Sekretaris Jenderal Liga Arab menyambut baik “pengakuan Vatikan atas negara Palestina.” Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Liga Arab tanggal 19 Mei 2015, Nabil Elaraby menyatakan perasaan ini bersama dengan harapannya agar negara-negara dan pemerintah-pemerintah lain segera mengikuti contoh Vatikan dalam mengakui negara Palestina.
Laporan Fides News Agency itu dikutip oleh Zenit.org dari Kota Vatikan, 20 Mei 2015. Dijelaskan bahwa Liga Arab, sebuah organisasi internasional yang berbasis di Kairo, adalah entitas nasional yang kata-katanya akan secara eksplisit disebutkan dalam Perjanjian global antara Takhta Suci dan Palestina dalam proses yang akan ditandatangani dalam waktu dekat.
Menurut website-nya, Liga Arab adalah sebuah organisasi yang terdiri dari Negara-Negara Arab independen di wilayah utara dan timur laut Afrika dan Asia barat daya. Liga itu dimulai bulan Maret 1945 ketika enam negara anggota, Mesir, Irak, Yordania, Lebanon, Suriah dan Arab Saudi, menandatangani perjanjian di Kairo untuk membentuk Liga itu.
Sejak itu, liga itu memiliki 21 anggota, termasuk Palestina, Mesir, Irak, Libya, dan Arab Saudi. Tujuan organisasi itu adalah menjaga kepentingan ekonomi, politik, budaya, nasional dan agama dari anggota-anggotanya. Sejak itu pula liga itu aktif membantu pertubuhan ekonomi dan budaya dunia Arab. Liga itu telah menemukan solusi penyelesaian konflik-konflik baik di dalam liga serta eksternal.
Pemimpin dari liga itu menyatakan keyakinan bahwa langkah yang diumumkan akan membantu meningkatkan hak-hak yang sah dari rakyat Palestina, mulai dari hak memiliki negara merdeka “dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.”
Media-media resmi dari Patriarkat Latin dari Yerusalem juga mengingatkan bahwa sejak November 2012, menyusul pemungutan suara yang mendukung Palestina menjadi “negara pengamat bukan anggota PBB,” Vatikan menggunakan frase “Negara Palestina” dalam semua dokumen resmi, atau di berbagai komunikasi di negara itu, seperti dalam program resmi kunjungan Paus Fransiskus di Tanah Suci, bulan Mei 2014.
Setelah pemungutan suara PBB itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah melakukan perjalanan dua kali ke Vatikan. Setiap kali kunjungan itu, Mahmoud Abbas diterima dan disebut secara resmi “Presiden Negara Palestina.”
Dengan gelar yang sama, presiden itu diterima oleh Paus Fransiskus di Vatikan pada hari Sabtu, 16 Mei 2015, sebelum menghadiri kanonisasi dua orang kudus Palestina, Mariam Baouardy dan Marie-Alphonsine Ghattas, di Lapangan Santo Petrus pada hari berikutnya. (paul c pati berdasarkan Zenit.org)
Keterangan foto dari atas: Paus Fransiskus bersama Presiden Palestina, Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil Elaraby (foto AP), dan Paus Fransiskus saat datang berdoa di tembok yang memisahkan Israel dan Tepi Barat.