JAKARTA, Pena Katolik – Sekretaris Jenderal Caritas Internationalis, Alistair Dutton menjelaskan bagaimana posisi Caritas dalam Gereja saat berjumpa dengan para Anggota Pengurus Yayasan Karina KWI di Wisma Kemiri, Jakarta Pusat, 24 Oktober 2024. Ia mengatakan, tidak ada Caritas tanpa Gereja, tidak ada Gereja tanpa Caritas. Ungkapan ini menjelaskan ikatan antara gerakan Caritas di seluruh dunia dengan Gereja Katolik.
“Kita adalah bagian dari Gereja, tidak ada Caritas tanpa Gereja, tidak ada Gereja tanpa Caritas,” ujarnya.
Dalam menjalankan setiap karyanya, Caritas perlu melihat teladan hidup Kristus. Caritas harus menjadi Kabar Baik bagi masyarakat. Seperti Yesus, membawa yang miskin sebagai inti pusat hidup kerasulannya.
Selanjutnya, Alistair juga menjelaskan terkait dengan Fraternal Cooperation dan Modus Operandinya dalam Gerakan Caritas Internationalis.
“Fraternal Cooperation berarti kita bisa bekerja bersama, seperti saudara saling memahami. Begitu cara bekerja sama harus dilakukan,” ujar Alistair.
Untuk itu, penting untuk mencermati ensiklik ketiga Paus Fransiskus, Fratelli Tutti, yang menjadi dasar “kerja sama dalam persaudaraan” ini.
Alistair mengingatkan, pentingnya “hadir” di tengah Gereja lokal (keuskupan) dalam menjalankan karya. Bagian ini, ia memberi penekanan pada kehadiran Caritas Internationalis Member Organizations (CIMOs) di Indonesia, anggota Caritas dari negara lain, tidak bisa tidak, kehadiran mereka di suatu negara, dan ketika memulai karya, perlu bergandengan tangan dengan Caritas Nasional dan Caritas keuskupan.
“Caritas adalah lokal. Ini adalah DNA kita. Caritas dimulai dari Paroki dan Keuskupan. Ini adalah identitas Caritas di setiap negara,” ujarnya.
Pada bagian ini diamini oleh Romo Fredy, ia mengatakan, penting untuk berpijak dalam semangat fraternal cooperation ini. Dengan ini, kehadiran CIMOs dengan sendirinya akan menjadi bagian dari gerak karya Gereja dan juga Caritas.
“Modus operandi dalam kerjasama persaudaraan mendefinisikan dan memastikan Caritas bekerja melayani dengan menghargai struktur Gereja,” ujarnya.
Sebagai tanggapan atas hal ini, perwakilan dari CIMOs berharap dapat semakin mendalami tema-tema Ajaran Sosial Gereja (ASG). Mereka berharap, Caritas Indonesia dapat menganimasi hal ini, sehingga kerja sama antara Caritas Indonesia dan CIMOs dapat berjalan dengan semangat dasar yang sama.
Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF yang juga hadir pada kesempatan ini berharap, adanya koordinasi yang baik dalam karya Caritas di Indonesia. Karya ini diharapkan lebih menyapa Gereja-Gereja lokal. Ia mengingatkan, penting untuk mengenal Gereja lokal ketika akan memulai dan menjalankan karya.
“Terima kasih untuk sharing, semoga menyatukan dan mendukung untuk perjalan keluarga Caritas”, tutup Mgr. Harjosusanto.
Sementara itu, Mgr. Sudarso mengatakan, kehadiran Alistair di Indonesia menjadi momen penuh rahmat di mana Caritas Indonesia mendapat masukan dari CI dan juga CIMOs yang selama ini hadir di Indonesia dan bekerja bersama. (AES)