JAKARTA, Pena Katolik – Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia dan beberapa negara Asia dan Oseania 2-13 September 2024 adalah yang terpanjang, terjauh dan paling menantang selama masa kepausan Fransiskus.
Paus Fransiskus akan menempuh jarak 32.814 kilometer (20.390 mil) melalui udara selama kunjungannya pada tanggal 2-13 September ke Indonesia, Papua Nugini, Timor Timur dan Singapura. Jarak dan waktu ini jauh melampaui 44 perjalanan luar negeri sebelumnya. Perjalanan ini akan tercatat sebagai salah satu perjalanan kepausan terpanjang yang pernah ada, baik dari segi hari perjalanan maupun jarak yang ditempuh.
Ini bukanlah prestasi kecil bagi seorang Paus yang berulang tahun ke-88 pada bulan Desember tahun ini. apalagi mengingat kondisi kesehatan Paus Fransiskus yang harus menggunakan kursi roda untuk aktivitas hariannya.
Ia juga kehilangan sebagian paru-parunya karena infeksi pernafasan saat masih muda. Paus pernah membatalkan perjalanan luar negeri terakhirnya pada menit-menit terakhir ke Dubai pada bulan November tahun lalu.
Untuk lawatan ke Indonesia, Paus Fransiskus tetap melanjutkan perjalanan ini, yang awalnya direncanakan pada tahun 2020 tetapi ditunda karena COVID-19. Untuk perjalanan ini, ia membawa serta tim medisnya yang terdiri dari seorang dokter dan dua perawat dan melakukan tindakan pencegahan kesehatan seperti biasa di lapangan.
Mendelegasikan Tugas
Mengingat perjalanan jauh ini, Paus membawa serta sekretaris pribadinya ke dalam delegasi tradisional Vatikan yang terdiri dari para kardinal, uskup, dan tim keamanan.
Perjalanan jauh ini mengingatkan kita pada perjalanan keliling dunia St. Yohanes Paulus II, yang mengunjungi keempat tujuan tersebut selama seperempat abad masa kepausannya. Saat itu, St. Yohanes Paulus II mengunjungi Timor Timur yang masih merupakan bagian Indonesia yang diduduki pada saat perjalanan bersejarahnya pada tahun 1989.
Dengan menelusuri kembali langkah St. Yohanes Paulus II, Paus Fransiskus memperkuat pentingnya Asia bagi Gereja Katolik. Ia menekankan bahwa wilayah yang kompleks ini juga mewujudkan beberapa prioritas utamanya sebagai Paus – penekanan pada dialog antaragama dan antarbudaya, kepedulian terhadap lingkungan dan penekanan pada komponen spiritual dalam pembangunan ekonomi. (AES)