LABUAN BAJO, Pena Katolik – Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus ditahbiskan di Gereja Katolik Santo Petrus Sernaru Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat 1 November 2024. Dengan penahbisan ini, ia menjadi uskup pertama di keuskupan termuda di Indonesia itu.
Misa Tahbisan Uskup ini dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo. Ia didampingi Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden SVD dan Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat.
Dalam sambutannya, Mgr. Maksimus mengatakan, berdirinya Keuskupan Labuan Bajo adalah anugerah tepat waktu bagi gereja Katolik dan wilayah tersebut.
“Ini menjadi pintu gerbang dunia yang memadukan budaya, imam, dan beragam masyarakat dalam satu persimpangan spiritual,” katanya.
Ia berharap, kehadiran Keuskupan Labuan Bajo, akan menjawab kebutuhan pastoral, menjawab persekutuan umat, serta menjadi mercusuar harapan bagi semua yang datang.
Ketua Wali Gereja Indonesia, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC dalam homilinya menekankan tentang hidup kudus yang tidak hanya sebatas pada doa. Kudus dimaksud harus diwujudnyatakan dalam keseharian umat beriman.
“Ciri khas kekudusan adalah tergerak hatinya oleh bela rasa,” kata Mgr. Anton.
Mgr. Anton mengatakan, belarasa itu tidak hanya berhenti pada ungkapan rasa kasihan. Bela rasa diwujudkan dalam tindakan kepada mereka yang membutuhkan, seperti orang lapar, orang haus, orang yang tertindas, orang asing, dan orang di penjara.
Perjalanan Keuskupan Labuan Bajo dimaknai oleh Uskup Maksimus sebagai perjalanan cinta Tuhan. Pembentukan Keuskupan Labuan Bajo sebagai ekspresi cinta Tuhan bagi umat manusia.
“Hati dan kasih Tuhan itulah yang ingin dihadirkan oleh MGR Maksimus Regus,” ucap Mgr. Anton.
Keuskupan Baru
Paus Fransiskus mendirikan Keuskupan Labuan Bajo yang diumumkan di Vatikan pada 21 Juni 2024. Sebelumnya, Labuan Bajo menjadi bagian dari Keuskupan Ruteng.
Paus Fransiskus kemudian menunjuk Maksimus Regus sebagai uskup pertama di Keuskupan Labuan Bajo. Maksimus sebelumnya menjabat Rektor Universitas Katolik Santo Paulus Ruteng, Manggarai. Keuskupan Labuan Bajo merupakan keuskupan yang ke-38 di Indonesia.
Maksimus lahir di Todo pada 23 September 1973. Ia ditahbiskan menjadi imam pada 10 Agustus 2001. Latar belakang pendidikannya, antara lain, ialah studi filsafat dan teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Flores.
Ia melanjutkan studi strata dua bidang sosiologi di Universitas Indonesia dan lulus tahun 2009. Ia kemudian melanjutkan pendidikan doktoral bidang sosiologi di Graduate School of Huminities Universitas Katolik Tilburg, Belanda, hingga lulus pada 2017.
Destinasi super prioritas
Labuan Bajo kini dikenal karena menjadi destinasi wisata prioritas nasional. Dengan ini, tantangan ke depan dihadapi keuskupan ini.
Gereja Katolik diharapkan berani untuk tampil membela yang tersingkirkan, terbuang, dan yang kelaparan akibat pembangunan pariwisata Labuan Bajo. Status super prioritas ternyata belum banyak dinikmati kebanyakan masyarakat akar rumput.
Gereja Katolik selama ini terkesan pasif ketika ada perusakan alam, pembabatan mangrove, rencana pengusiran warga kepulauan, serta adanya regulasi yang dirancang untuk kepentingan kaum pemodal. Selain itu, perampasan lahan ulayat masyarakat adat, penggusuran sawah, ladang, sumber ekonomi, bahkan rumah warga demi proyek strategis nasional.
Ini menjadi tantangan uskup baru, bela rasa itu tidak hanya berhenti pada ungkapan rasa kasihan. Bela rasa diwujudkan dalam tindakan kepada mereka yang membutuhkan, seperti orang lapar, orang haus, orang yang tertindas, orang asing, dan orang di penjara.