LIBYA, Pena Katolik – Pada hari Selasa, 13 September Vatikan mengirim telegram kepada Uskup Agung Savio Hon Tai-Fai, Nuncio Apostolik untuk Libya, di mana Takhta Suci mengatakan Paus Fransiskus sangat sedih mengetahui banyaknya korban jiwa dan kehancuran yang disebabkan oleh banjir di Libya bagian timur.
Paus mengirimkan doanya bagi jiwa orang yang meninggal dan semua yang berduka. Telegram duka ini ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Vatikan, Kardinal Pietro Parolin.
“Yang Mulia juga mengungkapkan kedekatan spiritual yang tulus kepada mereka yang terluka, kepada mereka yang khawatir akan kehilangan orang yang mereka cintai, dan kepada personel darurat yang memberikan bantuan penyelamatan dan bantuan,” kata dokumen itu.
Banjir dahsyat di Libya mengakibatkan apa yang diperkirakan oleh para pejabat di sana mencapai 10.000 jiwa akibat kegagalan beberapa bendungan di tengah hujan lebat. Kantor Berita Libya yang dikendalikan pemerintah mengatakan pada hari Senin bahwa kondisi cuaca berbahaya dan hujan lebat terus berlanjut setelah banjir besar melanda wilayah timur negara itu.
Bencana tersebut terjadi setelah Topan Daniel, badai yang terbentuk di Laut Mediterania, bergerak melintasi bagian timur negara Afrika Utara tersebut. Pihak berwenang mengatakan beberapa bendungan jebol, menggenangi kota-kota terdekat termasuk Kota Derna di bagian pesisir negara itu. Di kota ini dilaporkan telah mengkonfirmasi lebih dari 2.000 korban meninggal pada Selasa pagi, 12 September 2023.
Pada Selasa kemarin upaya bantuan global sudah mulai dihimpun. Georgette Gagnon, asisten sekretaris jenderal, residen, dan koordinator kemanusiaan untuk misi bantuan PBB di Libya, mengatakan di Twitter bahwa dia telah “menugaskan tim tanggap darurat untuk bersiap mendukung otoritas lokal dan mitra di Libya timur.” Sementara itu, Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengatakan di Facebook bahwa para responden “bekerja sepanjang waktu untuk memberikan bantuan dan dukungan” kepada mereka yang terkena dampak badai.
Bencana ini terjadi hanya beberapa hari setelah gempa bumi dahsyat mengguncang negara terdekat, Maroko, menewaskan hampir 3.000 orang pada hari Selasa 12 September 2023 dan menyebabkan pekerja bantuan bergegas menyelamatkan para korban yang terjebak dan memberikan bantuan material di sana.