Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya Pastor Matheus Djoko Setya Prakosa Pr memberi penghargaan terhadap kegiatan ekspo panggilan yang dilakukan sekolah di akhir bulan yang lalu dan berharap anak-anak sekolah mulai mencintai Gereja.
“Saya appreciate karena ini inisiatif dari sekolah. Iya kan? Dan sekolah Katolik mencoba memberi tempat sebagaimana juga diajak oleh Gereja sendiri kan. Lalu, ya bagi saya positif,” kata Pastor Djoko seraya berharap agar anak-anak mulai mencintai Gereja-Nya. “Kalau bisa mencintai Gereja itu, lalu siapa tahu mereka tersapa untuk jadi bagian dari Gereja dengan menjadi biarawan-biarawati,” kata imam itu.
Pastor Djoko berbicara menanggapi upaya yayasan pendidikan yang menyelenggarakan ekspo panggilan hidup bakti di Yayasan Panti Asuhan Katolik (YPAK) Semarang, 30 April 2015. “Jadi sekolah ini bukan hanya bicara soal belajar, kesan saya, tapi juga mau berjalan seiring dengan Gereja. Keprihatinan dan kegembiraan Gereja itu coba ditangkap oleh sekolah ini,” kata imam itu.
Ekspo Panggilan yang diawali Misa Panggilan itu melibatkan beberapa tarekat atau kongregasi yang mendirikan stan-stand. Siswa-siswi Katolik yang bersekolah di bawah YPAK lalu mengunjungi stan-stan itu untuk menggali informasi secara langsung dari para imam, suster maupun bruder yang berada di situ.
F Sulis Irianto yang menjadi ketua panitia Misa dan Ekspo Panggilan itu mengatakan bahwa tujuan diadakannya kegiatan itu untuk memperkenalkan ordo, kongregasi, tarekat, biara sebagai tempat pendidikan calon imam atau biarawan-biarawati.
Tujuan lain “untuk memberi ruang dan waktu kepada ordo, kongregasi, tarekat, untuk menebarkan benih-benih panggilan Tuhan kepada anak-anak yang beragama Katolik, dan untuk memotivasi dan mengajak para siswa yang beragama Katolik untuk peka terhadap panggilan Tuhan,” kata Sulis yang berharap anak-anak itu pada saatnya menanggapi panggilan Tuhan dan menjadi pekerja ladang Tuhan.
Dalam homili Misa Panggilan, Pastor Yohanes Iswahyudi Pr dari Paroki Santo Athanasius Agung Semarang menegaskan bahwa dirinya serta “Anda semua dipanggil untuk menjadi penunjuk jalan, penunjuk arah, agar orang-orang sampai pada keselamatan itu, karena hanya di dalam Kristus, satu-satunya keselamatan yang tidak bermuka dua, hanya keselamatan, hanya hidup, bukan neraka, bukan kejahatan.”
Dunia saat ini, tegas Pastor Iswahyudi, diliputi situasi yang berlomba-lomba menawarkan keburukan, bahkan ada pihak-pihak yang tidak lagi peduli terhadap kebaikan, tidak peduli lagi terhadap keselamatan dan juga tidak peduli lagi terhadap hidup.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat, lanjut imam itu, menjadi seperti pisau bermata dua, bisa untuk hal-hal positif maupun hal-hal negatif. “Banyak teknologi membuat saya, Anda semua nyaman. Banyak ajaran kebaikan. Banyak perkembangan dunia membuat saya, Anda semua bisa mengalami hidup menjadi lebih hidup. Tetapi semuanya itu juga menjadi pisau bermata dua. Teknologi membuat saya, Anda, nyaman, teknologi membuat saya, Anda, merasa hidup ini menggairahkan sekaligus menawarkan bencana bagi kita,” kata imam itu.
Dalam hal inilah, “para biarawan-biarawati, pastor, bruder dan suster, dipanggil untuk menawarkan Kristus, sumber keselamatan dan kehidupan,” kata Pastor Iswahyudi. (Lukas Awi Tristanto)