Uskup Agung Toronto, Kardinal Frank Leo OP adalah tokoh terkemuka di Gereja Katolik, yang dikenal khususnya atas perannya sebagai imam, teolog, dan pengkhotbah. Ia adalah imam keluarga Dominikan, yang dalam, ketelitian intelektual, dan hati yang penuh perhatian pada pastoral.
Perjalanan hidup Kardinal Leo mencerminkan warisan mendalam para Dominikan. Kehidupan pelayanannya memberikan contoh tentang bagaimana komitmen keagamaan, keterlibatan intelektual, dan pelayanan pastoral dapat selaras dalam pelayanan kepada Tuhan dan umat beriman.
Kehidupan dan Formasi
Kardinal Leo lahir di Kanada, 30 Juni 1971. Kanada sendiri adalah negara dengan warisan Katolik yang kaya dan masyarakat multikultural. Tumbuh dalam keluarga Katolik, Kardinal Leo tidak asing dengan iman. Selama masa remajanya, ia mulai merasakan panggilan untuk sesuatu yang lebih mendalam. Rasa panggilan ini akhirnya membawanya untuk menjadi calon imam Keuskupan Agung Montreal. Ia kemudian bergabung dalam Keluarga Dominikan pada 18 November 2007.
Pengangakatan Kardinal Leo, yang kini berusia 52 tahun, adalah salah satu dari beberapa pengangkatan penting yang dilakukan Paus Fransiskus tahun ini. Yang lainnya termasuk uskup agung diosesan Buenos Aires, Madrid, dan Brussels, dan prefek dikasteri (departemen) Vatikan untuk para uskup dan doktrin iman. Mereka adalah uskup yang memiliki visi yang sama dengan Fransiskus tentang gereja sinode dan kemungkinan akan memastikan visi tersebut berlanjut hingga kepausan berikutnya.
“Meskipun mengalami kesulitan menjadi imigran di negara baru dengan segala konsekuensinya, mereka berhasil. Mereka bekerja di bisnis ‘schmatta’, perdagangan jarum, impor dan ekspor tekstil, dan melakukan beberapa pekerjaan lokal. Mereka mengumpulkan uang, membeli rumah, dan membantu anak-anak mereka memperoleh pendidikan yang baik,” kata uskup agung tersebut.
Kardinal Leo menceritakan, ia merasakan panggilan untuk menjadi imam dan berkata ‘ya’ ketika saya berusia 15 tahun. Dua hal yang berkontribusi pada panggilannya karena ia terlibatan dalam komunitas paroki dan sebuah “momen kunci,” dalam “doa dan pendampingan.”
“Pada usia 15 tahun, panggilan saya menjadi jelas. Saya akan menemui pastor paroki dan berkata, ‘Saya ingin menjadi imam,” ujarnya.
Kardinal Leo mengenang, ketika ia menceritakan keinginan ini, ada sukacita yang mendalam muncul. Ia mengatakan, paroki memerankan fungsi “fundamental” dalam panggilannya.
“Saya memuji Tuhan karena saya tumbuh dalam komunitas paroki dan untuk semua pelayanan di paroki. Bagi saya, itu adalah kuncinya. Kadang-kadang hati saya sakit karena orang-orang yang masuk seminari sering kali tidak memiliki hubungan paroki, tidak tumbuh sebagai anak paroki.
Kardinal Leo mengatakan bahwa ia memiliki “penghargaan yang besar terhadap kehidupan religius. Ia mengingat ketika masih sebagai seorang remaja, ia harus memutuskan apakah akan melamar menjadi imam diosesan atau bergabung dengan sebuah ordo religius. Hal ini karena ia biasa membaca kehidupan para santo dan sering ingin bergabung dengan ordo religius tertentu.
Bergabung Dengan Dominikan
Kardinal Leo awalnya memang ditahbiskan menjadi imam Keuskupan Agung Montreal pada tahun 1996. Ia pernah belajar di Akademi Gerejawi Kepausan di Roma dari tahun 2006 hingga 2008 dan kemudian bergabung dengan dinas diplomatik Takhta Suci.
Pada tanggal 18 November 2007, ia menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Dominikus. Ia mengucapkan kaulnya pada tanggal 11 Mei 2008. Ia tertarik menjadi bagian dari Ordo Pewarta setelah membaca kehidupan sang pendiri St. Dominikus.
“Saya suka para Dominikan karena saya merasa mereka mirip dengan para Jesuit: campuran yang baik antara kontemplatif dan aktif,” katanya.
Kardinal Leo mengatakan, bahwa ia juga menyukai St. Thomas Aquinas. Ia juga terkesan oleh kesaksian St. Dominikus, seorang pria yang menjawab kebutuhan zaman dan oleh St. Katarina dari Siena, seorang anggota Ordo Ketiga St. Dominikus dari Italia, dan karyanya untuk “pembaruan dalam gereja.
“Iman dan akal budi, keduanya bukan musuh, keduanya bekerja sama.”
Kehidupan sebagai diplomat Vatikan
Kardinal Leo ditugaskan menjadi Nunsius Apostolik di Australia dari tahun 2008 hingga 2011. Ia juga menjalani misi studi Takhta Suci di Hong Kong selama tahun 2011 hingga 2012.
Pada tanggal 16 Juli 2022, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Uskup Tituler Tamada dan Uskup Auksilier Montreal. Ia menerima pentahbisan episkopalnya pada tanggal 12 September 2022. Pada tanggal 11 Februari 2023, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Uskup Agung Metropolitan Toronto. Pada tanggal 6 Oktober 2024, Paus Fransiskus mengumumkan bahwa ia akan mengangkat Leo sebagai kardinal pada tanggal 7 Desember 2024.
Meski menjadi anggota Ordo Pewarta, tetapi karena ia sering bepergian, ia tidak dapat menjadi bagian dari kelompok sebagaimana mestina. Ketika menjadi Uskup Agung Toronto, ia baru merasakan sepenuhnya menjadi bagian dari Ordo Pewarta.
“Saya telah dapat berhubungan kembali dengan para Dominikan, jadi saya berharap dapat bekerja sama dengan mereka.”
Salah satu aspek yang paling menonjol dari pelayanan Kardinal Leo adalah komitmennya sebagai bagian dari Ordo Pewarta. Bagi para Dominikan, mewarta bukan sekadar kegiatan; itu adalah inti dari identitas dan misi mereka. Kardinal Leo telah menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang karisma ini, dengan menggunakan karunia-karunianya sebagai seorang pengkhotbah untuk menginspirasi, menantang, dan mengangkat umat beriman.
Di zaman ketika banyak orang merasa terputus dari Gereja atau berjuang untuk memahami ajaran-ajarannya, Kardinal Leo telah menjadi jembatan antara kebenaran iman yang abadi dan berbagai masalah mendesak dalam kehidupan modern. Baik dalam membahas masalah moralitas, keadilan sosial, atau peran Gereja dalam masyarakat, ia secara konsisten mengarahkan orang-orang menuju hubungan yang lebih dalam dengan Kristus. (AES)