Kamis, Desember 19, 2024
29.9 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Injil Hari Kamis 28 Juli 2022; Peringatan Wajib St. Marta, Perawan dan Sahabat Yesus

Bacaan I: Yer. 18:1-6

Tuhan bersabda kepada Yeremia, “Pergilah segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan sabda-Ku kepadamu.” Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.

Apabila bejana yang sedang dibuatnya dari tanah liat itu rusak di tangannya, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut keinginannya. Kemudian bersabdalah Tuhan kepadaku, “Masakan Aku tidak bertindak terhadap kalian seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah sabda Tuhan. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kalian di tangan-Ku, hai kaum Israel!

Mazmur Tanggapan: Mzm. 146: 2abc, 2d-4, 5-6

Ref. Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong.

  • Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.
  • Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak – manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksud hatinya.
  • Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya: Dialah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil: Kis 16:14b

Ref. Alleluya.

Tuhan, bukalah hati kami, supaya kami memperhatikan sabda Putra-Mu.

Bacaan Injil: Mat. 13:47-53

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada orang banyak, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu ditarik orang ke pantai.

Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu, ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang. Demikianlah juga pada akhir zaman. Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar.

Yang jahat lalu mereka campakkan ke dalam dapur api. Di sana akan ada ratapan dan kertak gigi. Mengertikah kalian akan segala hal ini?” Orang-orang menjawab, “Ya, kami mengerti.”

Maka bersabdalah Yesus kepada mereka, “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran hal Kerajaan Allah seumpama seorang tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendahraannya.” Setelah selesai menyampaikan perumpamaan itu, Yesus pergi dari sana.

Demikianlah Injil Tuhan

Kebangkitan Kita Menuju Hidup Sejati

Hari ini peringatan St. Marta, sahabat Tuhan Yesus. Beberapa kali Tuhan singgah di rumah Marta, yang tinggal bersama adiknya Maria dan Lazarus di Betania, dekat Yerusalem. Mereka sangat bersyukur karena dapat menerima Yesus sebagai tamu dan sahabat di rumah mereka. Dalam Bacaan Injil hari ini Yesus “terlambat” datang di rumah mereka: ketika Ia sampai di situ “Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur.” Dari dialog antara Tuhan Yesus dan Marta (Yoh. 4:21-27), kita belajar mengenai beberapa pokok iman Kristiani.

Dari Injil Lukas (Bacaan alternatif) kita tahu, Marta itu sifatnya lebih aktif, sedangkan Maria lebih mendalam. Ketika mendengar bahwa Yesus datang, Marta langsung pergi ke luar kampung menyambut Tuhan dan berkata: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.”

Apapun yang telah terjadi, Marta percaya sepenuhnya pada Yesus, Ia yakin Yesus sangat mengasihi mereka. Perkataan Marta itu secara tidak langsung memohon agar Yesus “meminta sesuatu” pada Allah. Maria tahu, relasi Yesus dengan Allah begitu erat sehingga apapun yang diminta oleh Yesus tentu diberikan. (lih. ay. 35-36).

Yesus menanggapi: “Saudaramu akan bangkit.” Marta tidak mengira bahwa itu akan segera terjadi, maka ia menjawab, “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Itulah ajaran Perjanjian Lama. Tetapi, di atas kepercayaan Maria itu Yesus memberi tambahan yang sangat penting: “Akulah kebangkitan dan hidup.” Yesus-lah yang memiliki kuasa kebangkitan itu. Tuhan menjelaskan: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Semua manusia akan mati, termasuk orang Kristiani, tetapi walaupun sudah mati, orang yang percaya pada Kristus akan bangkit pada akhir zaman.

Sabda Tuhan selanjutnya: “Setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” Itu berarti, bagi orang yang percaya pada Tuhan Yesus, kuasa kebangkitan Kristus itu sudah bekerja ketika orang itu masih hidup. Orang yang percaya pada Kristus sudah menjalani hidup abadi (hidup yang sejati), maka kematian fisik tidak berpengaruh padanya; ia terus hidup sekarang dan selamanya.

Tuhan bertanya kepada Marta: “Percayakah engkau akan hal ini?” Marta mengungkapkan puncak imannya pada Yesus, sesuai dengan harapan Perjanjian Lama: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Ungkapan iman ini setara dengan pengakuan Petrus (lihat Mat. 16:16).

Berkat penerangan Roh Kudus, kita sekarang boleh memahami misteri yang diwahyukan Tuhan melalui Marta tadi: bahwa Yesus memiliki kuasa untuk memberi hidup. Dalam Kristus kita mengalami kebangkitan. Orang Kristiani telah dibangkitkan dari dosa (penyebab kematian kekal) menuju rahmat, yaitu kasih Allah, sumber kehidupan.

Kita berdoa kepada St. Marta, semoga iman kita akan kasih Tuhan terus tumbuh semakin kuat. Semoga kita pun mengalami kebangkitan menuju hidup sejati yang telah dianugerahkan kepada kita. Kita bersyukur atas karya keselamatan Tuhan itu, dengan selalu menjaga kecucian hidup kita.

Sebagai konsekuensi dari iman kita akan karya keselamatan Tuhan, Rasul Yohanes dalam Bacaan pertama mengajarkan ”kasih Kristiani”, yang berbeda dengan kasih manusiawi biasa. Kasih Kristiani berkaitan erat dengan iman kita. Yohanes mengajak: “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi.”

Mengapa kita harus mengasihi? Motifnya adalah: karena “kasih itu berasal dari Allah”. Oleh sebab itu, orang yang mengasihi sesama membuktikan diri bahwa ia juga “lahir dari Allah”. Lagi pula, kasih itu bukan hanya “berasal dari Allah”. Kasih merupakan hakikat Allah sendiri. ”Allah adalah kasih.” Itu berarti, orang yang mengasihi ikut ambil bagian dalam hakikat Allah. (Lih. 1Yoh 4:7-8).

Allah menyatakan kasih-Nya (hakikat-Nya) kepada kita dengan ”mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Kasih Allah itu diberikan secara cuma-cuma, bukan karena manusia layak menerimanya; kasih Allah tanpa pamrih, murni demi kebaikan manusia. Begitulah cara Allah mengasihi kita. (Lih. ay. 9, 10). 

“Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.” Cara Allah mengasihi manusia itulah yang harus kita teruskan untuk mengasihi sesama. Kasih Kristiani mempunyai makna istimewa karena kita melakukannya sebagai perpanjangan kasih Allah yang telah mengasihi kita. Kasih memang bukan monopoli orang Kristiani, tetapi sebagai konsekuensi iman kita, marilah kita menjadikan kasih sebagai pusat kehidupan serta penggerak hidup kita.

Doa

Ya Allah, dengan wafat dan kebangkitan Putra-Mu Engkau telah memberikan hidup sejati padaku. Curahkan Roh Kudus-Mu agar aku sanggup menjadi saksi karya kasih-Mu itu dengan mengasihi sesama saudaraku. Amin.

Selamat menyambut hari baru. Selamat  beraktivitas sesuai Prokes. AMDG. Berkat TUHAN.

Paulus Krissantono

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini