Pastor Yong Ohoitimur MSC mengatakan, visi kepemimpinan kristiani adalah servant leadership, di mana pemimpin melihat dirinya sebagai pelayan bagi orang lain, dan hubungan kasih dengan Yesus sebagai syarat bagi pelaksanaan tugas kepemimpinan.
“Prinsip paling dasar dari kepemimpinan kristiani adalah cinta kasih, hubungan kasih dengan Yesus merupakan dasar kepemimpinan dalam Gereja, sedangkan semangat dasar kepemimpinan kristiani adalah melayani,” tegas Guru Besar Metafisika dan Etika di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng itu.
Profesor dan doktor itu berbicara dalam Raker Paroki Ratu Rosari Suci Tuminting di Aula Susteran Savelberg Lotta, Pineleng, Sulawesi Utara, 27 Pebruari 2015. Raker bertema “Dalam Semangat Persekutuan Kita Mewartakan Sukacita Injil” itu berlangsung hingga 28 Februari 2015 dan dihadiri pengurus Dewan Pastoral Paroki (DPP) Tuminting, kepala sekolah, pengurus wilayah rohani, pemimpin organisasi dan kelompok kategorial, serta kepala paroki Pastor Novi Tuju MSC dan pastor-pastor rekan, Pastor John Tinggogoy MSC dan Pastor Bastian Sa’pang MSC.
Berdasarkan prinsip dasar kepemimpinan kristiani, pastor meminta pemimpin kristiani termasuk pimpinan DPP “perlu memelihara hubungan akrab dengan Tuhan, memiliki hati seorang hamba, menjadi gembala para umat Allah, memiliki karakter dan integritas, dan menjadikan orang lain sebagai murid Yesus.”
Dijelaskan, kalau sebelum Konsili Vatikan II Gereja itu identik dengan kawanan pengikut Kristus yang tersusun secara hirarkis-piramidal dengan kaum tertahbis di tempat tertinggi di atas kaum awam, paham baru sejak Konsili Vatikan II, terutama dalam Lumen Gentium, menegaskan “hirarki, biarawan-biarawati dan kaum awam memiliki status keimanan yang sama meski dengan tugas dan fungsi berbeda.”
Kaum awam, jelas imam itu, wajib ikut melaksanakan tugas perutusan Kristus dalam Gereja dan masyarakat melalui kerasulan awam, ikut dalam imamat umum dan ibadat agar nama Allah dimuliakan, ikut dalam tugas kenabian Kristus yaitu mewartakan kebenaran Injil kepada dunia, dan ikut dalam pengabdian rajawi Kristus, yaitu meresapi tata dunia dengan semangat Injil.
“Dalam semua itu, mereka meneladani Kristus dan bekerja sama dengan hirarki demi kesejahteraan rohani umat. Dengan demikian pemimpin awam adalah anggota umat Allah yang diangkat secara resmi untuk mengambil bagian dari tugas penggembalaan dan pelayanan Gereja demi kesejahteraan rohani umat,” jelas Pastor Yong seraya menyebut kepemimpinan DPP sebagai wujud konkret keterlibatan itu.
Faktor hakiki bagi pemimpin adalah kredibilitas dengan tiga pilar, integritas pribadi, otoritas atau kewenangan dan kapabilitas. “Integritas sebagai kondisi yang menunjukkan kesesuaian antara yang batiniah (hati dan pikiran) dan lahiriah (perkataan dan perbuatan), otoritas menunjuk pada relasi sosial di mana yang satu memandang yang lain lebih tinggi kedudukannya atas dasar legitimasi formal dan wewenang jabatan untuk memberdayakan, kapabilitas menyatakan aspek teknis-profesional, di dalamnya ada fungsi motivasi, pengetahuan dan skill. Tanpa karakter memberdayakan, kepemimpinan akan menjadi suatu tragedi dan membawa orang lain kepada masalah,” jelas imam itu.
Menurut Pastor Novi Tuju MSC, raker itu untuk menyegarkan spiritualitas pemimpin Kristiani, mendalami hakikat dan tugas DPP, menyadari visi dan misi paroki, mengevaluasi Program Kerja 2014, merumuskan Program Kerja 2015, menegaskan kembali pedoman pengelolaan keuangan dan harta benda Gereja.
Raker itu membentuk kepengurusan DPP 2015 dengan Herman Gosali sebagai Ketua DPP Inti. Pengurus baru, jelas kepala paroki, akan menghadapi sejumlah tantangan, antara lain kurangnya pemahaman dan penghayatan umat akan ajaran iman dan tradisi Gereja, keterlibatan umat dalam kegiatan-kegiatan bersama, dan kaderisasi. (Sales Tapobali)