Jumat, November 22, 2024
29.4 C
Jakarta

Hari di Mana Gereja Hampir “Terbunuh”, Mengingat Upaya Pembunuhan Paus Yohanes Paulus II

Paus Yohanes Paulus II, beberapa saat setelah dia ditembak dua kali oleh Mehmet Ali Ağca. Vatican News

ROMA, Pena Katolik – Paus Yohanes Paulus II ditembak dan hampir terbunuh pada 43 tahun lalu pada 13 Mei 1981. Peristiwa itu terjadi pada Audiensi Umum hari Rabu, yang telah menjadi rutinitas paus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Saat itu, Paus ditembak oleh pria bersenjata berkebangsaan Turki, Mehmet Ali Ağca.

Pada hari itu, Ali Agca total melepaskan empat tembakan. Dua peluru mengenai Paus Yohanes Paulus II di perut dan tangan kiri, dan Paus langsung pingsan. Dua peluru lain mengenai seorang wanita Amerika berusia 60 tahun, Ann Odre dan seorang wanita Jamaika berusia 21 tahun, Rose Hill. Keduanya terluka.

Pesan Damai

Paus dilarikan ke Rumah Sakit Gemelli di Roma, menjalani operasi selama lima jam untuk menyelamatkan nyawanya. Setelah kejadian itu, Paus berangsur pulih. Namun, aksi Ali Ağca mengejutkan dunia, untuk pertama kali, duni berbicara tentang aksi terorisme.

Keheranan semakin dalam karena peristiwa itu terjadi di Vatikan, tempat yang seharusnya menjadi tempat yang damai. Hal ini karena Vatikan dan tentu saja Paus tidak sedang bertikai dengan negara manapun. Di mana Vatikan dikenal sebagai satu entitas negara yang bersahabat dengan semua negara di dunia.

“Untuk pertama kalinya ada pembicaraan mengenai terorisme bahkan di Vatikan,” kata reporter Radio Vatikan, Benedetto Nardacci. “Kita berbicara tentang terorisme di tempat di mana pesan cinta selalu disampaikan, pesan harmoni dan pesan perdamaian digaungkan,” ujar Nardacci dalam laporannya.

Namun, peluru Ali Ağca atau apabila benar bahwa ada actor besar ada di belakangnya, gagal mengoyak “perdamaian dan cinta” itu. Pesan cinta dan perdamaian it uterus bergaung, bahkan hingga ke kamar rumah sakit Paus, selama masa pemulihannya.

Tidak lama, hanya empat hari setelah upaya pembunuhan itu, dari ranjang rumah sakitnya, Paus Yohanes Paulus II memaafkan “saudara yang memukul saya.” Ia memaafkan Ali Ağca, seseorang yang hamper merenggut nyawanya.

Paus Yohanes Paulus II keluar dari Rumah Sakit Gemelli pada Agustus 1981 setelah tiga bulan setelah ia menjalani perawatan. Selama masa ini pula, Gereja di seluruh dunia menanti dalam kecemasan. Tentu, ada kekhawatiran bahwa Paus akan gagal melalui masa ini. Namun, ia dengan penuh cinta kasih sembuh, bahkan memaafkan orang yang berusaha membunuhnya.

Setelah keluar dari rumah sakit, Vatikan mengadopsi protokol keamanan baru untuk melindungi paus dengan lebih baik. Di antara reformasi ini termasuk “popemobile,” sebuah kendaraan tertutup kaca antipeluru yang menjadi kendaraan Paus di setiap audiensi di tengah kerumunan orang.

Paus Yohanes Paulus II berbicara dengan calon pembunuhnya, Mehmet Ali Ağca, di Penjara Rebibbia, Roma. Vatican News

Pembunuh menjadi Sahabat

Terjadi di tengah kerumunan, semua orang melihat siapa yang menembak Paus. Ali Ağca segera ditangkap. Ali Ağca dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di penjara Italia.

Pada 27 Agustus 1983, Paus Yohanes Paulus II bertemu Ali Agca dan memaafkannya secara langsung. Pada kesempatan itu, Paus memegang tangan Ali Ağca dan keduanya berpelukan.

“Kami bertemu sebagai sesama manusia dan sebagai saudara,” kata Paus Yohanes Paulus II usai pertemuan.

“Karena kita semua bersaudara. Semua peristiwa dalam hidup kita harus menegaskan persaudaraan yang berasal dari fakta bahwa Tuhan adalah Bapa kita,” ujarnya.

Hingga kini, motif Ali Ağca melakukan penembakan masih belum jelas. Rasanya fakta ini tertutup rapat di benak Ali Ağca, dalam hati Paus Yohanes Paulus II, dan dalam arsip Vatikan yang entah sampai kapan akan menjadi rahasia.

Pada hari percobaan pembunuhan tersebut, Ali Ağca mempunyai catatan tulisan tangan di sakunya yang berbunyi, “Saya membunuh Paus sebagai protes terhadap imperialisme Uni Soviet dan Amerika Serikat serta terhadap genosida yang sedang dilakukan di El Salvador dan Afghanistan,” demikian dilaporkan History Channel.

Namun, laporan Associated Press kemudian menyampaikan fakta baru. Ali Ağca dituduh sebagai komplotan KGB.

Namun, meski ada fakta ini, pada bulan Juni 2000, pemerintah Italia secara resmi mengampuni Ali Agca atas permintaan Paus Yohanes Paulus II. Ali Ağca kemudian diekstradisi ke Turki, di mana dia dipenjara karena pembunuhan seorang editor surat kabar pada tahun 1979. Ali Ağca dibebaskan dari penjara Turki pada tahun 2010.

Demi alasan keamanan, Paus Yohanes Paulus II kemudian menggunakan mobil anti peluru dalam setiap audiensi di tengah erumunan orang. Vatican News

Berkat Bunda Maria

Yohanes Paulus II berterima kasih kepada Perawan Maria karena menyelamatkan nyawanya, ketika ia ditembak pada Pesta Bunda Maria dari Fatima. Paus mengunjungi Tempat Suci Fatima di Fatima, Portugal, pada peringatan pertama penembakan itu. Tempat di mana tiga gembala kecil melihat penampakan Maria lebih dari seabad lalu.

Saat itu, Paus Yohanes Paulus II berterima kasih kepada Bunda Maria karena telah menyelamatkan nyawanya. Ia mempersembahkan peluru yang hampir membunuhnya sebagai tanda terima kasih. Peluru itu kemudian dilas pada mahkota yang menghiasi patung di ruang kosong di bawah delapan lengkungan mahkota.

“Peluru itu menemukan titik yang tepat di ruang kosong yang tersisa pada tahun 1942 pada penyatuan delapan batang yang membentuk mahkota Ratu,” kata lapodan dalam History Channel.

Setelah upaya pembunuhan itu, Yohanes Paulus II masih menjabat hampir 24 tahun lagi sebagai Paus, sebelum meninggal karena komplikasi terkait flu pada 2 April 2005.

Paus Yohanes Paulus II kemudian dikanonisasi, oleh Paus Fransiskus, bersama pendahulunya Paus Yohanes XIII, pada 27 April 2014. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini