Jumat, September 20, 2024
26.7 C
Jakarta
spot_img

Menjelang Kunjungan Paus Fransiskus, Biarawan Fransiskan Menginisiasi Deklarasi Komitmen Peduli Persoalan Ekologi di Pura Rawamangun

JAKARTA, Pena Katolik – Menjelang kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada awal 3-6 September 2024, para tokoh perwakilan agama-agama dan aliran kepercayaan di Indonesia mendeklarasikan komitmen bersama untuk menjaga “bumi sebagai rumah kita bersama” di Pura Aditya Rawamangan, Jakarta pada 14 Agustus 2024. Deklarasi ini diinisasi para biarawan Ordo Saudara Dina (Ordo Fratrum Minorum/OFM).

Para tokoh ini mewakili Katolik, Protestan, Islam, Hindu, Buddha, Khonghucu, dan aliran kepercayaan Baha’I. Mereka mendeklarasikan komitmen ini dalam sebuah dialog lintas iman bertema “Kemanusiaan dan Ekologi” yang diinsiasi Fransiskan.

Pertemuan ini menghadirkan Minister General OFM, Pater Massimo Fusarelli, OFM. Ia  menegaskan spirit yang mengedepankan dialog lintas iman dalam rangka merespon krisis ekologi saat ini. Pater Massimo menyinggung semangat Paus Fransiskus yang memiliki perhatian khusus pada krisis ekologi.

Paus Fransiskus membawa semangat tersebut saat mengeluarkan ensiklik Laudato Si dan Fratelli tutti. Kedua dokumen ini bicara soal krisis ekologi dan dialog antaragama.

“Semangatnya adalah komitmen merawat bumi sebagai rumah bersama dengan mewujudkan gaya hidup hemat dan menghormati kesucian atau kesakralan alam,” kata Pater Massimo.

Para tokoh agama ini juga menegaskan komitmen mereka “mengejawantahkan cara hidup yang didasarkan pada semangat persaudaraan di tengah keberagaman, menghormati, dan menjunjung tinggi martabat pribadi manusia.

Para tokoh agama lain yang mendeklarasikan komitmen ini antara lain: Matias Filemon Hadiputro (Pendeta Gereja Kristen Jawa); Nissa Wargadipura (perempuan Muslim dan pimpinan Pesantren Ekologi Ath-Thaariq); Budhy Munawar-Rachman (Tokoh Muslim); Atthadhiro Thera (Budha Sangha Theravada Indonesia); JM I Wayan Gelgel (Perwakilan Hindu Pinandita Sanggraha Nusantara); Budi S. Tanuwibowo (Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia); dan Nasrin Astani (aktivis dialog lintas agama aliran kepercayaan Baha’i).

Budhy memberi catatan tentang pentingnya peran agama-agama, yang pada prinsipnya memiliki ajaran untuk mendorong konservasi lingkungan dan aksi iklim.  Ia mengatakan, Islam misalnya, ada konsep khalifah bahwa manusia adalah penjaga bumi. Ini sejalan dengan ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus yang menekankan tanggung jawab kolektif untuk merawat bumi sebagai rumah bersama.

“Kita di Indonesia belum terlalu menganggap ini masalah, belum banyak orang yang membicarakan krisis iklim di rumah ibadah dan perhatian dari tokoh agama juga sangat sedikit, sehingga masyarakat tidak anggap ini sebagai masalah serius,” kata dosen di STF Driyarkara ini.

Ditambahkan oleh Yohanes Kristoforus Tara, dari divisi advokasi Komisi Justice, Peace and Integrity of Creation [JPIC] Fransiskan bahwa komitmen pada ekologi dan kemanusiaan adalah panggilan universal semua umat beragama.

“Dengan komitmen bersama ini, kami memperkuat kembali energi untuk berjuang dan kini bersama lembaga-lembaga agama lainnyaa,” katanya. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini