Senin, November 25, 2024
33.4 C
Jakarta

Apakah Benar Yesus Menolak Disebut Raja dalam Alkitab? Ini Penjelasan Mendiang Paus Benediktus XVI

JAKARTA, Pena Katolik – Budaya Barat beranggapan bahwa semua raja adalah tiran, berdasarkan pengalaman raja-raja manusia yang menyalahgunakan kekuasaan mereka. Lalu bagaimana harus dipahami, ketika gelar “raja” ini disematkan pada Yesus?

Ketika Yesus disebut sebagai “raja,” gambaran yang sama dapat muncul ke permukaan, memunculkan gagasan bahwa Yesus adalah raja dalam pengertian duniawi. Namun, Yesus sendiri menolak pemaknaan ini, dengan ini raja-raja duniawi.

Bukan raja duniawi

Paus Benediktus XVI menjadi salah satu yang mengungkap “penolakan” ini. Salah satu teologi terbesar Gereja ini mengemukakan dalam pesan Angelus yang disampaikannya pada tahun 2008. “Hari ini, Minggu terakhir tahun liturgi, kita merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus, Raja Semesta Alam. Kita tahu dari Injil bahwa Yesus menolak gelar raja ketika itu dimaksudkan dalam pengertian politik, menurut ‘para penguasa bangsa-bangsa lain’ (Matius 20:25). Yesus tidak ingin dikelompokkan dengan semua raja tiran di masa lalu atau masa depan, raja-raja yang hanya menjadi raja untuk keuntungan politik.”

Namun di saat yang sama, Yesus tidak menolak gelar “raja”. Ia hanya mendefinisikan kerajaan-Nya secara berbeda dari yang lain. Paus Benediktus XVI menjelaskan pandangan alternatif tentang kerajaan ini:

“Di sisi lain, selama Sengsara-Nya, Ia menjelaskan sebuah kerajaan yang unik di hadapan Pilatus, yang secara eksplisit bertanya kepadanya, ‘Jadi, Engkau adalah seorang raja?’ dan Yesus menjawab, ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah seorang raja’ (Yoh 18:37); namun sebelumnya Ia telah menyatakan, ‘Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini’ (Yoh 18:36).”

Kerajaan Kristus sebenarnya adalah sebuah pewahyuan dan pelaksanaan dari Kerajaan Allah Bapa, yang memerintah segala sesuatu dengan kasih dan keadilan. Bapa mempercayakan kepada Putra misi untuk memberikan kehidupan kekal kepada umat manusia dengan mengasihinya sampai pada titik pengorbanan tertinggi dan, pada saat yang sama, menganugerahkan kepada-Nya kuasa untuk menghakimi umat manusia, karena Ia menjadikan diri-Nya Anak Manusia, sama seperti kita dalam segala hal (lih. Yoh 5: 21-22, 26-27).

Yesus di atas segalanya adalah raja di hati setiap orang. Ia bukanlah raja yang suka menuntut, tetapi raja yang mengasihi dan memanggil setiap orang untuk menjalani gaya hidup yang bajik, sebagaimana ditulis Paus Benediktus XVI:

“Kerajaan Allah bukanlah masalah kehormatan dan penampilan, tetapi, sebagaimana ditulis St. Paulus, adalah ‘kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam Roh Kudus’ (Rm 14: 17).” (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini