Senin, Desember 23, 2024
28.5 C
Jakarta

Gaza Menyambut Natal

GAZA, Pena Katolik – Menjelang Natal, Gereja Latin Keluarga Kudus di Gaza ramai dengan aktivitas.

“Di hari-hari yang gelap ini, kami ingin memberikan tanda harapan, khususnya bagi anak-anak kami. Itulah sebabnya, bersama anak-anak, kami menyiapkan adegan Kelahiran Yesus dan pohon Natal,” tulis Pastor Gabriel Romanelli, pastor Paroki Gaza, dalam unggahan Facebook baru-baru ini.

Dalam wawancara dengan CNA, Pastor Romanelli merenungkan tantangan unik dalam merayakan Natal di Gaza. Perayaan ini menjadi perpaduan antara rasa sakit dan kegembiraan, ketakutan dan harapan, serta kerinduan akan gencatan senjata yang kini tampaknya semakin dekat.

“Situasinya mengerikan. Secara manusiawi, ini adalah tempat kematian, di mana harapan tampaknya tidak memiliki tempat. Sebagian besar penduduk kekurangan segalanya: makanan, air, obat-obatan, listrik, tempat berteduh, tempat tidur, kursi, gelas, buku, buku catatan, tisu toilet, sabun… semuanya,” katanya.

Komunitas Kristiani kecil di Gaza, yang berjumlah sekitar 500 orang, tetap berlindung di Paroki Latin Keluarga Kudus. Meskipun sumber daya terbatas, sedikit yang tersedia adalah berkat dukungan berkelanjutan dari Patriarkat Latin Yerusalem, Ordo Malta, dan banyak dermawan.

“Ketika saya bertanya kepada anak-anak apa yang mereka inginkan untuk Natal, mereka menjawab ‘perdamaian,” kata Pastor Romanelli.

Seorang anak menghias Gereja Keluarga Kudus Gaza dengan pohon Natal. Dok Pastor Gabriel Romanelli

Meskipun mengalami kesulitan, komunitas Katolik Gaza berusaha untuk menjaga agar cahaya harapan tetap menyala. Pastor Romanelli mengakui masih ada begitu banyak kegelapan. Alih-alih mengutuk kegelapan, umat mencoba untuk memancarkan cahaya-cahaya Yesus Kristus dan Perawan Maria, yang, bersama dengan St. Joseph, berjalan di tanah ini 2.000 tahun yang lalu saat mereka melarikan diri ke Mesir.

“Atas nama Yesus, kami terus pergi ke tempat yang dalam — ‘duc in altum’ — dan menebarkan jala kami, sehingga rahmat-Nya dapat menjangkau semua orang,” ujar imam berkebangsaan Italia ini.

Setiap hari, di gereja paroki umat berkumpul untuk adorasi Ekaristi, berdoa rosario, merayakan Misa, dan menyediakan perawatan bagi anak-anak dan orang-orang cacat yang berlindung di gereja. Tahun ini,

Setiap hari, di gereja paroki umat berkumpul untuk adorasi Ekaristi, berdoa rosario, merayakan Misa, dan menyediakan perawatan bagi anak-anak dan orang-orang cacat yang berlindung di gereja. Tahun ini, Pastor Romanelli memastikan Gua Natal dipasang di gereja. Ia juga memastikan pohon Natal dipasang lagi.

“Yesus akan lahir di Gaza juga — dia akan datang ke altar dan ke dalam hati kita,” katanya.

“Anak-anak menghias pohon Natal gereja, meletakkan ornamen sambil memanjatkan doa untuk perdamaian. “Sangat mengharukan melihat sukacita yang memenuhi mereka!”

Pengeboman masih sering terdengar; terkadang seluruh bangunan berguncang, tetapi anak-anak tetap tenang. Pastor Romanelli telah melihat perubahan dalam perilaku mereka, lebih agresif, saat mereka menyaksikan perjuangan dan reaksi orang dewasa. Namun, Tuhan sangat penyayang: Dia mengizinkan anak-anak ini menjadi pribadi yang kuat.

“Ada harapan di dalam Tuhan. Tetapi tidak banyak dalam kemanusiaan. Kami berdoa agar Tuhan Yesus akan memberikan kita rahmat gencatan senjata — dan, yang terpenting, perdamaian abadi — pada Natal mendatang,” Kata Pastor Romanelli.

Seorang anak mengaku dosa di Gereja Keluarga Kudus Gaza. Dok Pastor Gabriel Romanelli

Perayaan Gereja Katolik tentang tema harapan juga akan dimulai dalam beberapa hari mendatang. Ada harapan dengan huruf kapital ‘H’, kebajikan teologis berupa harapan kepada Tuhan yang membuat setiap orang merindukan surga dan kehidupan kekal.

“Harapan ini memberi kita kepastian bahwa Tuhan akan menyediakan semua rahmat dan kekuatan yang kita butuhkan untuk menyucikan diri dari dosa dan menjalani kehidupan baru, yang diperbarui dalam roh. Masa penderitaan ini, di tengah perang, mengingatkan kita tentang apa yang benar-benar penting.”

Pastor Romanelli juga berbicara tentang “harapan dengan huruf kecil ‘h’”. Harapan yang “diharapkan” dari kehidupan dan orang lain. Harapan semacam ini harus dijalani dalam terang Tuhan. Di semua budaya, bangsa, agama, dan status sosial, ada orang baik.

“Ini lebih menantang karena seseorang mungkin berharap akan sesuatu yang tidak dapat dicapai dan jatuh dalam keputusasaan, atau menaruh kepercayaan pada orang yang tidak dapat membantu mencapai tujuan mereka, yang mengarah pada kekecewaan,” ujarnya. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini