkatan derajat, yang berpuncak pada pendirian Suaka Pompei, yang diresmikan pada 7 Mei 1891.
Suaka ini tidak hanya menjadi bangunan keagamaan tetapi juga jantung kehidupan masyarakat, menjembatani kesenjangan antara iman dan tanggung jawab sosial. Ia bekerja tanpa lelah untuk meningkatkan kondisi kehidupan orang miskin, menyediakan kebutuhan bagi mereka yang kurang beruntung, dan mengubah daerah sekitar Pompei.
Keputusan Paus untuk kanonisasi mengikuti pertimbangan menyeluruh selama Sidang Biasa Kardinal dan Uskup di Dikasteri untuk Urusan Orang Kudus, yang menyoroti pengakuan yang semakin meningkat atas upaya individu dalam gereja untuk mempromosikan tokoh-tokoh penting seperti Longo. Refleksi Caputo menangkap sentimen universal dalam keuskupan, merayakan pengakuan baru dalam jaringan gereja yang lebih luas.
Yang perlu dicatat, pengumuman kanonisasi Longo terjadi tak lama setelah peristiwa penting yang merayakan hidupnya, seperti pemutaran film pendek baru-baru ini yang diselenggarakan oleh Universitas Populer Oria. Film ini bertujuan untuk membangkitkan kembali minat dan pengabdian di kalangan generasi saat ini, dengan menekankan relevansi pesan dan karya Longo. Film ini diputar di Gereja San Domenico, yang membangkitkan kegembiraan tentang santo yang terkasih ini.
Kontribusi Longo melampaui tempat suci itu sendiri, karena dampaknya pada amal sosial terus bergema. Visinya tertanam dalam kerangka kerja yang lebih luas dari pelayanan masyarakat dan penginjilan, menjadikan Pompei tidak hanya sebagai pusat doa tetapi juga untuk layanan dukungan sosial, yang mencerminkan komitmen gereja untuk tetap terhubung dengan realitas kehidupan modern.
Ketika merenungkan pentingnya kanonisasinya, banyak umat beriman melihatnya sebagai pengakuan sekaligus tantangan. Kehidupan Longo menunjukkan kekuatan iman yang transformatif, yang mendorong umat Katolik yang setia untuk meniru komitmennya terhadap pelayanan dan spiritualitas. Kanonisasinya menjadi bukti kasih abadi Tuhan bagi umat manusia dan narasi yang menarik tentang penebusan pribadi.
Selama masa perayaan ini, masyarakat di seluruh Italia dan sekitarnya terus menghormati warisan Longo, dengan berjanji untuk menyebarkan pesan inti tentang penyembuhan, iman, dan kasih sayang melalui Rosario. Kanonisasinya menanamkan harapan akan cinta dan kasih karunia yang abadi di tengah dilema kontemporer.
Kisah Longo bukan sekadar kisah penting dalam sejarah, tetapi juga mencerminkan sifat dinamis iman kontemporer. Kanonisasi ini menandai babak baru bagi para pengikut setia yang telah lama menantikan pengumuman ini, karena warisannya terus hidup melalui doa dan amal. (AES)