Senin, Desember 23, 2024
31.5 C
Jakarta

Kaul Kekal Suster Montessori Pertama di Dunia, Pendidik Montessori Terikat Erat dengan Iman Katolik

210224 – Suster Chiara Thérèse setelah pengikraran kaul kekal dan Suster Novis, Suster Lucia Rose sesaat penerimaan jubah kebiaraan. Aleteia

NORTH DAKOTA, Pena Katolik – Pada tahun 1950, pendidik terkenal dunia, Maria Montessori, menulis tentang mimpinya. Suatu hari nanti, sebuah komunitas religius akan dibentuk, untuk melaksanakan ajaran dan nilai spiritual yang ia hidupi. Hanya butuh waktu 74 tahun, impian ini terwujud. Komunitas keagamaan pertama di dunia yang kharisma utamanya adalah Pendidikan Montessori Katolik didirikan di Bismarck, Dakota Utara, Amerika Serikat.

Komunitas ini masih baru, didirikan sekitar tiga tahun yang lalu. Meski saat ini, komunitas itu hanyalah sebuah perkumpulan umat kristiani,namun suatu hari berkeinginan menjadi sebuah ordo religius. Saat ini ada dua anggota komunitas ini, Suster Chiara Thérèse dan Seorang Suster Novis, Suster Lucia Rose.

Suster Chiara mengucapkan kaul kekal dan Sr. Lucia Rose menerima pakaian kebiaraan dalam Misa pada 6 Januari 2024. Misa ini merupakan peristiwa bersejarah bagi pendidikan Katolik, kehidupan beragama Katolik, dan model pendidikan Montessori.

Inspirasi Pendirian

Sr. Chiara mengatakan, inspirasi berdirinya komunitas keagamaan baru ini adalah Roh Kudus. Ia mengatakan, kapanpun ada kebutuhan yang muncul dalam umat manusia, Tuhan sering kali membentuk komunitas agama baru, untuk menjawab kebutuhan ini.

Komunitas Suster Montessori secara kanonik didirikan pada tanggal 1 Oktober 2020, di Keuskupan Bismarck, Dakota Utara. Saat ini, status komunitas ini adalah sebagai Asosiasi Publik Umat Beriman Kristiani. Sr. Chiara mengatakan, pendirian komunitas ini adalah respons terhadap seruan universal, untuk mengirim para pekerja ke kebun anggur untuk melayani Kristus.

“Komunitas ini didirikan setelah sekian lama melakukan penegasan dengan Ordinaris wilayah kami (keuskupan Bismarck-red),” ujar Sr. Chiara.

Sr. Chiara mengatakan, hidup sebagai biarawati adalah menjadi “mempelai Kristus”, seihingga perhatian utama seorang suster, adalah hubungan yang erat dengan Mempelai Pria Ilahinya, Yesus Kristus.

“Oleh karena itu, doa mendapat tempat utama dalam komunitas kami, bersama dengan Ibadat Harian, Rosario, Adorasi, dan Lectio Divina,” ujar Sr. Chiara.

Sebagai kerasulan harian mereka, Sr. Chiara dan Sr. Lucia saat ini bekerja mendidik anak-anak di Sekolah Katolik Montessori Kristus Raja di Mandan, Dakota Utara. Di tempat inilah, kedua suster ini mengembangkan nilai-nilai pendidikan Kristiani sesuai dengan spiritualitas Maria Montessori.

Dalam hidup rohani, para Suster Montessori mengisi hari dengan waktu persaudaraan dalam doa dan pendalaman Kitab Suci. Selain menganut nasihat injili tentang kemiskinan, kesucian dan ketaatan, para Suster Montessori mempunyai kaul keempat yang unik: menghormati Kristus dalam Sang Anak. Hal ini adalah ciri khas yang ditimba dari spiritualitas Maria Montessori sendiri.

Suster Lucia Rose saat menerima jubah kebiaraan. Aleteia

Ciri Khas Pendidikan Montessori

Sebagai seorang Katolik yang taat, seluruh metode pendidikannya dipenuhi dengan antropologi Kristiani. Suster Montessori melihat dalam diri anak, suatu ciptaan baru yang luar biasa, unik dan sepenuhnya milik Sang Pencipta. Dengan pemahaman ini, ada kaitan erat antara pendidikan ala Suster Montessori dengan iman Katolik. Sr. Chiara mengatakan, memisahkan pendidikan Montessori dari akar Katolik, sama saja dengan menghambat kepenuhan metode yang tertanam, tidak hanya dalam jiwa pembimbing (guru) Montessori, tetapi juga dalam jiwa anak.

Pendidikan Montessori memberi anak rasa hormat yang mendalam, memungkinkan dia untuk sepenuhnya menjadi seperti yang Tuhan ciptakan. Maria Montessori mengatakan, tidak ada ruang di hati seorang pembimbing Montessori untuk kesombongan, kemarahan, atau ketidaksabaran.

Maria Montessori, lanjut Sr. Chiara, telah menetapkan tugas untuk membantu anak membangun dirinya sendiri; untuk melahirkan dalam dirinya “manusia yang hidup sepenuhnya” yang kemudian akan memuliakan Tuhan. Ia mengatakan, pembimbing Montessori haruslah orang suci sekaligus ilmuwan.

“Dia harus mengamati anak itu dengan hati yang penuh kekaguman dan keheranan. Ia harus menuntun anak itu pada bahan-bahan yang tepat dalam lingkungan yang telah disiapkan, yang akan membantu perkembangannya, dan kemudian menyucikan jiwanya dari segala sesuatu yang bukan berasal dari Tuhan,” ujar Sr. Chiara.

Suster Chiara Thérèse saat mengikrarkan kaul kekal dalam Asosiasi Publik Motessori. Aleteia

Hal terpenting yang ingin dunia ketahui tentang pekerjaan Suster Montessori menurut Sr. Chiara Pendidikan Katolik Montessori ingin mengembalikan martabat dan tempat anak dalam keluarga dan masyarakatnya.

Anak masa kini, terutama anak bungsu, sering kali disalahpahami oleh masyarakat secara keseluruhan. Sr. Chiara mengatakan, tempat mereka dalam jaringan sosial dunia, yang dipimpin oleh orang dewasa, menghambat perkembangan dan pembentukan jiwa.

Dengan memahami secara rinci berbagai tahapan perkembangan anak, pendidikan perlu memberikan kebebasan kepada anak dengan batasan dan tanggung jawab. Pendidikan perlu mengajarkan rahmat sosial, memberikan metode pembentukan yang integral dan harmonis.

“Kami, sebagai komunitas religius, ingin menjadi bagian dari pekerjaan mulia ini, sebagaimana dikatakan Maria Montessori, ujar Sr. Maria.

Kini, dimulai dari dua orang suster, Asosiasi Publik Montessori telah memulai langkah pertama untuk mengembangkan nilai pendidikan Montessori ke seluruh dunia. Meski rintisan “Kongregasi Montessori” ini baru dimulai, namun lembaga-lembaga pendidikan di seluruh dunia sudah banyak yang menjadikan model Pendidikan Montessori sebagai panduan.

Sr. Chiara mengatakan, pendidikan Montessori membantu anak dalam membentuk dirinya menjadi manusia yang diharapkan. Baginya, para pendidik adalah instrument dari Allah untuk membentuk anak-anak sesuai engan kehendak Allah.  

“Kita hanyalah instrumen di tangan Penyelenggaraan Ilahi, yang membantu Sang Pencipta dalam tugas yang semakin mendesak ini, yaitu menghormati Dia dalam diri seorang anak,” ujar Sr. Chiara. (AES)​

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini