VATIKAN, Pena Katolik – Berbicara langsung kepada direktur liturgi keuskupan dari berbagai negara pada 20 Januari 2023, paus mengatakan homili bukanlah konferensi akademis. Ia mengatakan, khotbah harus dibatasi hingga maksimal 10 menit.
“(Homili) yang panjang dan abstrak adalah bencana, buatlah di bawah 10 menit,” ujar Paus Fransiskus.
“Saya kadang mendengar orang berkata, ‘Saya pergi ke paroki ini, dan ya itu pelajaran filsafat yang bagus, 40, 45 menit,’” katanya.
Paus Fransiskus mendorong para imam untuk menjaga homili mereka tidak lebih dari delapan sampai 10 menit. Menurutnya, khotbah selalu menyertakan di dalamnya pikiran, perasaan, dan gambaran iman, sehingga umat dapat membawa pulang sesuatu bersama mereka.
“Homili adalah ‘sakramentali untuk ‘dipersiapkan dalam doa’ dan ‘dengan semangat apostolik’,” katanya.
Peran Sentral Pemimpin Liturgi
Paus Fransiskus juga memperingatkan terhadap pemimpin upacara liturgi yang mengambil peran terlalu sentral selama Misa.
“Semakin tersembunyi seorang pemimpin upacara, semakin baik. Kristuslah yang membuat hati bergetar, pertemuan dengan Dialah yang menarik semangat.”
Di luar pengetahuan mendalam tentang perayaan keagamaan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa para ahli liturgi harus memiliki rasa pastoral yang kuat untuk meningkatkan kehidupan liturgi komunitas, dan bahwa perayaan keagamaan harus memupuk partisipasi yang bermanfaat dari umat Allah.
Paus mendorong mereka untuk menghabiskan waktu di paroki, mengamati perayaan liturgi dan membantu para imam merenungkan bagaimana mereka mempersiapkan liturgi dengan komunitas mereka. Seorang pemimpin liturgi seharusnya tidak peduli dengan liturgi paroki hanya ketika uskup datang berkunjung dan kemudian membiarkan liturgi kembali seperti semula setelah uskup pergi.
Diulang Kembali, Turun jadi 8 Menit
Paus Fransiskus kembali berpesan kepada para imam, agar mempersingkat homilinya, maksimal delapan menit, untuk mencegah anggota jemaatnya tertidur. Homili, atau pesan yang disampaikan selama kebaktian gereja, “harus singkat: gambaran, pemikiran, perasaan. Hal ini disampaikan Paus dalam audiensi mingguannya pada hari Rabu 13 Juni 2024 di Lapangan St. Petrus Vatikan.
Homili, menurutnya, tidak lebih dari delapan menit. Paus berpendapat, lewat dari waktu itu, perhatian umat akan hilang dan orang-orang bisa tertidur.
“Tetapi homili untuk hal ini harus singkat: suatu gambaran, suatu pemikiran, suatu perasaan. Homilinya tidak boleh lebih dari delapan menit karena setelah itu Anda kehilangan perhatian dan orang-orang tertidur,” katanya.
Homili dalam Perayaan Ekaristi biasanya mengikuti pembacaan Alkitab dan digunakan untuk memperkuat ajaran. Sebelumnya, Paus Fransiskus pernah berpesan perlunya para imam untuk “tidak mengoceh” selama khotbah. Ia menganjurkan para imam untuk memberikan refleksi yang singkat namun padat berisi ajaran iman. Pada sebuah kesempatan tahun lalu, paus menyebutkan untuk berkhotbah tak lebih dari 10 menit.
Perintah yang Dilanggar Sendiri
Meski begitu, Paus Fransiskus sering kali melampaui batas waktu ini dalam homilinya sendiri. Pada Kamis Putih tahun ini, homili Paus pada Misa Krisma berdurasi lebih dari 20 menit.
Pada audiensi kemarin, Paus Fransiskus menyampaikan homili tentang bagaimana Alkitab “diilhami oleh Tuhan dan berwibawa”. Paus Fransiskus mengatakan, bahwa “Roh Kudus, yang mengilhami Kitab Suci… juga membuat kitab-kitab tersebut hidup dan aktif selamanya.”
“Bisa saja terjadi suatu bagian tertentu dari Kitab Suci, yang telah kita baca berkali-kali tanpa emosi tertentu, suatu hari kita membacanya dalam suasana iman dan doa, dan kemudian teks itu tiba-tiba diterangi, ia berbicara kepada kita, itu menyoroti masalah yang kita jalani, ini memperjelas kehendak Tuhan bagi kita dalam situasi tertentu,” kata Paus.
Seperti diberitakan CNA, Paus Fransiskus mendesak umat Katolik untuk meluangkan waktu setiap hari untuk membaca dan merenungkan sebuah ayat dari Kitab Suci. Ia menganjurkan agar umat Kristiani membawa Injil saku untuk dibaca pada waktu luang sepanjang hari. (AES)