Rabu, Februari 12, 2025
26.5 C
Jakarta

Kisah Ketika Michaelangelo Dimarahi Paus Julius II, Karena Ketahuan “Bermalas-Malasan”

ROMA, Pena Katolik – Michelangelo Buonarroti, seorang jenius seni Renaisans, ditugaskan untuk melukis langit-langit Kapel Sistina di bawah kepausan Paus Julius II. Kita tahu pasti tentang hal itu. Namun, banyak hal yang kita ketahui tentang interaksi mereka berasal dari tradisi lisan. Tidak mengherankan, spekulasi mengenai dinamika mereka telah berkembang selama berabad-abad.

Paus Julius II (1503-1513) adalah seorang tokoh yang ambisius dan kompleks. Sejarah menganggapnya sebagai salah satu paus Renaisans yang paling cemerlang. Namun, rumor terus berlanjut bahwa pemilihannya entah bagaimana dicurangi. Pemerintahannya sangat berfokus pada perluasan Negara Kepausan. Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa metodenya cerdas secara politik dan dengan demikian tidak selalu “terlalu suci”.

Periode Renaisans, yang ditandai dengan perpaduan rumit antara nilai-nilai sekuler dan sakral, melihat para Paus sering kali tunduk pada agenda duniawi. Keterlibatan yang tak terkendali dengan urusan sekuler ini akhirnya berkontribusi pada perpecahan besar Reformasi Protestan. Apa yang diharapkan banyak orang sebagai reformasi pada akhirnya menyebabkan perpecahan dan keretakan, yang mengarah pada penyebaran sekte-sekte Protestan. Perpecahan ini terus berlanjut hingga saat ini.

Merenungkan Misteri

Di tengah latar belakang ketegangan agama dan politik ini, hubungan antara Michelangelo dan Paus Julius II terjadi. Sebuah cerita mengatakan, sebuah episode.

Setelah berjam-jam bekerja keras, Michelangelo ketahuan sedang beristirahat, ketika Paus mengunjungi Kapel Sistina. Paus marah karena mengira Michaelangelo bermalas-malasan. Paus Julius II pun bertanya, “Mengapa kamu duduk di sana? Kembali bekerja!”

Michelangelo, yang dikenal tidak hanya karena kecemerlangan artistiknya tetapi juga karena kecerdasannya, menjawab, “Saya tidak hanya duduk! Saya merenungkan misteri Tuhan!”

Apakah Paus percaya dengan penjelasan itu? Yang jelas, saat itu ia tidak dapat menahan tawa. Di balik semua kekejamannya, Julius II, ia mungkin menyadari bobot kata-kata Michelangelo. Bagaimanapun, inspirasi ilahi membutuhkan lebih dari sekadar kerja keras, butuh perenungan dan refleksi panjang untuk meraihnya.

Yang menambah kedalaman karakter Michelangelo adalah afiliasinya sebagai seorang Fransiskan awam tingkat ketiga. Ia memiliki sebuah komitmen yang mencerminkan spiritualitasnya yang mendalam dan penghormatannya terhadap ciptaan.

Pengaruh Fransiskan ini membentuk visi artistiknya, ada tujuan ilahi dalam karyanya. Iman Michelangelo menginformasikan karyanya, karena ia tidak hanya berusaha menggambarkan keindahan, tetapi juga mengomunikasikan kebenaran, yang lebih dalam tentang yang ilahi.

Meskipun kisah ini hanya cerita turun-temurun dan menjadi legenda, dan kemungkinan dibumbui dari waktu ke waktu. Michelangelo mendapat tekanan besar dari para penyumbang untuk renovasi dan lukisan langit-langitnya. Langit-langit Kapel Sistina, yang menampilkan karya-karya abadi. Lukisan ini menjadi warisan terbesar Renaisans, dan menjadikan Michaelangelo seniman terbesar zaman ini. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini